Minggu, 10 November 2013

Mitos Kehamilan





Mitos Tentang Kehamilan Dan Penjelasannya Secara Ilmiah



1.      Bentuk Perut menentukan Jenis Kelamin



Mitos:



Jenis kelamin bayi berdasarkan bentuk perut sang ibu. Mitos ini sangat lazim kita dengar. Jika bayi dalam kandungan perempuan maka perut ibu cenderung membundar penuh. Sementara itu, jika bayi yang dikandung lakilaki maka perut sang ibu membulat tetapi terlihat meruncing. Banyak yang mendapati hal tersebut benar sehingga lambat laun banyak yang mengira hal tersebut merupakan fakta medis.



Fakta:



Namun sebenarnya bukan. Bentuk perut ini dan jenis kelamin tidak memiliki korelasi yang jelas sebab rupa perut saat hamil dipengaruhi oleh kekuatan otot perut ibu dan juga posisi bayi di dalam perut. Jika posisi bayi melintang maka dipastikan perut si ibu akan melebar ke samping. Dan, jika volume ketuban berlebih maka tentu perut ibu akan lebih besar bukan? Lebih lanjut, para peneliti juga menemukan fakta bahwa jika wanita baru pertama kali mengandung, perutnya cenderung bulat meruncing sebab otot di perutnya masih kuat menopang rahim. Dan pada kehamilan berikutnya akan bertambah besar tetapi tidak lagi runcing karena otot perut tak lagi kuat menopang rahim.







Sumber:http://faktaibuhamil.blogspot.com/2013/01/mengurai-mitos-seputar-kehamilan.html







2.      Minum air es akan membuat ukuran bayi besar. Hal ini secara medis tidak benar sebab hal yang menyebabkan ukuran bayi membesar adalah nutrisi yang diberikan sang ibu dan juga dipengaruhi oleh faktor genetis. Minum es bukan hal haram. Hanya saja jumlah serta frekuensinya harus dibatasi sebab bisa membuat ulu hati terasa sesaknya di kehamilan pertama.







Sumber:http://faktaibuhamil.blogspot.com/2013/01/mengurai-mitos-seputar-kehamilan.html



3.      Mitos : Minum es akan membuat bayi besar dan susah lahir.



Tentu saja risiko bayi kegemukan menjadi lebih besar jika ibunya suka mengonsumsi es cendol, es campur, es doger, es teller, es palubutung dan es soda gembira.



Segar sih, tapi perpaduan santan, gula dan sirup membuat kandungan kalori dalam minuman es tersebut cukup besar. Kelebihan kalori bisa menambah berat badan mama dan janin. Kalau bayinya besar tentu saja proses melahirkan (normal) jadi lebih sulit.



4.      Leher ibu hamil yang menghitam atau puting yang berwarna gelap menandakan bayinya laki-laki



Perubahan warna pada leher atau puting tidak ada hubungannya dengan jenis kelamin bayi. Perubahan warna kulit pada ibu hamil diakibatkan peningkatan progesteron dan melanost (hormon yang mengatur pigmentsi kulit). Karena itu puting susu yang menghitam biasa terjadi pada kehamilan, baik pada ibu hamil yang mengandung bayi laki-laki atau perempuan. Selain perubahan warna kulit dan puting susu, ibu hamil juga memiliki guratan kehitaman di perut dan garis hitam dari pusar ke bagian pugbis. Namun gejala ini akan menghilang setelah melahirkan.














5.      Makan buah Nanas saat Hamil



Mitos : Tidak boleh makan nanas dan pisang dempet.



Benarkah makan buah-buah tersebut bisa menyebabkan keguguran atau anaknya lahir kembar siam?



Fakta: Sebenarnya tak ada kaitan antara makan nanas dan keguguran, apalagi nanas merupakan sumber vitamin C dan serat yang cukup baik. Walau begitu, sampai sekarang masih banyak mama hamil yang pantang makan nanas “Percaya-nggak percaya sih, tapi daripada kenapa-kenapa mending turuti saja nasehat orangtua, toh masih ada buah lain,” demikian jawaban standar para mama hamil yang kami tanya.



Yang berbahaya bagi ibuhamilsebetulnya buah nanas muda dan sangat asam, serta dikonsumsi dalam jumlah banyak. Buah nanas yang matang, justru banyak mengandung zat-zat gizi untuk perkembangan janin, seperti vitamin A, vitamin C, kalsium (Ca), fosfor (P), magnesium (Mg), zat besi (Fe), natrium (Na), kalium (K), gula dektrosa, sukrosa dan serat. Sebelum dimakan, rendamlah di dalam air garam untuk menghilangkan getahnya.Selai maupun setup nanas aman dikonsumsi ibu hamil. Namun, batasi agar Anda tidak kelebihan asupan kalori harian, karena keduanya mengandung kadar gula yang tinggi.







Kalau soal makan pisang dempet, mungkin zaman dahulu ketika lahir bayi kembar siam, masyarakat membutuhkan penjelasan soal bagaimana ‘keanehan’ itu dapat terjadi. Berhubung pengetahuan terbatas dan peralatan medis belum canggih, maka si pisang dempetlah yang disalahkan.



6.      Minum air Kelapa saat hamil



Mitos : Minum air kelapa supaya kulit bayi bersih dan minum air kacang hijau supaya bayi memiliki rambut lebat.



Fakta: Pendapat satu ini termasuk yang baik untuk diikuti. Air kelapa tidak hanya berisi air, tetapi juga mengandung nutrisi seperti potassium, sodium, gula, magnesium, vitamin B dan vitamin C. selain bermanfaat sebagai elektrolit, minum air kelapa juga bisa mengurangi rasa mual.



Sedangkan kacang hijau mengandung protein, lemak, vitamin A, vitamin B, fosfor dan zat besi, nutrisi yang baik bagi perempuan hamil.  Soal bayinya akan lahir dengan kulit putih bersih dan rambut tebal, itu lebih banyak tergantung dari gen mama dan papanya. 



7.      Mitos: Tidak boleh melayat orang meninggal



Konon bayi dalam kandungan bisa terkena sawan mayat alias lahir dalam keadaan pucat dan layu seperti mayat. Entah dari mana mitos ini timbul. Tapi kalau dipikir dengan logika, rumah duka pasti diliputi emosi kesedihan yang mendalam.
Tidak jarang anggota keluarga yang ditinggalkan menjadi histeris bahkan pingsan saat melihat jenazah atau menguburkan jenazah. Suasana demikian mungkin dianggap kurang baik bagi perempuan hamil, apalagi kalau calon mama termasuk orang yang gampang tersentuh, dikhawatirkan jadi terbawa emosi dan ikut larut dalam duka




Bagaimana pun ketenangan batin calon mama itu penting. Meski sawan mayat itu hanya mitos tapi kalau si mama jadi merasa khawatir ‘ada apa-apa’ dengan bayinya gara-gara melayat kerabat atau kenalan yang meninggal dunia, ya lebih baik tidak usah. Orang lain pasti maklum, kok, bila sedang hamil pantang melayat.



8.      Mitos: Tidak boleh membunuh binatang dan membenci orang lain

Katanya selama masa kehamilan, calon mama dan calon papa tidak boleh membunuh atau menyakiti binatang karena anaknya bisa cacat dan kalau membenci seseorang anaknya akan mirip dengan orang yang dibenci.




Kalau mitos yang ini sih dimaksudkan supaya selama menanti kelahiran anak, mama dan papa berbuat yang baik-baik dan menyayangi makhluk hidup. Tentunya ini hal yang baik untuk dilakukan. Sikap penyayang diharapkan terus berlanjut dalam perjalanan mendidik anak dan berpengaruh positif terhadap kondisi emosi anak.











Adapun beberapa mitos lain tentang kehamilan berdasarkan referensi lainnya, yaitu



1.    Hindari Pete dan jengkol



Mitos: saat lahir anak akn amis



Fakta:efek gas dan kristal asam jengkolat berpengaruh pada aroma ketuban



2.    Ngidam orang yang cantik/ganteng



Mitos: agar anaknya seperti orang tersebut



Fakta:cantik dan ganteng adalah faktor genetik



3.    Benci dengan seseorang



Mitos: anaknya akan mirip dengan orang tersebut



Fakta: membenci orang lain dilarang agama,selama hamil agar sehat lahir dan batin karena anak belajar pengendalian diri sejak dari kandungan



4.    Ngidam harus dituruti



Mitos: anak akan ngiler terus menerus jika ngidam tidak terpenuhi



Fakta: adanya produksi kelenjar ludah berlebih dan belum bisa meludah dan mulut bayi belum bisa reflek menutup mulutnya dengan baik



5.    Selama hamil, suami atau ibu hamil dilarang Membunuh binatang



Mitos: anak cacat sesuai perbuatan



Fakta: cacat janin karena kurang gizi, penyakit, keturunan, dan radiasi



6.    Sering mengucap “amit-amit jabang bayi” saat kejadian menjijikan, mengerikan sambil mengusap perut



Mitos: agar anak terhindar dari kejadian itu



Fakta: ketakutan yang tidak bermanfaat



7.    Tidak boleh keluar malam



Mitos: banyak roh jahat yang mengancam keselamatan ibu hamil dan janinnya
Fakta: udara malam banyak mengandung CO2



8.    Leher dan puting menghitam serta perut ibu lonjong



Mitos: anaknya yang akan lahir adalah laki-laki



Fakta: naiknya progesteron dan melanocyte, yang mempengaruhi jenis kelamin bayi adalah hasil pembelahan kromosom dari orang tua



9.     Ibu hamil senang berdandan dan perut bulat



Mitos: anak yang akan lahir adalah perempuan



Fakta: berdandan adalah suatu kebiasaan, sedangkan perut bulat/lonjong tergantung posisi janin dan volume air ketuban.



10.     Belanja kebutuhan bayi sebelum usia kandungan 7 bulan



Mitos: akan mengalami keguguran



Fakta: belanja tersebut jangan sampai mubazir karena di usia awal kehamilan sebelum 7 bulan masih rentan gagal (keguguran).



11.      Banyak asupan kacang, Kedelai dan bengkoang .



Mitos: anak yang akan lahir memiliki kulit yang putih bersih



Fakta: kulit putih bersih adalah genetik, Kacang dan kedelai sangat baik bagi kesehatan ibu hamil dan janin karena mengandung protein yang tinggi, bengkoang mengandung banyak vitamin.



12.     Hindari durian,tape



Mitos: sakit perut panas ke perut ibu



Fakta: gas dan alkohol dari durian dan tape menimbulkan efek panas perut
ibu dan durian mengandung kolesterol tinggi yang mempertinggi resiko DM



13.     Setelah menyapu, sampah langsung dibakar tidak boleh dibiarkan menumpuk



Mitos: akan menghambat proses kelahiran



Fakta: agar terlihat bersih dan tidak semrawut.



14.     Ibu hamil tidak boleh duduk di bibir sumur



Mitos: keguguran



Fakta: menjaga keselamatan ibu.



15.     Mengupas buah dan sayur dari ujung



Mitos: bayi lahir sungsang



Fakta: bayi sungsang karena posisi kepala bayi belum masuk panggul.



16.     Ibu hamil DILARANG merendam pakaiaN;mencuci tangan dengan air bekas cucian



Mitos: bayi yang lahir akan bau



Fakta: air ketuban berbau tergantung asupan makanan ibu selama hamil



17.     Makanan terlalu pedas, terasi, jantung pisang



Mitos: bayi akan terlahir dengan kulit kemerahan/gelap



Fakta: kulit gelap tergantung genetik, makanan pedas memicu kontraksi perut ibu,sehingga sakit perut.



18.     Kalau makan tidak boleh digigit (brakot), harus dicuil(sedikit-sedikit);
dilarang menjahit pakaian yang sedang dipakai



Mitos: anak akan sumbing



Fakta: makan dicuil melatih kesabaran dan kesopanan (tidak rakus); menjahit
pakaian yang dipakai berbahaya.



19.     Dilarang makan ikan asin/laut



Mitos: anak yang lahir akan belekan (kotoran mata); ASI amis



Fakta: ikan asin merupakan sumber mineral yang baik bagi ibu hamil
(protein, as. folat, yodium, fosfor) kecuali ibu yang beriwayat hipertensi



Jumat, 26 April 2013

Askep Kehilangan



A.    Definisi
Kehilangan merupakan suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada menjadi tidak ada, baik sebagian atau seluruhnya.Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiapindividu selama rentang kehidupan, sejak lahir individu sudah mengalami kehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda.
Kehilangan adalah suatu kondisi yang terputus atau terpisah atau memulai sesuatu tanpa hal yang berarti sejak kejadian tersebut. Kehilangan mungkin terjadi secara bertahap atau mendadak, bisa tanpa kekerasan atau traumatik, diantisispasi atau tidak diharapkan/diduga, sebagian atau total dan bisa kembali atau tidak dapat kembali.

B.     Faktor yang mempengaruhi kehilangan
Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi kehilangan, tergantung:
1.      Arti dari kehilangan
2.      Sosial budaya
3.      kepercayaan / spiritual
4.      Peran seks
5.      Status social ekonomi
6.      Kondisi fisik dan psikologi individu

C.    Tipe Kehilangan
Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu:
1.      Aktual atau nyata.
Mudah dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, misalnya; amputasi, kematian orang yang sangat berarti / di cintai.

2.      Persepsi
Hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat dibuktikan, misalnya; seseorang yang berhenti bekerja / PHK, menyebabkan perasaan kemandirian dan kebebasannya menjadi menurun.

D.    Jenis – jenis kehilangan
Terdapat 5 katagori kehilangan, yaitu:
1.         Kehilangan seseorang  seseorang yang dicintai
Kehilangan seseorang yang dicintai dan sangat bermakna atau orang yang berarti adalah salah satu yang paling membuat stress dan mengganggu dari tipe-tioe kehilangan, yang mana harus ditanggung oleh seseorang.
Kematian juga membawa dampak kehilangan bagi orang yang dicintai.Karena keintiman, intensitas dan ketergantungan dari ikatan atau jalinan yang ada, kematian pasangan suami/istri atau anak biasanya membawa dampak emosional yang luar biasa dan tidak dapat ditutupi.
2.         Kehilangan yang ada pada diri sendiri (loss of self)
Bentuk lain dari kehilangan adalah kehilangan diri atau anggapan tentang mental seseorang. Anggapan ini meliputi perasaan terhadap keatraktifan, diri sendiri, kemampuan fisik dan mental, peran dalam kehidupan, dan dampaknya.Kehilangan dari aspek diri mungkin sementara atau menetap, sebagian atau komplit. Beberapa aspek lain yang dapat hilang dari seseorang misalnya kehilangan pendengaran, ingatan, usia muda, fungsi tubuh.
3.         Kehilangan objek eksternal
Kehilangan objek eksternal misalnya kehilangan milik sendiri atau bersama-sama, perhiasan, uang atau pekerjaan.Kedalaman berduka yang dirasakan seseorang terhadap benda yang hilang tergantung pada arti dan kegunaan benda tersebut.
4.         Kehilangan lingkungan yang sangat dikenal
Kehilangan diartikan dengan terpisahnya dari lingkungan yang sangat dikenal termasuk dari kehidupan latar belakang keluarga dalam waktu satu periode atau bergantian secara permanen. Misalnya pindah kekota lain, maka akan memiliki tetangga yang baru dan proses penyesuaian baru.
5.         Kehilangan kehidupan/ meninggal
Seseorang dapat mengalami mati baik secara perasaan, pikiran dan respon pada kegiatan dan orang disekitarnya, sampai pada kematian yang sesungguhnya.Sebagian orang berespon berbeda tentang kematian.

E.     Rentang Respon Kehilangan
Denial    Anger   Bergaining  Depresi    Acceptance
1.      Fase denial
a)      Reaksi pertama adalah syok, tidak mempercayai kenyataan
b)      Verbalisasi;” itu tidak mungkin”,“saya tidak percaya itu terjadi”.
c)      Perubahan fisik; letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernafasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah.
2.      Fase anger / marah
a)      Mulai sadar akan kenyataan
b)      Marah diproyeksikan pada orang lain
c)      Reaksi fisik; muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal.
d)     Perilaku agresif
3.      Fase bergaining / tawar- menawar.
a)      Verbalisasi; “ kenapa harus terjadi pada saya ? “ kalau saja yang sakit bukan saya “ seandainya saya hati-hati “.
4.      Fase depresi
a)      Menunjukan sikap menarik diri, tidak mau bicara atau putus asa.
b)      Gejala ; menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido menurun.

5.      Fase acceptance
a)      Pikiran pada objek yang hilang berkurang.
b)      Verbalisasi ;” apa yang dapat saya lakukan agar saya cepat sembuh”, “ yah, akhirnya saya harus operasi
ASUHAN KEPERAWATAN

A.    Pengkajian
     Pengkajian masalah ini adalah adanya faktor predisposisi yang memengaruhi respons seseorang terhadap perasaan kehilangan yang dihadapi, antara lain:
1.      Faktor genetik, Individu yang dilahirkan dan dibesarkan  dalam keluarga dengan riwayat depresi akan sulit mengembangkan sikap optimis dalam menghadapi suatu permasalahan,termasuk dalam menghadapi perasaan kehilangan.
2.      Kesehatan fisik. Individu dengan fisik, mental, serta pola hidup yang teratur cenderung mempunyai kemampuan dalam mengatasi stress yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang mengalami gangguan jasmani.
3.      Kesehatan Mental . Individu yang mengalami gangguan jiwa, terutama yang mempunyai riwayat depresi yang ditandai dengan perasaan tidak berdaya dan pesimis, selalu dibayangi masa depan peka dalam menghadapi situasi kehilangan.
4.      Pengalaman kehilangan di masa lalu. Kehilangan atau perpisahan dengan orang yang dicintai pada masa kanak-kanak akan memengaruhi kemampuan individu dalam mengatasi perasaan kehilangan pada masa dewasa.
5.      Struktur kepribadian. Individu dengan konsep diri  yang negative dan perasaan rendah diri akan menyebabkan rasa percaya diri dan tidak objektif terhadap stress yang dihadapi.
6.      Adanya stressor perasaan kehilangan. Stressor ini dapat berupa stressor yang nyata ataupun imajinasi individu itu sendiri, seperti kehilangan biopsikosial yang meliputi kehilangan harga diri, pekerjaan, seksualitas, posisi dalam masyarakat, milik pribadi (kehilangan harta benda atau yang dicintai, kehilangan kewarganegaraan,dan lain-lain).
Mekanisme koping yang sering dipakai oleh individu dengan respons kehilangan,antara lain: pengingkaran , regresi , intelektualisasi , disosiasi , supresi , dan proyeksi  yang digunakan  untuk menghindari intensitas stress yang dirasakan sangat menyakitkan. Dalam keadaan patologi,mekanisme koping sering dipakai secara berlebihan atau tidak memadai. Pengkajian tanda klinis berupa adanya distress somatic seperti gangguan lambung, rasa sesak, napas pendek, sering mengeluh, dan merasakan lemah. Pengkajian terhadap masalah psikologis adalah tidak ada atau kurangnya pengetahuan dan pemahaman kondisi yang terjadi, penghindaran pembicaraan tentang kondisi penyakit, serta kemampuan pemahaman sepenuhnya terhadap prognosis dan usaha menghadapinya.

B.     Diagnosa Keperawatan
Kehilangan berhubungan dengan respon berduka.


             C.  Tindakan/Intervensi

 
Intervensi
Rasional
1. Mandiri
·      Berikan lingkungan yang terbuka dimana pasien merasa bebas untuk dapat mendiskusikan perasaan dan masalah secara realistis.

·         Kemampuan komunikasi terapeutik seperti aktif mendengarkan, diam, selalu bersedia, dan pemahaman dapat memberikan pasien kesempatan untuk berbicara secara bebas dan berhadapan dengan perasaankerugian aktual.
·         Identifikasi tingkat rasa duka/disfungsi:
ü Penyangkalan : waspada terhadap terhadap tingkah laku menghindar; rasa marah, menarik diri, dan seterusnya. Izinkan pasien untuk berbicara mengenai apa yang menjadi pilihannya dan tidak mencoba untuk memaksa pasien “menghadapi fakta.”
ü  Menolak realitas diagnosa dan/atau prognosis adalah fase penting dimana pasien akan melindungi dirinya dari rasa sakit dan realitas mengenai ancaman kehilangan. Setiap orang melakukan hal ini dalam cara individual yang didasarkan pada pengalaman sebelumnya dengan kehilangan dan faktor-faktor kultural/religius.
ü Marah: catat tingkah laku menarik diri, kurangnya kerja sama, dan ekspresi langsung rasa marah. Pahami bahasa tubuh dan kaji artinya dengan pasien. Dorong/izinkan verbalisasi rasa marah dengan menghargai perasaan dan persiapan batas-batas mengenai tingkah laku yang dekstruktif.
ü  Penolakan akan menimbulkan perasaan marah, gusar, bersalah, dan benci. Pasien akan menemukan bahwa sulit untuk menunjukkan rasa marah secara langsung dan mungkin akan merasa bersalah mengenai rasa marah. Meskipun staf memiliki kesulitan untuk berhadapan dengan tingkah laku marah, penerimaan akan hal tersebut akan membuat pasien dapat mengatasi rasa marah dan mengarah pada tingkah laku koping yang lebih efektif.
ü Tawar-menawar: hati-hati terhadap pernyataan seperti “....jika saya melakukan hal ini, maka akan menyelesaikan masalah.” Izinkan verbalisasi tanpa konfrontasi mengenai realita.
ü  Tawar-menawar dengan pemberi perawatan atau Tuhan seringkali terjadi dan mungkin berguna untuk memulai resolusi dan penerimaan. Pasien mungkin dapat mengatasi rasa bersalah mengenai hal-hal yang dilakukan dan tidak dilakukan.
ü Depresi: berikan pasien izin dimana dia berada. Berikan kenyamanan dan juga perawatan untuk kebutuhan fisik
ü  Jika pasien tidak lagi dapat menolak realitas kehilangan, perasaan tidak berdaya dan putus asa akanmenggantikan rasa marah. Pasien membutuhkan informasi bahwa hal ini adalah perkembangan perasaan yang normal.

ü Penerimaan: menghargai kebutuhan pasien dan harapannya untuk ketenangan, privasi dan/atau berbicara.
ü  Setelah melewati penyangkalan, rasa marah, dan depresi, pasien seringkali memilih untuk sendiri dan tidak ingin berbicara pada saat itu. Pasien mungkin masih memiliki sedikit harapan yang dapat mendukungnya terhadap apapun yang terjadi pada saat itu.
·         Dengarkan dengan aktif pandangan pasien dan selalu sedia untuk membantu jika diperlukan.
·         Proses berduka tidak berjalan dalam cara yang teratur, tetapi fluktuasinya dengan berbagai aspek dari berbagai tingkat yang muncul pada suatu kesempatan atau pada kesempatan yang lain. Jika prosesnya bersifat disfungsional atau perpanjangan, intrvensi yang lebih agresif mungkin dibutuhkan untuk mempermudah proses.
·         Identifikasi dan solusi pemecahan masalah untuk keberadaan respons-respons fisik, misalnya makan, tidur, tingkat aktivitas dan hasrat seksual.
·         Mungkin dibutuhkan tambahan bantuan untuk berhadapan dengan aspek-aspek fisik dari rasa berduka.
·         Kaji kebutuhan orang terdekat dan bantu sesuai petunjuk.
·         Identifikasi dari masalah-masalah berduka disfungsional akan mengidentifikasi intervensi individual
2.    Kolaborasi
·      Rujuk pada sumber-sumber lainnya, misalnya konseling, pskoterapi sesuai petunjuk
·         Mungkin dibutuhkan bantuan tambahan untuk mengatasi rasa duka, membuat rencana, dan menghadapi masa depan.
D.   Evaluasi
1.      Apakah pasien sudah dapat mengungkapkan perasaannya secara spontan?
2.     Apakah pasien dapat menjelaskan makna kehilangan tersebut terhadap kehidupannya?
3.    Apakah pasien sistem pendukunguntuk mengungkapkan perasaannya (teman, keluarga, lembaga atau perkumpilan lain)?
4.      Apakah pasien menunjukkan tanda-tanda penerimaan?
5.      Apakah pasien sudah dapat menilai hubungan baru dengan orang lain dan objek lain?