BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Pada masa balita terutama pada masa kritis perkembangan
selain dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan seperti
gizi, perkembangan juga dipengaruhi oleh stimulasi atau rangsangan. Stimulasi diperlukan agar potensi anak,yang secara
alami memang sudah ada di dalam dirinya dapat lebih berkembang.
Stimulasi
adalah perangsangan yang datang dari lingkungan luar anak.Stimulasi merupakan
hal yang penting dalam tumbuh kembang anak. Anak yang mendapat stimulasi yang
terarah dan teratur akan lebih cepat berkembang diandingkan dengan anak yang
kurang atau tidak mendapat stimulasi.
Hurlock
(1994) mengemukakan bahwa lingkungan yang merangsangmerupakan salah satu faktor
pendorong perkembangan anak.Lingkungan yang merangsang mendorong perkembangan
fisik dan mental yang baik, sedangkan lingkungan yang tidak merangsang
menyebabkan perkembangan anak di bawah kemampuannya.Pemberian stimulasi pada
anak usia dini akan lebih efektif apabila memperhatikan kebutuhan – kebutuhan
anak sesuai dengan tahap perkembangannya.
Pada
awal perkembangan kognitif, anak berbeda dalam tahap sensori motorik. Pada
tahap ini keadaan kognitif anak akan memperlihatkan aktifitas-aktifitas
motorik, yang merupakan hasil dari stimulasi sensorik.Kegiatan stimulasi
meliputi berbagai kegiatan untuk merangsang perkembangan anak seperti latihan
gerak, bicara, berpikir, mandiri serta bergaul.
Kegiatan
stimulasi ini dapat dilakukan oleh orang tua atau keluarga setiap ada
kesempatan atau sehari-hari.Untuk
perkembangan yang normal diperlukan pertumbuhan yang selalu bersamaan dengan
kematangan fungsi.Pertumbuhan dan perkembangan anak harus diikuti dengan beberapa tahap
perkembangan, salah satunya adalah Toilet
training .
Toilet training adalah latihan buang air besar dan buang air kecil
yangdiberikan pada anak perempuan mulai usia 18 bulan (atau lebih cepat) sampai
usia3 tahun (atau 5 tahun pada yang termasuk terlambat (delayed toilet training),
yangbertujuan melatih anak buang air besar dan buang air kecil yang baik bersih
danbenar seperti cara cebok yakni dari depan ke belakang, dan secara luas
termasukkontrol buang air besar dan buang air kecil yang baik. Hal yang
menyebalkan sekaligus menggemaskan buat orang tua adalah pada saat buah hatinya
buang air kecil (BAK) atau buang air besar (BAB) di lantai yang sudah bersih.apabila bukan sayang kepada sang buah hati , tentu saja
cacian dan marahanakan terlontar dari mulut
orang tua yang mendapatkan anaknya sedang BAK dan
BAB disembarang tempat. Salah satu cara menyiasati agar anak tidak BAK dan BAB
disembarang tempat adalah dengan mengajarkan toilet training sedini mungkin
pada si kecil. Buang air besar (BAB) dan air kecil (BAK) bukanlah suatu masalah
besar, namun bagi anak balita, mandiri untuk bisa BAB dan BAK hal yang patut
diacungi jempol. Minimal, anak bisa memberi tanda-tanda saat akan BAK atau BAB.
Bagaimana melatih kemandirian anak untuk bisa BAB atau BAK.
Para
orangtua umumnya ingin secepatnya melatih anak mereka untuk latihantoilet.
Biasanya anak akan siap pada saat usia 18 sampai 24 bulan.Ketika anak siapuntuk
latihan toilet ( ketika anak tertarik ) pelatihan akan berjalan dengan
lancar.Hampir semua anak kelihatan tidak nyaman dan mersa kotor jika celana
ataupopoknya basah.Sehingga saat akan buang air besar atau buang air kecil (
karenamerasa mereka akan kotor), mereka suka untuk menahannya, hal ini
akanmenimbulkan konstipasi dan residu urin yang merupakan risiko ISK. Buangair
besar (bowell) kemudian lanjutkan latihan buang air kecil (bladder)
B.
RUMUSAN
MASALAH
1.
Menjelaskan
bagaimana cara memberikan stimulus agar anak dapat tumuh dan berkembang sesuai
dengan periode tumbang ?
2.
Menjelaskan
tentang prosedur toilet Training pada anak ?
3.
Menjelaskan
tentang pandangan islam terhadap kebersihan pada anak ?
C.
TUJUAN
1.
Agar
mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara memberikan stimulus agar anak dapat
tumbuh dan berkembang dengan baik sesuai dengan periode tumbang yang dialami
2.
Agar
mampu mengajarkan bagaimana prosedur toilet training pada anak ?
3.
Agar
mahasiswa mampu menjelaskan tentang pandangan islam terhadap kebersihan pada
anak
BAB II
PEMBAHASAN
A.
STIMULUSTUMBUH
DAN KEMBANG ANAK
Stimulasi
tumbuh kembang anak dapat dilakukan dengan cara memberikan permainan atau
bermain, mengingat dengan bermain anak akan belajar dari kehidupan. Ketika anak sudah memasuki
masa bermain atau disebut juga sebagai masa toddler, maka anak selalu membutuhkan
kesenangan pada dirinya.Oleh karena itu, tidak terlalu heran apabila masa
anak-anak sangat identk dengan masa bermain, sebab pada masa tersebut
perkembangan anakakan mulai diasah sesuai dengan kebutuhannya.Namun banyak
orang yang menganggap masa bermain pada anak tidak perlu mendapat perhatian
secara khusus, sehingga banyak orang tua yng membiarkan anak bermain tanpa
memerhatikan unsur pendidikan terhadap permainan yang dilakukan oleh anak.
Oleh
karena itu, sebelum memahami alat permainan pada anak secara khusus maka
terlebih dahulu harus mengenal pengertian bermain pada anak.Bermain merupakan
suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan atau mempraktikkan keterampilan,
memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif, serta mempersiapkan
diri untuk berperan dan berprilaku dewasa. Sebagai suatu aktivitas yang
memberikan stimulasi dalam kemampuan keterampilan, kognitif, dan afektif, maka
seharusnya diperlukan suatu bimbingan, mengingat bermain bagi anak merupakan
suatu bagi dirinya sebagaimana kebutuhan lainnya, seperti halnya kebutuhan
makan, kebutuhan akan rasa nyaman, kebutuhan kasih sayang, dan lain-lain.
Sebagai kebutuhan, sebaiknya aktivitas bermain juga perlu diperhatikan secara
cermat, bukan hanya dijadikan sarana untuk mengisi kesibukan atau mengisi waktu
luang.Bermain pada anak harus selalu diperhatikan sebagaimana memerhatikan
pemenuhan terhadap kebutuhan lainnya.
Dengan
bermain, anak akan selalu mengenal dunia, mampu mengembangkan kematangan fisik,
emosional, dan mental sehingga akan membuat anak tumbuh menjadi anak yang
kreatif, cerdas, dan penuh inovatif.Banyak ditemukan anak yang oada masa tumbuh kembangnya
mengalami keterlambatan yang dapat disebabkan oleh kurangnya pemenuhan
kebutuhan pada diri anak,, termasuk didalamnya adalah kebutuhan bermain. Masa
kanak-kanak seharusnya merupakan masa bermain yang diharapkan dapat menumbuhkan
kematangan dalam pertumbuhan dan perkembangan, sehingga apabila masa tersebut
tidak digunakan sebaik mungkin maka tentu akhirnya akan menggangu tumbuh kembang
anak.
Selama
anak bermain perlu diperhatikan kekurangan dan kelebihan permainan yang
dilakukan anak. Permainan harus dapat menstimulasi perkembangan kreativitas
anak serta perkembangan mental dan emosional, sehingga orangtua harus mengarah
agar sesuai dengan proses pematangan perkembangan tersebut. Pada anak yang
mendapatkan atau terpenuhi kebutuhan bermainnya dapat terlihat pula adanya
suatu polaperkembangan yang baik.
1.
Fungsi Bermain Pada
Anak
Sebelum memberikan berbagai stimulasi dari jenis
permainan pada anak, maka orangtua seharusnya mengetahui maksud dan tujuan
permainan yang akan diberikan pada anak tersebut bertujuan untuk dapat
mengetahui perkembangan anak lebih lanjut,mengingat anak memiliki berbagai masa
dalam tumbuh kembang yang membutuhkan stimulasi
dalam mencapai puncaknya seperti masa kritis,optimal,dan sensitif.
Untuk lebih jelasnya,di bawah ini terdapat beberapa
fungsi bermain pada anak di antaranya sebagai ber ikut.
a.
Membantu
perkembangan sensorik dan motoric
Fungsi bermain pada
anak dapat di kembangkan dengan melakukan rangsangan pada sensorik dan
motorik,melalui rangsangan ini aktivitas anak dapat mengeksplorasi alam di
sekitarnya.sebagai contoh,bayi dapat di lakukan dengan ransangan
taktil,audio,dan visual.Hal tersebut dapat dicontohkan apabila sejak lahir anak
yang telah di kenalkan atau di rangsang visualnya,maka di kemudian hari
kemampuan visual anak akan lebih menonjol,misalnya lebih cepat mengenal sesuatu
yang baru di lihatnya.demikian juga pendengaran,apabila sejak bayi di kenalkan
atau di rangsang melalui suara-suara maka daya pendengarannya di kemudian hari
lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang tidak di beri stimulasi
sejak dini.pada perkembangan motorik,apabila sejak sejak usia bayi kemampuan
motorik sudah dilakukan rangsangan maka kemampuan motorik akan cepat berkembang
di bandingkan dengan tanpa stimulasi,seperti ransangan kemampuan menggenggam
dan kemampuan ini akan memberikan dasar dalam perkembangan motorik
selanjutnya.Rangsangan atau stimutasi yang dimaksud tersebut dapat di berikan
melalui suatu permainan.
b.
Membantu
perkembangan kognitif
Perkembangan kognitif
dapat dirangsang melalui permainan,hal ini dapat terlihat pada saat anak
bermain.anak akan mencoba melakukan komunikasi dengan bahasa anak; mampu
memahami objek permaianan,seperti dunia tempat tinggal;mampu membedakan
khayalan dan kenyataan;mampu belajar warna,memahami bentuk,ukuran,dan berbagai
mamfaat benda yang digunakan dalam permainan.fungsi bermain pada model tersebut
akan meningkatkan perkembangan kognitif selanjutnya.
c.
Meningkatkan
kemampuan sosialisasi anak
Proses sosialisasi
dapat terjadi melalui permainan,misalnya pada saat anak akan merasakan
kesenangan terhadap kehadiran orang lain dan merasakan ada teman yang dunianya
sama.pada usia toddler anak sudah mencoba bermain dengan sesamanya dan ini
merupakan proses sosialisasi satu dengan yang lain,kemudian bermain
peran,misalnya pura-pura menjadi seorang guru,menjadi seorang anak,menjadi
seorang bapak atau ibu,dan lain-lain.kemudian pada usia prasekolah anak sudah
mulai menyadari kemeradaan teman sebaya,sehingga di harapkan anak mampu
melakukan sosialisasi dengan teman dan orang lain.
d.
Meningkatkan
kreativitas
Bermain juga dapat
berfungsi dalam peningkatan kreativitas,di mana anak mulai belajar menciptakan
sesuatu dari permainan yang ada dan mampu memodifikasi objek yang digunakan
dalam permainan sehingga anak akan lebih kreatif melalui model permainan
ini,seperti bongkar pasang mobil-mobilan.
e.
Meningkatkan
kesadaran diri
Barmain pada anak dapat
memberi kemampuan untuk mengeksplorasi tubuh dan merasakan dirinya sadar dengan
orang lain yang merupakan bagian dari individu yang saling berhubungan,anak mau
balajar mengatur perilaku,serta membandingkan dengan perilaku orang lain.
f.
Mempunyai nilai
terapeutik
Bermain dapat
menjadikan diri anak lebih senang dan nyaman sehingga adanya stres dan
ketegangan dapat dihindari,mengingat bermain dapat menghibur dari anak terhadap
dunianya.
g.
Mempunyai nilai
moral pada anak
Bermain juga dapat
memberikan nilai moral tersendiri pada anak,hal ini dapat dijumpai ketika anak
sudah mampu belajar benar atau salah dari budaya di rumah,di sekolah,dan ketika
berinteraksi dengan temannya.Di samping itu,ada beberapa permainan yang
memiliki aturan-aturan yang harus dilakukan dan tidak boleh dilanggar.
2.
Jenis-jenis
stimulasi permainan berdasarkan sifat
Beberapa sifat bermain pada anak,di antaranya
bersifat aktif dan fasif.sifat demikian akan memberikan jenis permainan yang
berbeda.dikatakan bermain aktif jika anak berperan secara aktif dalam permaianan,selalu
memberikan rangsangan,dan melaksanakannya.akan tetapi,jika sifat bermain
tersebut adalah pasif,maka anak akan memberikan respons secara pasif terhadap
permainan dan sebaliknya,orang atau lingkungan yang memberikan terspons secara
aktif.Berdasarkan sifat-sifat tersebut kita dapat mengenal beberapa macam
permainan yang akan dijelaskan sebagai berikut.
a.
Bermain
Afektif Sosial
Model
bermain ini menunjukkan adanya perasaan senang dalam berhubungan dengan orang
lain.Hal ini dapat di lakukan misalnya dengan cara orang tua memeluk anaknya
sambil berbicara,bersenandung,kemudian anak memberikan respons seperti
tersenyum,tertawa,bergembira,dan lain-lain.sifat dari bermain ini adalah orang
lain yang berperan aktif dan anak hanya berespons terhadap stimulasi sehingga
akan memberikan kesenangan dan kepuasan bagi anak.
b.
Bermain
bersenang-senang
Model
bermain ini hanya memberikan kesenangan pada anak melalui objek yang
ada,sehingga anak merasa senang dan bergembira tanpa adanya kehadiran orang
lain.sifat bermain ini adalah bergantung pada stimulasi yang diberikan pada
anak,mengingat sifat dari bermain ini hanya memberikan kesenangan pada anak
tanpa memedulikan aspek kehadiran orang lain,misalnya bermain
boneka,binatang-bintangang,dan lain-lain.
c.
Bermain Keterampilan
Bermain keterampilan dilakukan dengan menggunakan objek yang dapat melatih
kemampuan keterampilan anak yang dapat diharapkan mampu untuk berkreai dan
terampil dalam segala hal. Permainan ini bersifat aktif, di mana anak selalu
ingin mencoba kemampuan dalam keterampilan tertentu, misalnya bermain bongkar
pasang gambar, latihan memakai baju dan lain – lain.
d.
Bermain Drama
Model bermain ini dapat dilakukan anak dengan mencoba
berpura – pura dalam berprilaku, misalnya anak berpura – pura menjadi orang
dewasa, seorang ibu, atau guru dalam kehidupan sehari – hari.Sifat dari
permainan ini adalah anak dituntut aktif dalam memerankan sesuatu.Bermain drama
ini dapat dilakukan apabila anak sudah mampu berkomunikasi dan mengenal
kehidupan sosial.
e.
Bermain Menyelidiki
Model bermain
ini dilakukan dengan memberikan sentuhan pada anak untuk berperan dalam
menyelidiki suatu atau memeriksa alat permainan, misalnya mengocok untuk
mengembangkan kemampuan kecerdasan pada anak. Sifat permainan tersebut adalah
harus selalu diberikan stimulasi dari orang lain agar senantiasa dapat menambah
kemampuan kecerdasan anak.
f.
Bermain
Konstruksi
Model bermain ini bertujuan untuk menyusun suatu objek
permainan agar menjadi sebuah konstruksi yang, misalnya permainan menyusun balok.Permainan
ini bersifat aktif, di mana anak selalu ingin menyelesaikan tugas – tugas yang
ada dalam perminan dan mampu membangun kecerdasan pada anak.
g.
Bermain Onlooker
Model bermain ini adalah dengan melihat apa yang
dilakukan oleh anak lain yang sedang bermain, tetapi tidak ikut bermain.
Permainan ini bersifat pasif, namun anak akan mempunyai kesenangan atau
kepuasan sendiri dengan melihatnya.
h.
Bermain Soliter/Mandiri
Model bermain ini merupakan bermain yang dilakukan
sendiri dan hanya terpusat pada permainannya tanpa memedulikan orang lain.
Permainan ini bersifat aktif dan bentuk stimulasi tambahan kurang, namun dapat
membantu untuk menciptakan kemandirian pada anak.
i.
Bermain Pararel
Model bermain ini adalah bermain sendiri di tengah –
tengah anak lain yang sedang melakukan permainan yang berbeda atau tidak ikut
bergabung dalam permainan. Permainan ini bersifat aktif secara mandiri, tetapi masih
dalam satu kelompok, dengan harapan kemampuan anak dalam menyelesasikan tugas
mandiri dalam kelompok tersebut terlatih dengan baik.
j.
Bermain
Asosiatif
Bermain asosiatif merupakan bermain dengan tidak
terikat pada aturan yang ada, semuanya bermain tanpa memedulikan teman yang
lain dalam sebuah aturan main. Bermain ini akan menumbuhkan kretivitas anak
karena adanya stimulasi dari anak lain, namun belum dilatih untuk mengikuti
peraturan dalam kelompok.
k.
Bermain
Kooperatif
Bermain kooperatif merupakan bermain bersama – sama
dengan adanya aturan yang jelas, sehingga terbentuk perasaan kebersamaan dan
terbentuk hubungan antara pemimpin dan pengikut. Permainan ini bersifat aktif,
di mana anak akan selalu menumbuhkan kreativitasnya. Selain itu, jenis bermain
ini juga dapat melatih anak pada peraturan kelompok anak dituntut selalu
mengikuti peraturan.
3.
Jenis
Stimulasi Permainan Berdasarkan Kelompok Usia
Penggunaan alat permainan pada anak tidak selalu sama
dalam setiap usia tumbuh kembang, hal ini dikarenakan setiap tahap usia tumbuh
kembang anak selalu mempunyai tugas – tugas perkembangan yang berbeda sehingga
dalam penggunaan alat selalu memerhatikan tugas masing- masing usia tumbuh
kembang. Di bawah ini terdapat jenis alat permainan yang dapat digunakan untuk
anak dalam setiap tahap usia tumbuh kemabang.
a.
Usia 0-1 Tahun
Pada usia ini perkembangan anak mulai dapat dilatih
dengan adanya refleks: melatih kerja sama antara mata dan tangan atau mata dan
telinga dalam berkoordinasi; melatih mencari objek yang ada tetapi tidak
kelihatan; serta melatih mengenal asal suara, kepekaan perabaan, dan
keterampilan dengan gerakan yang berulang. Fungsi bermain pada usia ini adalah
untuk memperbaiki pertumbuhan dan perkembangan.
Jenis permainan yang dianjurkan pada usia ini antarra
lain benda (permainan) yang aman sehingga dapat dimasukkan ke dalam mulut,
misalnya gambar bentuk muka, boneka orang dan binatang, alat permainan yang
dapat digoyangkan dan menimbulkan suara, alat permainan yang berupa selimut,
boneka, dan lain – lain.
b.
Usia 1-2 tahun
Jenis permainan yang dapat dilakukan
pada usia 1-2 tahun pada dasarnya bertujuan untuk melatih anak melakukan
gerakan mendorong atau menarik, melatih melakukan imajinasi, matih anak
melakukan kegiatan sehari-hari, serta memperkenalkan beberapa bunyi dan mampu
mebedakannya. Jenis permainan ini menggunakan semua alat permainan yang dapat
didorong dan ditarik, misalnya alat rumah tangga, balok-balok, buku begambar,
kertas, pensil berwarna, dan lain-lain.
c.
Usia 2-3 Tahun
Pada usia ini anak dianjurkan untuk
bermain dengan tujuan menyalurkan perasaan atau emosinya anak, mengembangkan
keterampilan berbahasa, melatih motorik kasar dan halus, mengembangkan
kecerdasan, melatih daya imajinasi, serta melatih kemampuan membedakan
permukaan dan warna benda.
Adapun alat permainan pada usia ini yang
dapat digunakan antara lain peralatan menggambar, puzzle sederhana manik-manik
ukuran besar, serta berbagai benda yang mempunyai permukaan dan warna yang
berbeda-beda.
d.
Usia 3-6 tahun
Pada usia 2-6 tahun anak sudah mulai
mampu mengembangkan kreativitas dan sosialisasinya, sehingga sangat diperlukan
permainan yang dapat mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan,
kemampuan berbahasa, mengembangkan kecerdasan, menumbuhkan sportivitas,
mengembangkan koordinasi motorik, mngembangkan dan mengonrol emosi, motorik
kasar dan halus, memperkenalan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan, serta
memperkenalkan suasana kompetisi dan gotong royong.
Alat permainan yang dapat digunakan pada
anak usia ini misalnya benda-benda disekitar rumah, buku gambar, majalah
anak-anak, alat gambar, ketas untuk belajar melipat, gunting, dan air.
B.
TOILET
TRAINING PADA ANAK
Toilet training adalah latihan buang air besar dan buang air kecil yangdiberikan
pada anak perempuan mulai usia 18 bulan ( atau lebih cepat24 ) sampai usia3
tahun ( atau 5 tahun pada yang termasuk terlambat (delayed toilet training ),
yangbertujuan melatih anak buang air besar dan buang air kecil yang baik bersih
danbenar seperti cara cebok yakni dari depan ke belakang, dan secara luas
termasukkontrol buang air besar dan buang air kecil yang baik.
Hal yang menyebalkan sekaligus menggemaskan buat orang tua adalah
pada saat buah hatinya buang air kecil (BAK) atau buang air besar (BAB) di
lantai yang sudah bersih. Kalau bukan sayang kepada sang buah hati ini, tentu
saja cacian dan marahan bakal terlontar dari mulut orang tua yang mendapati
anaknya sedang BAK dan BAB disembarang tempat. Salah satu cara menyiasati agar
anak tidak BAK dan BAB disembarang tempat adalah dengan mengajarkan toilet
training sedini mungkin pada si kecil. Buang air besar (BAB) dan air kecil
(BAK) bukanlah suatu masalah besar, namun bagi anak balita, mandiri untuk bisa
BAB dan BAK hal yang patut diacungi jempol. Minimal, anak bisa memberi
tanda-tanda saat akan BAK atau BAB. Bagaimana melatih kemandirian anak untuk
bisa BAB atau BAK.
Waktu yang tepat untuk dimulainya toilet training pada anak adalah pada
saat anak mulai berusia2 bulan, adapun tanda-tanda yang diberikan oleh anak
saat ia sudah siap melakukan toilet training adalah :
1. Tidak mengompol beberapa jam sehari, atau bila ia
berhasil bangun tidur tanpa mengompol sedikit pun
2.
Waktu buang airnya sudah bisa diperkirakan
3.
Sudah bisa memberitahu bila celana atau popok sekali pakainya sudah
kotor ataupun basah.
4.
Tertarik dengan kebiasaan masuk ke dalam toilet, seperti kebiasaan
orang-orang lain di dalam rumahnya
5.
Minta untuk diajari menggunakan toilet.
Tahapan Toilet Training
Mengajarkan toilet training memerlukan beberapa tahapan:
1.
Biasakan menggunakan toilet pada buah hati untuk buang air.
Mulailah dengan membiasakan anak masuk ke dalam WC. Latih si kecil untuk duduk di toilet meski dengan pakaian lengkap. saat si kecil sedang membiasakan diri di toilet, Anda dapat menjelaskan kegunaan toilet. Agar si kecil tidak takut di toilet, orang tua dapat menemaninya sambil membacakan buku atau menyanyikan lagu kesayangannya.
Mulailah dengan membiasakan anak masuk ke dalam WC. Latih si kecil untuk duduk di toilet meski dengan pakaian lengkap. saat si kecil sedang membiasakan diri di toilet, Anda dapat menjelaskan kegunaan toilet. Agar si kecil tidak takut di toilet, orang tua dapat menemaninya sambil membacakan buku atau menyanyikan lagu kesayangannya.
2.
Lakukan secara rutin pada si kecil ketika terlihat ingin buang air.
Sejak si kecil terbiasa dengan toiletnya, ajaklah ia untuk menggunakannya. Biarkan ia duduk di toilet pada waktu-waktu tertentu setiap hari, terutama 20 menit setelah bangun tidur dan seusai makan. Bila pada waktu-waktu itu, si kecil sudah duduk di toilet namun tidak ingin buang air, ajak ia segera keluar dari toilet. Bila sekali-sekali ia mengompol, itu merupakan hal yang normal. Ibu juga tak perlu khawatir dan memaksanya bila si kecil kadang-kadang mogok dan tak mau ke toilet.
Sejak si kecil terbiasa dengan toiletnya, ajaklah ia untuk menggunakannya. Biarkan ia duduk di toilet pada waktu-waktu tertentu setiap hari, terutama 20 menit setelah bangun tidur dan seusai makan. Bila pada waktu-waktu itu, si kecil sudah duduk di toilet namun tidak ingin buang air, ajak ia segera keluar dari toilet. Bila sekali-sekali ia mengompol, itu merupakan hal yang normal. Ibu juga tak perlu khawatir dan memaksanya bila si kecil kadang-kadang mogok dan tak mau ke toilet.
3.
Pujilah bila ia berhasil, meskipun kemajuannya tidak secepat yang anda
inginkan. Bila si anak mengalami kecelakaan segera bersihkan dan jangan
menyalahkannya. Jadilah model yang baik, agar si kecil lebih mudah mengerti.
Contohkan padanya bagaimana menggunakan toilet sehari-hari.Jika anak mengalami
stress saat dikenalkan toilet training, malah akan mempersulit waktu belajarnya.
Perlu diingat juga, orang tua tidak dapat mengontrol kapan dan dimana anak akan
membuang hajatnya, kecuali si anak sendiri.
C.
PERSPEKTIF
ISLAM TERHADAP KEBERSIHAN ANAK
Allah SWT telah menciptakan manusia secara berpasangan. Ada laki-laki,
ada juga perempuan. Dengan adanya pasangan tersebut manusia dapat berketurunan
dan berkembang dari masa ke masa. Proses alami dari perkembangan manusia dalam
berketurunan adalah dengan cara berhubungan suami istri antara laki-laki dan
perempuan dalam sebuah wadah mulia dan ikatan suci yaitu pernikahan. Dari hasil
hubungan tersebut akan membuahkan janin dalam rahim sang istri. Proses
kehamilan ini merupakan suatu yang alami dan paling mudah dalam melahirkan
keturunan. Bahkan secara naluri semua makhluk hidup juga mengetahui hal
tersebut (Nurdin, 2009).
Allah SWT berfirman:
Artinya: “Dialah yang telah menciptakan kamu dari jiwa yang satu,
lalu dijadikan darinya pasangannya, lalu melahirkan dari keduanya banyak
laki-laki dan perempuan …”(QS. Ar-rum: 30)
Ada beberapa
hak-hak anak dalam Islam salah satunya
adalah dengan cara menjaga kebersihan anak dan memberikan nafkah.
Pakaian yang layak, di samping makanan, seorang anak juga membutuhkan perlengkapan
sehari-hari seperti pakaian yang layak dan bersih. Masa bayi merupakan masa
rentan terhadap berbagai penyakit, menyediakan pakaian yang layak dan menjaga
kesehatan pakaian yang digunakan bayi sangat penting dalam menjaga kesehatan
anak tersebut, dalam hal ini Al-Quran telah mewajibkan orang tua supaya
memberikan pakaian kepada anaknya dengan cara yang baik (makruf).
Kata makruf berarti baik, pakaian yang diberikan
kepada anak harus baik dan memenuhi syarat dari segi kesehatan dan juga sesuai
dengan penghasilan seorang ayah. Di samping itu juga harus selalu dijaga
kebersihannya karena Islam adalah agama bersih dan sangat peduli terhadap
kebersihan, bahkan dalam sebuah hadits kebersihan itu dikaitkan dengan
keimanan, bahkan kebersihan merupakan bagian dari iman, artinya orang yang
tidak bersih berarti tidak memiliki sebagian dari iman, sehingga bisa dikatakan
imannya belum sempurna.
Tempat tinggal yang memadai, Seorang anak harus disediakan tempat tinggal yang layak dan bersih
sesuai dengan kemampuan seorang ayah, Islam mengakui kesederhanaan dalam hidup
tetapi sederhana tidak identik dengan kumuh dan jorok. Rasulullah saw bersabda:
الطُّهُورُ
شَطْرُ الْإِيمَانِ
Artinya:
Kebersihan adalah bagian dari iman
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Stimulasi
tumbuh kembang anak dapat dilakukan dengan cara memberikan permainan atau
bermain, mengingat dengan bermain anak akan belajar dari kehidupan. Ketikaanak sudah memasuki masa bermain atau disebut juga
sebagai masa toddler, maka anak selalu membutuhkan kesenangan pada dirinya.Oleh
karena itu, tidak terlalu heran apabila masa anak-anak sangat identk dengan
masa bermain, sebab pada masa tersebut perkembangan anakakan mulai diasah
sesuai dengan kebutuhannya.Namun banyak orang yang menganggap masa bermain pada
anak tidak perlu mendapat perhatian secara khusus, sehingga banyak orang tua
yng membiarkan anak bermain tanpa memerhatikan unsur pendidikan terhadap permainan
yang dilakukan oleh anak.
Selama anak bermain perlu diperhatikan kekurangan
dan kelebihan permainan yang dilakukan anak. Permainan harus dapat menstimulasi
perkembangan kreativitas anak serta perkembangan mental dan emosional, sehingga
orangtua harus mengarah agar sesuai dengan proses pematangan perkembangan
tersebut. Pada anak yang mendapatkan atau terpenuhi kebutuhan bermainnya dapat
terlihat pula adanya suatu polaperkembangan yang baik.
Pada toilet training dapat mulai
dilatih pada saat mulai berumur 2 bulan
yang ditandai dengan ekspresi wajah anak yang siap untuk melakukan
toilet training, adapun beberapa hak anak kepada orang tuanya dalam islam
adalah dengan cara memberikan pakaian yang layak kepada anak dan tempat tinggal
yang layak
Islam juga mengajarkan tentang hidu bersih dan menjaga
kebersihan agar terhindar dari penyakit yang dapat mengganggu tugas kita dalam
beribadah kepada Allah SWT.
B. SARAN
Anak sebaiknya diberikan stimulus sejak dini dan
sesuai dengan umur tumbuh kembangnya dan ajarkanlah training toilet. Karena kebersihan
adalah sebagian dari iman. Semua ini harus diberikan sejak dini agar tumbuh
kembang anak juga optimal.Ajarkan anak kita sejak dini
untuk menjaga kebersihannya agar anak kita menjadi generasi yang sehat.
DAFTAR
PUSTAKA
Alimul, A Aziz. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan
Kebidanan.2008. Salemba Medika : Jakarta
Natalia, Susi. Pengaruh ” Toilet Training ” Terhadap Kejadian
Isk Berulang Pada Anak Perempuan Usia 1 – 5 Tahun. 2006. Program Pasca
SarjanaMagister Ilmu BiomedikDanProgram Pendidikan Dokter Spesialis IIlmu
Kesehatan AnakUniversitas Diponegoro: Semarang
Abu Hafs. Kebersihan Bagian Dari Iman. 2011. at:http://umar-arrahimy.blogspot.com/2011/12/kebersihan-bagian-dari-iman.html
Anonymous.Toilet Training pada Anak.2010. http://maizarpsikologi09.blogspot.com/search?q=toilet+training+pada+anak
Tim Penyusun IKADI. Pandangan Islam Tentang Ibu Hamil Dan
Kesehatan Anak-Anak. 2006.http://mulyadinurdin.wordpress.com/2009/12/31/pandangan-islam-tentang-ibu-hamil-dan-kesehatan-anak-anak/
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus