Rabu, 23 Mei 2012

Jurnal kesehatan


Merenovasi Citra Diri (Positif )Melalui Konsepsi Islami
Nur Rahmi AR
Mahasiswa Jurusan Keperawatan
Uin Alauddin Makassar

ABSTRAK
Suatu fakta yang tidak bisa dibantah adalah bahwa citra diri dapat diubah. Orang tidak pernah terlalu muda atau terlalu tua untuk mengubah citra dirinya dan memulai hidup baru yang lebih kreatif, lebih produktif, lebih makmur, lebih sejahtera, lebih bahagia dalam arti kata yang sebenarnya. Bagi sebagian orang yang sedikit mengalami hambatan psikologis, peran seorang hypnotherapist menjadi amat penting dalam membantu mereka untuk mengubah citra diri dengan metode hypnosis.
Walaupun fakta membuktikan bahwa tiada manusia yang sempurna, ini tidak menjadikan perjalanan ini menjadi sebuah perjalanan yang sia-sia. Hal ini merupakan sebuah perjalanan yang luar biasa dahsyatnya, karena tiada batas puncak pencapaiannya. Sehingga dalam setiap generasi, manusia dapat berusaha untuk selalu lebih baik dari generasi sebelumnya. Dan dalam setiap fase kehidupannya terbuka luas sebuah peluang untuk menjadi lebih baik dari fase kehidupan sebelumnya. Atau sebuah peningkatan derajat kemuliaan manusia yang tiada batas.
Di alam ini segala hal berubah, dan tak ada yang tak berubah, kecuali perubahan itu sendiri. Pada masa kita sekarang, perubahan berjalan sangat cepat, bahkan dahsyat dan dramatik. Untuk mencapai kemajuan, setiap orang harus merencanakan perubahan, dan perubahan itu harus datang dan dimulai dari diri sendiri. Perubahan sejatinya tidak dapat dipaksakan dari luar, tetapi merupakan revolusi kesadaran yang lahir dari dalam. Namun, perubahan yang dikehendaki, yaitu perubahan menuju kemajuan, tidak datang dari langit (given) atau datang secara cuma-Cuma (taken for granted). Hal ini, karena Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, kecuali kaum itu sendiri mengubah diri mereka sendiri.
Kata kunci: Citra Diri manusia dapat diubah melalui konsep islam

LATAR BELAKANG


Hasil penelitian yang dilakukan di Amerika oleh Dr. Eli Ginzberg beserta timnya menemukan satu hasil yang mencengangkan. Penelitian ini melibatkan 342 subyek penelitian yang merupakan lulusan dari berbagai disiplin ilmu. Para subyek penelitian ini adalah mahasiswa yang berhasil mendapatkan bea siswa dari Colombia University. Dr. Ginzberg dan timnya meneliti seberapa sukses 342 mahasiswa itu dalam hidup mereka, lima belas tahun setelah mereka menyelesaikan studi mereka. Hasil penelitian yang benar-benar mengejutan para peneliti itu adalah:
Mereka yang lulus dengan mendapat penghargaan (predikat memuaskan, cum laude atau summa cum laude), mereka yang mendapatkan penghargaan atas prestasi akademiknya, namun mereka yang berprestasi akademik itu ternyata lebih cenderung berprestasi biasa-biasa
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa tidak ada hubungan langsung antara keberhasilan akademik dan keberhasilan hidup. Lalu faktor apa yang menjadi kunci keberhasilan hidup manusia?
Kunci keberhasilan hidup adalah konsep diri positip. Konsep dirimemainkan peran yang sangat besar dalam menentukan keberhasilan hidup seseorang. Proses pembentukan konsep diridimulai sejak anak masih kecil. konsep diri yang jelek akan mengakibatkan rasa tidak percaya diri, tidak berani mencoba hal-hal baru, tidak berani mencoba hal yang menantang, takut gagal, takut sukses, merasa bodoh, rendah diri, merasa diri tidak berharga, merasa tidak layak untuk sukses, pesimis, dan masih banyak perilaku inferior lainnya.
Sebaliknya orang yang konsep dirinya baik akan selalu optimis, berani mencoba hal-hal baru, berani sukses, berani gagal, percaya diri, antusias, merasa diri berharga, berani menetapkan tujuan hidup, bersikap dan berpikir positip, dan dapat menjadi seorang pemimpin yang handal (Adi W. Gunawan)
Citra diri dan sosial diri adalah variabel, sedangkan standarnya adalah nilai Islam. Ini harus dijadikan standar dan yang membimbing diri kita. Oleh karena itu tingkatan diri yang paling ideal adalah saat pengaptasian antara diri kita dengan nilai itu semakin klop. Itu yang harus kita usahakan.
Citra diri merupakan pemahaman diri yang efeknya memberikan ketenangan karena kita memahami diri kita. 

TUJUAN PENULISAN


Adapun tujuan penulisan dari jurnal yang berjudul merenovasi citra diri (positif) melalui konsepsi islam adalah
·         Pengertian citra diri
·         Pendapat beberapa ahli mengenai konsep citra diri
·         Menjelaskan kaitan antara citra diri dan berbagai komponen konsep diri lainnya seperti ideal diri dan harga diri serta persepsi mengenai diri seseorang
·         Macam-macam citra diri, keunggulan memiliki citra diri positif serta beberapa kesan positif dari lingkungan
·         Cara yang baik untuk mengubah citra diri dalam beribadah
·         Citra diri positif yang muncul dari tadabbur qur’an, strategi membangun citra diri
·         serta Kaitan potensi diri dan berpikir kritis mengenai citra diri


TINJAUAN PUSTAKA


Ada dua komponen konsep diri yaitu komponen kognitif dan komponen afektif. Boleh jadi komponen individu berupa , “saya ini orang bodoh, dan komponen afektif berkata “saya senang diri saya bodoh, ini lebih baik bagi saya”. Boleh jadi komponen kognitifnya seperti tadi, tetapi komponen afektifnya berbunyi, “saya malu sekali karena saya menjadi orang bodoh”. Dalam psikologi sosial, komponen kognitif disebut citra-diri (self image), dan komponen afektif disebut harga diri.
Citra diri berhubungan dengan karakter diri seseorang, dimana Karakter adalah orang menggunakan kontrol diri untuk bertindak atas bertanggung jawab pada nilai-nilai yang bertanggung jawab. Kontrol diri adalah sejauh penyihir seseorang mengatur perilaku sendiri. Misalnya, seseorang yang menghargai kejujuran sengaja diberikan terlalu banyak berubah dengan pegawai toko kelontong. Karena orang thuis nilai kejujuran dan memiliki karakter yang baik, ia menggunakan kontrol diri dan menghindari godaan untuk menjaga perubahan tambahan.
Harga diri adalah penting dari kesehatan orang mental. Harga diri adalah keyakinan seseorang tentang nilai sendiri. Harga diri possitive adalah keyakinan seseorang bahwa ia patut dan layak hormat, sedangkan harga diri negatif adalah keyakinan seseorang bahwa dia tidak layak dan tidak layak hormat.
Horney ahli psikoanalisis menjelaskan aspek-aspek yang berbeda dari diri seseorang yaitu real self, despised self dan ideal self. Namun dalam hal ini yang sangat berkaitan dengan citra diri adalah real self yang merupakan inti dari kepribadian yang membentuk diri individu, termasuk potensi yang dapat dikembangkan, inti ini dapat dirusak oleh ketidak acuhan dan pengabaian orangtua.
Citra diri adalah sikap individu terhadap tubuhnya, baik secara sadar maupun secara tidak sadar meliputi performance, potensi tubuh, fungsi tubuh, serta persepsi dan perasaan tentang ukuran dan bentuk tubuh.
Citra Diri juga merupakan Kesimpulan dari pandangan kita dalam berbagai peran (sebagai anak, Mahasiswa, staff, manager) atau merupakan Pandangan kita tentang watak kepribadian yang kita rasa ada pada kita (setia, jujur, bersahabat, judes, dll). Dalam konsep islam Citra diri itu adalah akhlak yang merupakan kepribadian bahkan bisa dikatakan salah satu dari aspek identitas keimanan kita. Contohnya seperti seorang muslim tidak bisa dikenali hanya melalui aktivitasnya di masjid, atau juga bukan karena ia rajin ke masjid, tapi lebih jauh didalamnya bahwa identitas keyakinan seorang muslim itu ditandai dengan prestasi kerja, tingkat ibadah, dan aktivitas sosialnya.
Hal-hal penting yag terkait dengan gambaran/citra diri sebagai berikut,
·         Fokus individu terhadap fisik yang lebih menonjol pada usia remaja
·         Bentuk tubuh, TB dan BB serta tanda-tanda pertumbuhan kelamin sekunder (mamae, menstruasi, perubahan suara, pertumbuhan bulu), menjadi gambaran diri.
·         Cara individu memandang diri berdampak terhadap penting terhadap aspek psikologis
·         Gambaran yang realistik terhadap menerima dan menyukai bagian tubuh, akan memberi rasa aman dalam menghindari kecemasan dan meningkatkan harga dri
·         Individu yang stabil, realistik, dan konsisten terhadap gambaran dirinya, dapat mendorong sukses dalam kehidupan.
Citra diri, ideal diri dan harga diri saling berkaitan, sehingga dikatakan dalam sebuah referensi mengenai pengertian dari ketiga komponen konsep diri tersebut,
1.      Diri Ideal, dalam konteks dunia pendidikan, diri ideal yang sering ditetapkan orangtua adalah anak harus mendapat nilai sempurna (100 atau A). dalam setiap ujian.
2.      Citra Diri, anda akan selalu bertindak atau bersikap sesuai dengan gambar yang muncul dalam cermin/citra diri anda.
3.      Harga Diri, semakin anda menyukai diri anda, menerima diri anda, & hormat pada diri anda sendiri sebagai seorang yang berharga & bermakna, maka semakin tinggi harga diri anda.           
Dari ketiga pengertian komponen konsep diri diatas dapat diambil kesimpulan seperti: Orangtua anda menetapkan diri ideal anda harus mendapat nilai 100 untuk ulangan Matematika, tetapi anda hanya dapat nilai 60 (Citra diri). Yang terjadi sekarang adalah diri ideal tidak sejalan dengan citra diri.Ini sudah pasti akan berpengaruh pada harga diri anda.
Citra diri atau gambaran mental tentang diri sendiri sangat besar pengaruhnya pada kehidupan seseorang.
Citra diri positif akan memberikan kehidupan yang baik sedang Citra diri negatif akan menghancurkan kehidupan seseorang. Mengubah citra diri negatif menjadi positif membutuhkan perjuangan yang berat dan sunguh-sungguh. Citra diri negatif yang telah tertanam berakar dalam fikiran bawah sadar tidak bisa dilenyapkan begitu saja dengan mudah, Perlu usaha yang berat dan gigih.
Mengubah citra diri negatif menjadi positif dapat dilakukan dengan berapa cara antara lain, dengan tehnik hipnoterapi, pengulangan kalimat tertentu dalam kondisi alfa, do’a yang khusuk dan sungguh sungguh, membaca Qur’an dengan tadabbur dan sebagainya.
Citra Diri ini perlu dipahami lebih dulu maknanya, karena merupakan suatu produk dari pengalaman masa lalu beserta sukses dan kegagalannya. Dari sini Anda membangun sebuah gambaran tentang diri Anda, yang menurut keyakinan Anda benar. Citra Diri sebenarnya adalah "Konsepsi Anda sendiri mengenai seperti apakah diri Anda sebenarnya".
Seringkali keyakinan Anda tentang diri Anda itu salah; dan sesungguhnya itu memang salah. Tetapi yang sering terjadi di sini adalah "Anda telah bersikap seakan-akan semua itu adalah benar". Anda bisa menjadikan hal itu sebuah kisah sukses, atau sebaliknya suatu kisah penuh kegagalan, kesialan, ketidakmujuran. Semuanya tergantung pada apa yang akan Anda lakukan terhadap citra di dalam diri Anda; citra yang merupakan alat penting untuk mencapai kebaikan atau keburukan.
Untuk mengubah, memperbaiki dan meningkatkan citra diri; Anda harus bersedia menggunakan kekuatan pikiran super Anda ini dan mau bekerja keras dengan sebuah wawasan baru, sebuah cara pandang dan cara berpikir baru yaitu berpikir kritis.
Menurut edwar glaser  mendefenisikan tentang keterampilan dalam berpikir kritis yaitu mengenal masalah, menemukan cara-cara yang dipakai untuk menangani masalah-masalah itu, mengumpulkan dan menyusun informasi yang diperlukan, mengenal asumsi-asumsi dan nilai-nilai yang tidak dinyatakan, dll.
Untuk itulah dengan berpikir kritis, individu dapat mengetahui akan kelemahan dirinya dan menilai dirinya agar dapat mengacu pada citra diri yang mampu ia identifikasi.
Seseorang yang memiliki citra diri yang positif mendapatkan berbagai manfaat, bagi yang berdampak positif bagi dirinya sendiri maupun untuk orang-orang di sekitarnya.
Orang yang memiliki citra diri positif senantiasa mempunyai inisiatif untuk menggulirkan perubahan positif bagi lingkungan tempat ia berkarya. Mereka tidak akan menunggu agar kehidupan menjadi lebih baik, sebaliknya, mereka akan melakukan perubahan untuk membuat kehidupan menjadi lebih baik.
Beberapa hal yang dapat anda lakukan untuk mendapatkan kesan positif dari lingkungan, antara lain :
·         Kejujuran
Kejujuran merupakan sebuah mata uang yang berlaku dimana saja dan kapan saja. Melakukan kejujuran layaknya seperti sebuah pertempuran besar dalam diri sendiri.
·         Pikiran positif
Pikiran merupakan awal dari segala tindakan dan perbuatan yang menuju ke suatu hasil atas setiap pekerjaan. Orang yang selalu berfikiran positif akan memiliki talenta yang luar biasa dimata orang lain, karena orang lain tidak ragu lagi dalam berkomunikasi dengan kita karena akan selalu diterima dan ditanggapi secara positif
·         Taat beribadah
Ketaatan beribadah ini bukan hanya kerajinan kita pergi ke rumah ibadah, kekhusyukan kita berdo’a, seringnya kita membaca kitab suci atau besarnya sumbangan yang kita berikan untuk rumah ibadah, tetapi lebih kepada implementasi ibadah kita dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang yang taat beribadah dengan segenap perasaan dan keikhlasan, akan meresapi makna ibadah dan mampu mengaplikasikan segala sesuatu yang baik dalam kehidupan sehari-hari.
Cara yang baik dilakukan untuk mengubah citra diri dalam beribadah adalah dengan melakukan tadabburi alquran karena Tadabbur Qur’an dapat menghilangkan citra diri negatif dan membantu membentuk citra diri positif. Dengan mentadabburi ayat ayat Qur’an yang membangkitkan semangat juang, harga diri, janji kemenangan dari Allah, pertolongan Allah, larangan berputus asa, ampunan Allah, dan lain sebagainya . Sifat buruk seperti rendah diri, putus asa, merasa hina , takut dan gentar pada manusia akan lenyap berganti dengan perasaan dimuliakan Allah, memiliki semangat juang yang tinggi, tidak takut kepada apapun selain Allah, yakin akan datangnya kemenangan dan pertolongan Allah.

Citra diri positif yang muncul dari tadabbur Qur’an antara lain :
·         Merasa dekat dengan Allah
·         Merasa disayang, dikasihi dan dicintai Allah
·         Merasa dimuliakan Allah
·         Merasa dilindungi dan selalu ditolong Allah dalam segala hal
·         Tidak gentar dan takut pada ancaman manusia atau mahluk Allah lainnya
·         Tidak putus asa menghadapi masalah atau persoalan yang muncul
·         Tidak pernah larut dalam kesedihan dan duka yang menimpa
·         Segera bangkit dari kegagalan atau musibah yang menimpa
·         Sabar menghadapi musibah dan ujian keburukan, selalu bersyukur jika mendapat nikmat dari Allah, dan lain sebagainya.
·         Menghargai orang lain
Hargailah orang lain seperti layaknya dirimu menghargai diri sendiri karena pada dasarnya seluruh manusia didunia ini memiliki derajat dan kedudukan yang sama. Yang membedakan manusia dimuka bumi ini adalah kemampuan masing-masing orang dalam memanfaatkan potensi diri yang mereka miliki.
·         Bekerja keras, penuh semangat dan tulus
Bekerja keras dan penuh semangat merupakan kunci pokok menuju kesuksesan. Orang yang bekerja dengan penuh semangat bagaikan magnet yang menarik orang orang disekitarnya untuk ikut serta bekerja keras.

Strategi membangun citra diri
Setelah kita menyadari pentingnya memiliki citra diri positif, dan manfaat memiliki citra diri positif, tentunya kita juga ingin tahu bagaimana membangun citra diri yang positif.
Persiapan. Salah satu kunci keberhasilan adalah citra diri positif. Salah satu cara membangun citra diri positif adalah melalui persiapan. Prinsip ini dipegang teguh oleh Arthur Ashe, mantan juara tenis internasional dari Amerika Serikat. Dengan persiapan yang cukup, kita menjadi lebih yakin akan kemampuan kita meraih sukses. Keyakinan ini merupakan modal dasar meraih keberuntungan. Dengan melakukan persiapan, kita sudah berhasil memenangkan separuh dari pertarungan. Persiapan menuntun kita untuk mengantisipasi masalah, mencari alternatif solusi, dan menyusun strategi sukses.
Allah SWT berfirman: ”Bertaqwalah kepada Alloh menurut ukuran kemampuanmu” (QS. At-Taghabun: 16). Ini berarti bahwa Allah mengetahui keterbatasan kita sebagai manusia dan dalam keterbatasan itulah Ia ingin kita berislam. Nabi Muhammad SAW bersabda, Allah merahmati seseorang yang mengetahui kadar kemampuan dirinya. ”Dengan mengetahui kadar kemampuan diri sendiri, kita bisa memposisikan diri secara tepat dalam berbagai situasi kehidupan.

Untuk mengubah citra diri individu harus memiliki potensi diri, yang dapat membantu dalam mengubah segala persepsi yang telah diterapkan dalam sebelumnya, individu juga wajib mengenal potensi dirinya, baik itu secara religius maupun duniawi, namun sebelum itu harus mengenal makna dari potensi diri itu sendiri, dimana menurut sebuah buku menyatakan bahwa potensi adalah kemampuan yang memunyai kemungkinan untuk dapat dikembangan. Potensi juga dapat dipadankan dengan kata kekuatan, kesanggupan, atau daya. Inilah modal manusia untuk tumbuh dan berkembang secara luar biasa. Setiap manusia pastilah memiliki potensi. Hanya sekali lagi yang perlu disadari oleh setiap diri yang berpotensi adalah bahwa kemampuan tersebut perlu diolah atau mungkin dideteksi lebih dahulu agar dapat dikembangkan atau diaktualisasikan dalam kehidupan yang nyata. Maka dari itu marilah berfikir secara jernih, dan kritis dengan berpedoman dengan alquran dan al-hadits untuk menciptakan citra diri yang tidak menurut persepsi diri melainkan juga oranglain. 

PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Setiap orang memiliki Citra Diri, citra diri adalah gambaran tentang diri yang diyakini dan dipercayai oleh orang tersebut. Gambaran tersebut bisa yang sebenarnya, bisa juga berupa harapan atau citra diri yang diharapkan atau yang diinginkannya. Menurut pandangan islam, Citra diri itu adalah akhlak yang merupakan kepribadian bahkan bisa dikatakan salah satu dari aspek identitas keimanan kita.
Citra diri berhubungan dengan beberapa konsep diri lainnya yaitu ideal diri dan harga diri, dimana citra diri terbagi menjadi dua yaitu citra diri positif dan negatif.
Citra diri positif memiliki keunggulan baik untuk diri sendiri maupun lingkungan seseorang, salah satu diantaranya adalah dengan memiliki sikap yang jujur, lebih dekat kepada sang pencipta dan saling menghargai satu sama lain.
Untuk mengubah atau merenovasi citra diri melalui konsep islam dapat dilakukan dengan berpedoman dengan alquran yaitu dengan cara tadabburi. Taddaburi merupakan suatu pendekatan terhadap sang pencipta, dan merasa disayangi, dikasihi dan dicintai. Selain itu citra diri juga berkaitan dengan berpikir kritis, mengenai cara memulihkan diri dari perubahan yang akan terjadi pada diri individu serta pencarian potensi diri.

B.     SARAN
Seorang perawat hendaknya merubah pola hidupnya dengan cara mengubah citra diri dan cara hidupnya, baik menurut dirinya sendiri maupun yang berkaitan dengan keagamaan, karena citra diri sangat penting untuk membentuk kepribadian seseorang menjadi individu yang lebih baik, baik itu untuk dirinya sendiri maupun lingkungan dan orang-orang yang ada disekitarnya. Citra diri juga dapat membantu seorang perawat dalam menghadapi kliennya untuk belajar memenuhi kasih sayang, dan rasa sabar dalam menghadapi kondisi tertentu.
DAFTAR PUSTAKA

Ensoen, ukki dkk. 2005. Perjalanan menemukan jati diri. Harokah. Blogspot.com (9 maret 2012
       13:09)

Fredly.  2011. Manfaat citra diri positif. Cara cerdas ciptakan diri positif lebih baik.com (9 maret
       2012 13:23)
Friedman, howard. Miriam w. Schustack. 2008. Kepribadian; teori klasik dan riset modern.
       Penerbit: Erlangga, Jakarta.

Fisher, alec. 2009. Berpikir Kritis “ sebuah pengantar”. Penerbit: Erlangga, Jakarta.

Glass, william R. 2007. Higher education. Penerbit:  Quebeccor world, United State
Hernowo. 2004. Self Digestinga; alat menjelajahi dan mengurai diri. Penerbit: MLC, Bandung.
Jayaputra, dipankara. 2009. Membangun citra diri yang positif. Topmotivasi.com (diakses pada 9
       maret 2012 13:20).

Kozier, barbara, gnelora erb. 1983. Fundamental of Nurse. Penerbit: addison-wesley publishing
       company, California.
Mahardika, penggalih. 2007. Konsep diri; file pengembangan kepribadiaan. Sibermedik.
       wordpress. Com (8 maret 2012 09:55)

-----------------------------. 2007. Pentinya konsep diri bagi remaja. Sibermedik . workpress.com
       (diakses pada 9 Maret 2011 13:30)
Muhammad, afif. 2010. Citra Diri sebagai Orang Beriman. Masjidku.org. (diakses pada tanggal
       9 Maret 2012 13:13)

Rakhmat, jalaluddin. 2000. Psikologi komunikasi. Penerbit PT Remaja Rosdakarya, Bandung

Stit attaqwa. 2011. Membentuk Citra Diri dengan Tadabbur Qur’an. Stitattaqwa. Blogspot.com
       (diakses pada 9 maret 2012 13:14)

Sunaryo. 2004. Psikologi untuk Keperawatan. Penerbit: Buku Kedokteran EGC, Jakarta.


imogene king


Biografi Imogene King

Raja Imogene lahir pada tanggal 30 Januari 1923 di West Point, Iowa. Dia menerima ijazah perawat dari Sekolah Rumah Sakit St John of Nursing di St Louis, Missouri, pada tahun 1945. Pada tahun 1948, ia meraih gelar Bachelor of Science dalam Keperawatan dari St Louis University, dan melanjutkan untuk menyelesaikan Master of Science dalam Keperawatan, juga dari St Louis University pada tahun 1957. Dia juga memperoleh gelar doktornya dari Teachers College, Columbia University pada tahun 1961. Dia meninggal pada tanggal 24 Desember 2007. Ia meraih diploma dalam ilmu keperawatan dari St. John’s Hospital School Of Nursing di St. Louis pada tahun 1945. Kemudian ia bekerja sebagai perawat kantor, perawat sekolah, perawat karyawan, dan perawat pribadi untuk membiayai pendidikan kesarjanaanya. Pada tahun 1948, King menerima gelar Bachelor Of Science In Nursing dari St. Louis University, sedangkan gelar M.S.N. keperawatan ia raih pada tahun 1957dari St. Louis University. Pada tahun 1961, king meraih gelar Doktor Of Education bidang pendidikan dari Teacher’s College, Columbia University di New York dan terakhir gelar Ph. D. Dari Southen Illinois University pada tahun 1980.

Karir Raja Imogene
Antara 1966 dan 1968, Raja bekerja sebagai Kepala Asisten Cabang Penelitian Hibah dari Divisi Keperawatan di Washington, DC di bawah Dr Jessie Scott. Dia adalah Direktur Sekolah Ohio State University of Nursing dari tahun 1968 sampai 1972. Dia adalah seorang Associate Professor dari tahun 1961 sampai 1966 dan Profesor dari tahun 1971 sampai tahun 1980 di Loyola University di Chicago. Setelah melayani sebagai profesor di University College South Florida Keperawatan di Tampa, Florida dari tahun 1980 sampai tahun 1990, Raja pensiun dengan gelar Profesor Emeritus.
Selama karirnya, King adalah anggota aktif dari Distrik IV Florida Nurses Association, American Nurses Association, dan Sigma Theta Tau Internasional. Dia juga seorang Fellow American Academy of Nursing.

TEORI IMOGENE KING

Imogene King memublikasikan bukunya yang berjudul toward A Theory For Nursing: System, Consept, Process, pada tahun 1998. Dalam bukunya imogene king mengusulkan kerangka  keperawatan dan bukan teori keperawatan.
Adapun beberapa asumsi sebagai dasar konseptualnya, yaitu
1.  Keperawatan
King menyampaikan pola intervensi keperawatanya adalh proses interaksi klien dan perawat meliputi komunikasi dan persepsi yang menimbulkan aksi, reaksi, dan jika ada gangguan, menetapkan tujuan dengan maksud tercapinya suatu persetujuan dan membuat transaksi.
2.  Manusia
King memandang manusia sebagai suatu system terbuka yang berinteraksi dengan lingkungan.
3.   Kesehatan
King mendefinisikan sehat sebagai pengalaman hidup manusia yang dinamis, yang secara berkelanjutan melakukan penyesuaian terhadap stressor internal dan eksternal melewati rentang sehat sakit, dengan menggunakan sumber- sumber yang dimiliki oleh seseorang atau individu untuk mencapai kehidupan sehari- sehari yamg maksimal.
4.      Lingkungan
Menurut king lingkungan adalah system social yang ada dalam masyarakat yang saling berinteraksi dengan system lainya secara terbuka
Sedangkan kerangka berdasarkan konsep sistem terbuka, disusun atas tiga sistem, yaitu
·        Sistem personal meliputi persepsi, diri, pertumbuhan dan perkembangan, citra tubuh, ruang, dan waktu.
·         Sistem interpersonal meliputi intreraksi, komunikasi, transaksi, peran, dan stres
·         Sistem sosial meliputi keluarga, kelompok keagamaan, sistem pendidikan, kelompok teman seprofesi, dsb.
Teori yang dikembangkan king adalah Teori Goal Attainment atau teori pencarian tujuan. Teori pencarian ini menggambarkan  sifat hubungan perawat-klien yang membawa pada pencapaian tujuan.
Menurut king, tujuan keperawatan adalah untuk memanfaatkan komunikasi dalam membantu klien mencapai kembali adaptasi secara positif terhadap lingkungan. kerangka kerja praktik dalam keperawatan menurut king adalah suatu proses keperawatan yang didefinisikan sebagai proses interpersonal dengan dinamis antara perawat, klien, dan pasien, dan sistem pelayanan kesehatan.

Theory Of Goal Attainment
Teori pencapaian tujuan (Theory of Goal Attainment) merupakan derivat dari kerangka kerja konseptual (Conceptual Framework) dan asumsi dasar King tentang Human Being. Teori pencapaian tujuan (Theory of Goal Attainment) berfokus pada interpersonal systems. Menurut King sistem interaksi yang dinamis digambarkan sebagai proses interaksi manusia sebagai individu, kelompok dan masyarakat dengan lingkungannya sebagai sistem yang terbuka dan berorientasi pada pencapaian tujuan dengan sembilan konsep utama, yaitu: interaksi, persepsi, komunikasi, transaksi, peran, stress, tumbuh kembang, waktu dan ruang.
Teori King merupakan serangkaian konsep yang saling berhubungan dengan jelas dan dapat diamati dalam praktek keperawatan. Manfaat dari teori ini adalah: mengkontribusi pada pengembangan tubuh ilmu pengetahuan (Body of Knowledge), dapat dijadikan sebagai rujukan dalam memperbaiki praktek keperawatan, konsep teori ini dapat dimanfaatkan oleh pelajar, guru dan juga peneliti dan praktisi untuk menganalisa dan mengidentifikasi kejadian dalam situasi keperawatan yang spesifik. Beberapa penjelasan konsep cukup konsisten, Konsep yang satu dengan konsep yang lainnya cukup jelas dalam membentuk suatu teori. Teori ini dapat menyesuaikan pada setiap perubahan, perkembangan iptek, sosial, ekonomi dan politik.
Selain dapat menyesuaikan pada setiap perubahan, teori ini dapat dipergunakan dan menjelaskan atau memprediksi sebagian besar phenomena dalam keperawatan, tetapi teori ini juga mempunyai keterbatasan khususnya penerapan pada keperawatan klien yang tidak mampu berinteraksi dengan perawat, contohnya: Klien koma, bayi baru lahir dan pada kasus-kasus psikiatri. Perawat-perawat yang ingin mengaplikasikan teori ini pada praktek keperawatan, harus mempunyai pengetahuan dari konsep-konsep yang ada dalam teori pencapaian tujuan (Goal Attainment) dan memiliki kemampuan untuk membuat perencanaan keperawatan individu sambil mendorong partisipasi aktif pasien dalam fase pengambilan keputusan.
Dari keyakinannya tentang human being ini, King telah menderivat asumsi tersebut lebih spesifik terhadap interaksi perawat – klien:
1.     Persepsi dari perawat dan klien mempengaruhi proses interaksi.
2.     Tujuan, kebutuhan-kebutuhan dan nilai dari perawat dan klien mempengaruhi proses interaksi.
3.     Individu mempunyai hak untuk mengetahui tentang dirinya sendiri.
4.   Individu mempunyai hak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dan hal tersebut mempengaruhi kehidupan dan kesehatan mereka serta pelayanan masyarakat.
5.     Profesional kesehatan mempunyai tanggung jawab terhadap pertukaran informasi sehingga membantu individu dalam membuat keputusan tentang pelayanan kesehatannya.
6.     Individu mempunyai hak untuk menerima atau menolak pelayanan kesehatan.
7.     Tujuan dari profesional kesehatan dan tujuan dari penerima pelayanan kesehatan dapat berbeda.
Dalam mencapai hubungan interaksi, berdasarkan konsep kerjanya ada tiga hal yaitu sistem personal, interpersonal, dan sistem sosial.
Sistem personal merupakan sistem terbuka dimana didalamnya terdapat persepsi, adanya pola tumbuh berkembang, gambaran tubuh, ruang dan waktu dari individu, dan lingkungan.
Sistem interpersonal suatu hubungan antara perawat dan pasien dalam menegakkan sistem sosial sesuai dengan situasi yang ada.
Berdasarkan hal tersebut, Imogene King mengemukakan ada tiga hal yang menjadi kebutuhan dasar yaitu kebutuhan terhadap informasi kesehatan, kebutuhan terhadap pencegahan penyakit dan kebutuhan terhadap perawatan ketika sakit.
Ada beberapa konsep hubungan manusia menurut kingyang terdiri dari komponen:
·         Aksi merupakan proses awal hubungan dua individu dalam berprilku, dalam memahami atau mengenali kondisi yang ada dalam keperawatan dengan digambarakan hubungan perawat dangan klien untuk melakukan kontrak atau tujuan yang diharapkan.
·         Reaksi adalah suatu bentuk tindakan yang terjadi akibat dari adanya aksi dan merupakan respons dari individu.
·         Interaksi merupakan suatu bentuk kerja sama yang saling mempengaruhi antara perawat dan klien yang terwujud  dalam komunikasi.
·         Transaksi merupakan kondisi dimana antara perawat dan klien terjadi sesuatu persetujuan dalam rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan.

Konsep teori imogene king terdiri dari Interaksi, Persepsi, Komunikasi, Transaksi, Peran, Stres, Pertumbuhan dan perkembangan, Waktu, Ruang, dan jarak.
Sedangkan asumsi king terdiri dari dari dua asumsi yaitu
·         Asumsi eksplisit
1.      Focus sentral dari keperawatan adalah interaksi dari manusia dan lingkungannya, dengan tujuan untuk kesehatan manusia.
2.      Individu adalah mahluk sosial, mengirim, rasional, reaksi, penerimaan, control, berorientasi pada kegiatan waktu.
3.      Proses interaksi dipengaruhi oleh persepsi, tujuan, kebutuhan, dan nilai pasien serta perawat.
·         Asumsi implicit
1.      Pasien ingin berpartisipasi secara aktif dalam proses keperawatan.
2.      Pasien sadar, aktif, dan secara kognitif mampu berpartisipasi dalam pembuatan atau pengambilan keputusan.
3.      Individu mempunyai hak untuk mengetahui tentang dirinya sendiri.
4.      Individu mempunyai hak untuk menerima atau menolak pelayanan kesehatan.

 Daftar Pustaka
Asmadi.2008. Konsep Dasar Keperawatan. Buku Kedokteram EGC, Jakarta


Fadhilah, ika. 2009. Model konsep interaksi imogene king. Gladioistrenge.blogspot.com (diakses
pada 7 april 2012 15:49)

Hidayat, A Aziz Alimul. 2009. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Selemba Medika, Jakarta


Kurniawan, Rizky indar. 2012. Teori Keperawatan Imogene King. Rizkyindrakurniadi.
blogspot. com (diakses pada 11 april 2012 06:30)

Phiebe. 2010. Sehat with nurse UMM: rangkuman teori keperawatan. Phiebee. Student. Umm.
Ac.id (diakses pada 7 April 2012 16:07)