Jumat, 26 April 2013

Askep Kehilangan



A.    Definisi
Kehilangan merupakan suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada menjadi tidak ada, baik sebagian atau seluruhnya.Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiapindividu selama rentang kehidupan, sejak lahir individu sudah mengalami kehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda.
Kehilangan adalah suatu kondisi yang terputus atau terpisah atau memulai sesuatu tanpa hal yang berarti sejak kejadian tersebut. Kehilangan mungkin terjadi secara bertahap atau mendadak, bisa tanpa kekerasan atau traumatik, diantisispasi atau tidak diharapkan/diduga, sebagian atau total dan bisa kembali atau tidak dapat kembali.

B.     Faktor yang mempengaruhi kehilangan
Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi kehilangan, tergantung:
1.      Arti dari kehilangan
2.      Sosial budaya
3.      kepercayaan / spiritual
4.      Peran seks
5.      Status social ekonomi
6.      Kondisi fisik dan psikologi individu

C.    Tipe Kehilangan
Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu:
1.      Aktual atau nyata.
Mudah dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, misalnya; amputasi, kematian orang yang sangat berarti / di cintai.

2.      Persepsi
Hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat dibuktikan, misalnya; seseorang yang berhenti bekerja / PHK, menyebabkan perasaan kemandirian dan kebebasannya menjadi menurun.

D.    Jenis – jenis kehilangan
Terdapat 5 katagori kehilangan, yaitu:
1.         Kehilangan seseorang  seseorang yang dicintai
Kehilangan seseorang yang dicintai dan sangat bermakna atau orang yang berarti adalah salah satu yang paling membuat stress dan mengganggu dari tipe-tioe kehilangan, yang mana harus ditanggung oleh seseorang.
Kematian juga membawa dampak kehilangan bagi orang yang dicintai.Karena keintiman, intensitas dan ketergantungan dari ikatan atau jalinan yang ada, kematian pasangan suami/istri atau anak biasanya membawa dampak emosional yang luar biasa dan tidak dapat ditutupi.
2.         Kehilangan yang ada pada diri sendiri (loss of self)
Bentuk lain dari kehilangan adalah kehilangan diri atau anggapan tentang mental seseorang. Anggapan ini meliputi perasaan terhadap keatraktifan, diri sendiri, kemampuan fisik dan mental, peran dalam kehidupan, dan dampaknya.Kehilangan dari aspek diri mungkin sementara atau menetap, sebagian atau komplit. Beberapa aspek lain yang dapat hilang dari seseorang misalnya kehilangan pendengaran, ingatan, usia muda, fungsi tubuh.
3.         Kehilangan objek eksternal
Kehilangan objek eksternal misalnya kehilangan milik sendiri atau bersama-sama, perhiasan, uang atau pekerjaan.Kedalaman berduka yang dirasakan seseorang terhadap benda yang hilang tergantung pada arti dan kegunaan benda tersebut.
4.         Kehilangan lingkungan yang sangat dikenal
Kehilangan diartikan dengan terpisahnya dari lingkungan yang sangat dikenal termasuk dari kehidupan latar belakang keluarga dalam waktu satu periode atau bergantian secara permanen. Misalnya pindah kekota lain, maka akan memiliki tetangga yang baru dan proses penyesuaian baru.
5.         Kehilangan kehidupan/ meninggal
Seseorang dapat mengalami mati baik secara perasaan, pikiran dan respon pada kegiatan dan orang disekitarnya, sampai pada kematian yang sesungguhnya.Sebagian orang berespon berbeda tentang kematian.

E.     Rentang Respon Kehilangan
Denial    Anger   Bergaining  Depresi    Acceptance
1.      Fase denial
a)      Reaksi pertama adalah syok, tidak mempercayai kenyataan
b)      Verbalisasi;” itu tidak mungkin”,“saya tidak percaya itu terjadi”.
c)      Perubahan fisik; letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernafasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah.
2.      Fase anger / marah
a)      Mulai sadar akan kenyataan
b)      Marah diproyeksikan pada orang lain
c)      Reaksi fisik; muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal.
d)     Perilaku agresif
3.      Fase bergaining / tawar- menawar.
a)      Verbalisasi; “ kenapa harus terjadi pada saya ? “ kalau saja yang sakit bukan saya “ seandainya saya hati-hati “.
4.      Fase depresi
a)      Menunjukan sikap menarik diri, tidak mau bicara atau putus asa.
b)      Gejala ; menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido menurun.

5.      Fase acceptance
a)      Pikiran pada objek yang hilang berkurang.
b)      Verbalisasi ;” apa yang dapat saya lakukan agar saya cepat sembuh”, “ yah, akhirnya saya harus operasi
ASUHAN KEPERAWATAN

A.    Pengkajian
     Pengkajian masalah ini adalah adanya faktor predisposisi yang memengaruhi respons seseorang terhadap perasaan kehilangan yang dihadapi, antara lain:
1.      Faktor genetik, Individu yang dilahirkan dan dibesarkan  dalam keluarga dengan riwayat depresi akan sulit mengembangkan sikap optimis dalam menghadapi suatu permasalahan,termasuk dalam menghadapi perasaan kehilangan.
2.      Kesehatan fisik. Individu dengan fisik, mental, serta pola hidup yang teratur cenderung mempunyai kemampuan dalam mengatasi stress yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang mengalami gangguan jasmani.
3.      Kesehatan Mental . Individu yang mengalami gangguan jiwa, terutama yang mempunyai riwayat depresi yang ditandai dengan perasaan tidak berdaya dan pesimis, selalu dibayangi masa depan peka dalam menghadapi situasi kehilangan.
4.      Pengalaman kehilangan di masa lalu. Kehilangan atau perpisahan dengan orang yang dicintai pada masa kanak-kanak akan memengaruhi kemampuan individu dalam mengatasi perasaan kehilangan pada masa dewasa.
5.      Struktur kepribadian. Individu dengan konsep diri  yang negative dan perasaan rendah diri akan menyebabkan rasa percaya diri dan tidak objektif terhadap stress yang dihadapi.
6.      Adanya stressor perasaan kehilangan. Stressor ini dapat berupa stressor yang nyata ataupun imajinasi individu itu sendiri, seperti kehilangan biopsikosial yang meliputi kehilangan harga diri, pekerjaan, seksualitas, posisi dalam masyarakat, milik pribadi (kehilangan harta benda atau yang dicintai, kehilangan kewarganegaraan,dan lain-lain).
Mekanisme koping yang sering dipakai oleh individu dengan respons kehilangan,antara lain: pengingkaran , regresi , intelektualisasi , disosiasi , supresi , dan proyeksi  yang digunakan  untuk menghindari intensitas stress yang dirasakan sangat menyakitkan. Dalam keadaan patologi,mekanisme koping sering dipakai secara berlebihan atau tidak memadai. Pengkajian tanda klinis berupa adanya distress somatic seperti gangguan lambung, rasa sesak, napas pendek, sering mengeluh, dan merasakan lemah. Pengkajian terhadap masalah psikologis adalah tidak ada atau kurangnya pengetahuan dan pemahaman kondisi yang terjadi, penghindaran pembicaraan tentang kondisi penyakit, serta kemampuan pemahaman sepenuhnya terhadap prognosis dan usaha menghadapinya.

B.     Diagnosa Keperawatan
Kehilangan berhubungan dengan respon berduka.


             C.  Tindakan/Intervensi

 
Intervensi
Rasional
1. Mandiri
·      Berikan lingkungan yang terbuka dimana pasien merasa bebas untuk dapat mendiskusikan perasaan dan masalah secara realistis.

·         Kemampuan komunikasi terapeutik seperti aktif mendengarkan, diam, selalu bersedia, dan pemahaman dapat memberikan pasien kesempatan untuk berbicara secara bebas dan berhadapan dengan perasaankerugian aktual.
·         Identifikasi tingkat rasa duka/disfungsi:
ü Penyangkalan : waspada terhadap terhadap tingkah laku menghindar; rasa marah, menarik diri, dan seterusnya. Izinkan pasien untuk berbicara mengenai apa yang menjadi pilihannya dan tidak mencoba untuk memaksa pasien “menghadapi fakta.”
ü  Menolak realitas diagnosa dan/atau prognosis adalah fase penting dimana pasien akan melindungi dirinya dari rasa sakit dan realitas mengenai ancaman kehilangan. Setiap orang melakukan hal ini dalam cara individual yang didasarkan pada pengalaman sebelumnya dengan kehilangan dan faktor-faktor kultural/religius.
ü Marah: catat tingkah laku menarik diri, kurangnya kerja sama, dan ekspresi langsung rasa marah. Pahami bahasa tubuh dan kaji artinya dengan pasien. Dorong/izinkan verbalisasi rasa marah dengan menghargai perasaan dan persiapan batas-batas mengenai tingkah laku yang dekstruktif.
ü  Penolakan akan menimbulkan perasaan marah, gusar, bersalah, dan benci. Pasien akan menemukan bahwa sulit untuk menunjukkan rasa marah secara langsung dan mungkin akan merasa bersalah mengenai rasa marah. Meskipun staf memiliki kesulitan untuk berhadapan dengan tingkah laku marah, penerimaan akan hal tersebut akan membuat pasien dapat mengatasi rasa marah dan mengarah pada tingkah laku koping yang lebih efektif.
ü Tawar-menawar: hati-hati terhadap pernyataan seperti “....jika saya melakukan hal ini, maka akan menyelesaikan masalah.” Izinkan verbalisasi tanpa konfrontasi mengenai realita.
ü  Tawar-menawar dengan pemberi perawatan atau Tuhan seringkali terjadi dan mungkin berguna untuk memulai resolusi dan penerimaan. Pasien mungkin dapat mengatasi rasa bersalah mengenai hal-hal yang dilakukan dan tidak dilakukan.
ü Depresi: berikan pasien izin dimana dia berada. Berikan kenyamanan dan juga perawatan untuk kebutuhan fisik
ü  Jika pasien tidak lagi dapat menolak realitas kehilangan, perasaan tidak berdaya dan putus asa akanmenggantikan rasa marah. Pasien membutuhkan informasi bahwa hal ini adalah perkembangan perasaan yang normal.

ü Penerimaan: menghargai kebutuhan pasien dan harapannya untuk ketenangan, privasi dan/atau berbicara.
ü  Setelah melewati penyangkalan, rasa marah, dan depresi, pasien seringkali memilih untuk sendiri dan tidak ingin berbicara pada saat itu. Pasien mungkin masih memiliki sedikit harapan yang dapat mendukungnya terhadap apapun yang terjadi pada saat itu.
·         Dengarkan dengan aktif pandangan pasien dan selalu sedia untuk membantu jika diperlukan.
·         Proses berduka tidak berjalan dalam cara yang teratur, tetapi fluktuasinya dengan berbagai aspek dari berbagai tingkat yang muncul pada suatu kesempatan atau pada kesempatan yang lain. Jika prosesnya bersifat disfungsional atau perpanjangan, intrvensi yang lebih agresif mungkin dibutuhkan untuk mempermudah proses.
·         Identifikasi dan solusi pemecahan masalah untuk keberadaan respons-respons fisik, misalnya makan, tidur, tingkat aktivitas dan hasrat seksual.
·         Mungkin dibutuhkan tambahan bantuan untuk berhadapan dengan aspek-aspek fisik dari rasa berduka.
·         Kaji kebutuhan orang terdekat dan bantu sesuai petunjuk.
·         Identifikasi dari masalah-masalah berduka disfungsional akan mengidentifikasi intervensi individual
2.    Kolaborasi
·      Rujuk pada sumber-sumber lainnya, misalnya konseling, pskoterapi sesuai petunjuk
·         Mungkin dibutuhkan bantuan tambahan untuk mengatasi rasa duka, membuat rencana, dan menghadapi masa depan.
D.   Evaluasi
1.      Apakah pasien sudah dapat mengungkapkan perasaannya secara spontan?
2.     Apakah pasien dapat menjelaskan makna kehilangan tersebut terhadap kehidupannya?
3.    Apakah pasien sistem pendukunguntuk mengungkapkan perasaannya (teman, keluarga, lembaga atau perkumpilan lain)?
4.      Apakah pasien menunjukkan tanda-tanda penerimaan?
5.      Apakah pasien sudah dapat menilai hubungan baru dengan orang lain dan objek lain?