Jumat, 02 Mei 2014

ASKEP DBD



DEMAM BERDARAH DENGUE
(DBD)
I.     KONSEP PENYAKIT
A.      Defenisi
Dengue adalah penyakit virus didaerah tropis yang ditularkan oleh nyamuk dan ditandai dengan demam, nyeri kepala, nyeri pada tungkai, dan ruam (Brooker, 2005). Demam dengue/dengue fever adalah penyakit yang terutama pada anak, remaja, atau orang dewasa, dengan tanda-tanda klinis demam, nyeri otot, atau sendi yang disertai leukopenia, dengan/tanpa ruam (rash) dan limfadenophati, demam bifasik, sakit kepala yang hebat, nyeri pada pergerakkan bola mata, rasa menyecap yang terganggu, trombositopenia ringan, dan bintik-bintik perdarahan (ptekie) spontan. Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti (Suriadi & Yuliani, 2006).
B.       Etiologi
Virus dengue tergolong dalam family Flaviviridae dan dikenal ada 4 serotipe. Dengue 1&2 ditemukan di Irian ketika berlangsungnya perang dunia II, sedangkan dengue 3 & 4 ditemukan pada saat wabah di Filipina tahun 1953-1954. Virus dengue berbentuk batang, bersifat termolabil, sensitif terhadap inaktivasi oleh dietileter dan natrium dioksilat, stabil pada suhu 700C (Djamin, 2013).
Vektor utama dengue di Indonesia adalah nyamuk Aedes aegypti, di samping pula Aedes albopictus. Vektor ini mepunyai ciri-ciri (Djamin,2013):
1.    Badannya kecil, badannya mendatar saat hinggap
2.    Warnanya hitam dan belang-belang
3.    Menggigit pada siang hari
4.    Gemar hidup di tempat – tempat yang gelap
5.    Jarak terbang <100 meter dan senang mengigit manusia
6.    Bersarang di bejana-bejana berisi air jernih dan tawar seperti bak mandi, drum penampung air, kaleng bekas atau tempat-tempat yang berisi air yang tidak bersentuhan dengan tanah.
7.    Pertumbuhan dari telur menjadi nyamuk sekitar 10 hari.
C.       Klasifikasi
1.      Derajat I    :      Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket positif, trombositopenia, dan hemokosentrasi.
2.      Derajat II  :      Derajat I disertai perdarahan spontan dikulit atau perdarahan lain
3.      Derajat III :      Kegagalan sirkulasi : nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit dingin lembab, gelisah.
4.       Derajat IV      :                Renjatan berat, denyut nadi, dan tekanan darah tidak dapat diukur. Yang disertai dengan Dengue Shock Sindrom. (Suriadi dan Rita Yuliani, 2006).
D.      Manifestasi Klinik
Adapun tanda dan gejala dari Demam dengue adalah (Khair, 2013):
1.    Demam tinggi 5-7 hari.
2.    Perdarahan, terutama perdarahan bawah kulit ; ptekie, ekhimosis, hematoma.
3.    Epistaksis, hematemesis, melena, hematuria.
4.    Mual, muntah, tidak ada napsu makan, diare, konstipasi.
5.    Nyeri otot, tulang dan sendi, abdomen dan ulu hati.
6.    Sakit kepala.
7.    Pembengkakan sekitar mata.
8.    Pembesaran hati, limpa dan kelenjar getah bening.
9.    Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun, gelisah, capillary reffil time lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah).
Pada bayi dan anak-anak kecil biasanya berupa:
1.    Demam disertai ruam-ruam makulopapular.
2.    Pada anak-anak yang lebih besar dan dewasa, bisa dimulai dengan demam ringan atau demam tinggi (>390C) yang tiba-tiba dan berlangsung selama 2 - 7 hari, disertai sakit kepala hebat, nyeri di belakang mata, nyeri sendi dan otot, mual-muntah dan ruam-ruam.
3.    Bintik-bintik perdarahan di kulit sering terjadi, kadang kadang disertai bintik-bintik perdarahan di farings dan konjungtiva.
4.    Penderita juga sering mengeluh nyeri menelan, tidak enak di ulu hati, nyeri di tulang rusuk kanan dan nyeri seluruh perut.
5.    Kadang-kadang demam mencapai 40 - 410C dan terjadi kejang demam pada bayi.

E.       Patofisiologi
1.    Virus Dengue akan masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes Aegepty dan kemudian akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus antibodi, dalam sirkulasi akan mengaktifasi sistem komplemen. Akibat aktifasi C3 danC5 akan dilepas C3a dan C5a, 2 peptida berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan mediator kuat sebagai faktor meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasma melalui endotel dinding itu.
2.    Terjadinya trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi  (protrobin, faktor V, VII, IX, X dan fibrinogen ) merupakan faktor penyebab terjadinya perdarahan hebat, terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.
3.    Yang menentukan beratnya penyakit adalah permeabilitas dinding pembuluh darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia dan diatesis hemoragik, Renjatan terjadi secara akut.
4.    Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel dinding pembuluh darah. dan dengan hilangnya plasma klien mengalami hipovolemik. Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoksia jaringan, asidosis metabolik dan kematian. (Suriadi dan Rita Yuliani, 2006).
F.        Pemeriksaan Diagnostik
1.    Darah lengkap : hemokosentrasi (hematokrit meningkat 20 % atau lebih), trombositopenia (100.000/mmatau kurang)
2.    Serologi uji HI (hemoglutination inhibition test)
3.    Rontgen toraks : efusi pleura. (Suriadi dan Rita Yuliani, 2006).
G.      Komplikasi
1.    Ensefalopati dengue
2.    Kelainan ginjal
3.    Udem paru. (Hadinegoro H Sri Rezeki, 2005).

H.      Penatalaksanaan
Penatalaksanaan untuk klien Demam Berdarah Dengue adalah penanganan pada derajat I hingga derajat IV.  
1.        Derajat I dan II
1)   Pemberian cairan yang cukup dengan infus RL dengan dosis 75 ml/kg BB/hari untuk anak dengan berat badan kurang dari 10kg atau bersama diberikan oralit, air buah atau susu secukupnya, atau pemberian cairan dalam waktu 24 jam antara lain sebagai berikut :
a.    100 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB < 25 kg
b.    75  ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 26-30 kg
c.    60 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 31-40 kg
d.   50 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 41-50 kg
2)   Pemberian obat antibiotik apabila adanya infeksi sekunder
3)   Pemberian antipieritika untuk menurunkan panas.
4)   Apabila ada perdarahan hebat maka berikan darah 15 cc/kg BB/hari.
2.      Derajat III
1)   Pemberian cairan yang cukup dengan infus RL dengan dosis 20 ml/kg BB/jam, apabila ada perbaikan lanjutkan peberian RL 10 m/kg BB/jam, jika nadi dan tensi tidak stabil lanjutkan jumlah cairan berdasarkan kebutuhan dalam waktu 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk.
2)   Pemberian plasma atau plasma ekspander (dekstran L ) sebanyak 10 ml/kg BB/jam dan dapat diulang maksimal 30 ml/ kg BB dalam 24 jam, apabila setelah 1 jam pemakaian RL 20 ml/kg BB/jam keadaan tekanan darah kurang dari 80 mmHg dan nadi lemah, maka berikan cairan yang cukup berupa infus RL dengan dosis 20 ml/kg BB/jam jika baik lanjutkan RL sebagaimana perhitungan selanjutnya.
3)   Apabila 1 jam pemberian 10 ml/kg BB/jam keadaan tensi masih menurun dan dibawah 80 mmHg maka penderita harus mendapatkan plasma ekspander sebanyak 10 ml/kgBB/jam diulang maksimal 30 mg /kg BB/24 jam bila baik lanjutkan RL sebagaimana perhitungan diatas
3.    Derajat IV
1)   Pemberian cairan yang cukup dengan infus RL dengan dosis 30 ml/kgBB/jam, apabila keadaan tekanan darah baik, lanjutkann RL sebanyak 10 ml/kgBB/jam.
2)   Apabila keadaan tensi memburuk maka harus dipasang. 2 saluran infuse dengan tujuan satu untuk RL 10 ml/kgbb/1jam dan satunya pemberian palasma ekspander atau dextran L sebanyak 20 ml/kgBB/jam selam 1 jam,
3)   Apabila keadaan masih juga buruk, maka berikan plasma ekspander 20 ml/kgBB/jam,
4)   Apabila masih tetap memburuk maka berikan plasma ekspander 10 ml/kgBB/jam diulangi maksimun 30 ml/kgBB/24jam.
5)   Jika setelah 2 jam pemberian plasma dan RL tidak menunjukan perbaikan maka konsultasikan kebagian anastesi untuk perlu tidaknya dipasang central vaskuler pressure atau CVP. (Hidayat A Aziz Alimul, 2008).                


I.         Pencegahan
Ada 3 cara pemberantasan vector
1.    Fogging focus
Dalam keadaan krisis ekonomi sekarang ini, dana terbatas maka kegiatan fogging hanya dilakukan bila hasil penyelidikan epidemologis butul-butul memenuhi kriteria
2.    Abatisasi
Dilaksanakan di desa/ kelurahan endemis terutama di sekolah dan tempat-tempat umum.
3.    Tanpa inteksida
Membasmi jentik nyamuk penular demam berdarah dengan    cara 3M:
1)   Menguras secara teratur seminggu sekali atau menaburkan abate/altosit ketempat penampungan air bersih.
2)   Menutupnya rapat-rapat tempat penampungan air.
3)   Mengubur atau menyingkirkan kaleng-kaleng bekas, plastik dan barang bekas, lainnya yang dapat menampung air hujan, sehingga tidak menjadi sarang nyamuk Aedes Aegypti.
J.         Prognosis
Bila tidak terjadi renjatan dalam 24-36 jam biasanya prognosis akan menjadi baik kalau lebih dari 36 jam belum ada tanda-tanda perbaikan, kemungkinan sembuh kecil dan prognosis menjadi buruk. (Rampengan T.H, 2007).









II.  KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A.  Pengkajian
Pengkajian pada anak dengan Penyakit infeksi  Demam Berdarah Dengue Menurut Nursalam 2005 adalah :
1.    Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua.
2.    Keluhan utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien Demam Berdarah Dengue untuk datang ke Rumah Sakit adalah panas tinggi dan anak lemah. 
3.    Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil, dan saat demam kesadaran komposmentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke 3 dan ke 7 dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai dengan keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri uluh hati, dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manisfestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade 3 dan 4), melena, atau hematemesis. 
4.    Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada Demam Berdarah Dengue, anak bisa mengalami serangan ulangan Demam Berdarah Dengue dengan tipe virus yang lain.
5.    Riwayat  imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan timbulnya komplikasi dapat dihindarkan.
6.    Riwayat gizi
Status gizi anak yang menderita Demam Berdarah Dengue dapat bervariasi. Semua anak dengan status gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat faktor predisposisinya. Anak yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah, dan napsu makan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut, dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang.
7.    Kondisi lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang bersih (seperti air yang menggenang dan gantungan baju di kamar).
8.    Pola kebiasaan
1)   Nutrisi dan metabolisme: frekuensi, jenis, pantangan, napsu makan berkurang, napsu makan menurun.
2)   Eliminasi atau buang air besar.Kadang-kadang anak mengalami diare atau konstipasi. Sementara Demam Berdarah Dengue pada grade III-IV bisa terjadi melena.
3)   Eliminasi urine atau buang air kecil perlu dikaji apakah sering kencing sedikit atau banyak sakit atau tidak. Pada Demam Berdarah Dengue grade IV sering terjadi hematuria.
4)   Tidur dan istirihat. Anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami sakit/nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur maupun istirahatnya kurang.
5)   Kebersihan. Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan cenderung kurang terutama untuk membersikan tempat sarang nyamuk Aedes Aegypti.
6)   Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk menjaga kesehatan.
9.    Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari ujung rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan atau (grade) Demam Berdarah Dengue, keadaan fisik anak adalah sebgai berikut:
1)   Grade I     : kesadaran komposmentis, keadaan umum  lemah, tanda-tanda vital dan nadi lemah.
2)   Grade II   : kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, dan perdarahan spontan petekie, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil dan tidak teratur.
3)   Grade III : kesadaran apatis, somnolent, keadaan umum lemah, nadi lemah, kecil dan tidak teratur, serta tensi menurun.
4)   Grade IV : kesadaran koma, tanda-tanda vital : nadi tidak teraba, tensi tidak terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat, dan kulit tampak biru.


10.    Sistem integument
1)   Adanya petekia pada kulit, turgor kulit menurun, dan  muncul keringat dingin, dan lembab.
2)   Kuku sianosis/tidak
3)   Kepala dan leher
Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam (flusy), mata anemis, hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada grade II, III, IV. Pada mulut  didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi dan nyeri telan. Sementara tenggorokan mengalami hiperemia pharing ( pada Grade II, III, IV).
4)    Dada
Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada foto thorax terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan ( efusi pleura), rales (+), Ronchi (+), yang biasanya terdapat pada grade III dan IV.
5)    Abdomen
Mengalami nyeri tekan, Pembesaran hati (hepetomegali), asites.
6)      Ekstremitas.
Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, serta tulang.




B.  Patofisiologi Penyimpangan KDM

C.  Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang muncul pada anak dengan penyakit infeksi   Demam Berdarah Dengue  tergantung pada data yang ditemukan.
Menurut Nursalam 2005 diagnosa keperawatan yang muncul antara lain:
1.    Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan infeksi virus.
2.    Nyeri berhubungan dengan gangguan metabolisme pembuluh darah perifer.
3.    Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, tidak ada napsu makan.
4.    Potensial terjadi perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
5.    Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan permeabilitas kapiler, muntah dan demam.
6.    Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kelemahan tubuh.
7.    Perubahan proses keluarga berhubungan dengan kondisi anak.
D.  Intervensi
1.    Dx 1. Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan infeksi virus.
Tujuan           :           Anak menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
Kriteria hasil :           Mendemonstrasikan suhu dalam batas normal, bebas dari kedinginan.
Intervensi Keperawatan
1)   Observasi tanda-tanda vital : suhu, nadi, tensi dan pernapasan setiap 3 jam atau sering lagi.
Rasional     :    Suhu 38,9-41,1oc menunjukkan proses penyakit infeksius akut. Pola demam dapat membantu dalam diagnosis.
2)   Berikan penjelasan mengenai penyebab demam atau peningkatan suhu tubuh.
Rasional     :    Untuk memberikan pengetahuan pemahaman tentang penyebab dan memberikan kesadaran kebutuhan belajar.
3)   Berikan penjelasan kepada keluarga  tentang hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi demam.
Rasional     :    Perubahan dapat lebih tampak oleh orang terdekat, meskipun adanya perubahan dapat dilihat oleh orang lain yang jarang kontak dengan pasien.
4)   Catatlah asupan dan keluaran cairan.
Rasional     :    Untuk mengetahui keseimbangan cairan baik intake maupun output.
5)   Anjurkan anak  untuk banyak minum paling tidak ± 2,5 liter tiap 24 jam dan jelaskan manfaat bagi anak.
Rasional     :    Untuk mempercepat proses penguapan melalui urine dan keringat, selain itu dimaksudkan untuk mengganti cairan tubuh yang hilang.
6)   Berikan kompres dingin pada daerah axila dan lipatan paha.
Rasional     :    kompres air dingin dapat memberikan efek vasodilatasi pembululuh darah.
7)   Anjurkan agar anak tidak memakai selimut dari pakaian yang tebal.
Rasional     :    Untuk memudahkan dalam proses penguapan.
8)   Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai dengan program dokter.
Rasional     :    Pemberian terapi cairan intravena untuk mengganti cairan yang hilang dan obat-obatan sebagai preparat yang di formulasikan untuk penurunan panas.
2.    Dx 2. Nyeri berhubungan dengan gangguan metabolisme pembuluh darah perifer.
Tujuan           : Nyeri berkurang atau terkontrol
Kriteria hasil : Anak tidak menunjukkan tanda-tanda nyeri
Intervensi keperawatan.
1)   Kaji tingkat nyeri yang dialami anak dengan menggunakan skala nyeri (0-10). Biarkan anak memutuskan tingkat nyeri yang dialami. Tipe nyeri yang dialami dan respons anak terhadap nyeri.
Rasional      :         Mengindikasi kebutuhan untuk intervensi dan juga tanda-tanda perkembangan resolusi komplikasi.
2)   Atur posisi yang nyaman dan usahakan situasi yang tenang.
Rasional     :    Posisi yang nyaman dan situasi yang tenang dapat mengurangi rasa nyeri atau mengurangi stimulus nyeri.
3)   Ciptakan suasana yang gembira pada anak, alihkan perhatian anak dari rasa nyeri (libatkan keluarga) misalnya: membaca buku, mendengar musik, dan menonton TV.
Rasional     :         Untuk mengurangi rasa nyeri pada anak.
4)   Berikan kesempatan pada anak untuk berkomunikasi dengan teman-temannya atau orang terdekat.
Rasional     : Dapat menguragi ansietas dan rasa takut, sehingga mengurangi persepsi akan intensitas rasa sakit.
5)   Berikan obat-obat analgetik (kolaborasi dengan dokter).
Rasional     :    Memberikan penurunan nyeri/tidak nyaman.
3.    Dx 3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, tidak ada napsu makan.
Tujuan                 : Anak menunjukkan tanda-tanda kebutuhan nutrisi yang adekuat.
Kriteria hasil        : Anak mengkonsumsi jumlah makanan yang adekuat.
Intervensi keperawatan
1)   Kaji keluhan mual, sakit menelan, dan muntah yang dialami oleh anak.
Rasional     :         Untuk memberikan  nutrisi yang optimal meskipun kehilangan napsu makan serta memotivasi anak agar mau makan.
2)   Berikan makanan yang mudah ditelan, seperti bubur dan tim, serta dihidangkan selagi masih hangat
Rasional`    :         Memudahkan proses menelan dan meringankan kerja lambung untuk mencerna makanan dan menghindari rasa mual.
3)   Menganjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan teknik porsi kecil tetapi sering.
Rasional     :    karena porsi biasanya ditoleransi dengan lebih baik.
4)   Menimbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama, dan dengan skala yang sama.
Rasional     :    Untuk membantu status nutrisi.
5)   Mempertahankan kebersihan mulut pasien
Rasional     :    Untuk merangsang napsu makan.
6)   Mempertahankan pentingnya intake nutrisi yang adekuat untuk penyembuhan penyakit.
Rasional     :    Untuk menghindari intoleransi makanan.
7)   Jelaskan pada keluarga manfaat makanan/ nutrisi bagi anak terutama saat sakit.
Rasional     :    Makanan merupakan penambahan tenaga bagi orang sakit.
8)   Catatlah jumlah/porsi makanan yang dihabiskan oleh pasien setiap hari.
Rasional     :    Untuk mengetahui jumlah intake makanan dan penentuan dalam pemberian diet dan selanjutnya.
4.    Dx 4. Potensial terjadi perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
Tujuan             :         tidak terjadi perdarahan
Kriteria hasil   :         Jumlah trombosit dalam batas normal.
Intervensi Keperawatan
1)   Monitor penurunan trombosit yang di sertai dengan tanda klinis
Rasional     :    Untuk mengetahui perkembangan penyakit apabila terjadi perdarahan bawah kulit.
2)   Monitor jumlah trombosit setiap hari
Rasional     :    Mengetahui nilai batas normal dan perkembangan penyakit.
3)   Berikan penjelasan mengenai pengaruh trombositopenia pada pada anak.
Rasional     :    Penjelasan yang akurat tentang trombositopenia merupakan faktor penyebab terjadinya syok apabila terjadi penurunan trombosit yang hebat.
4)   Anjurkan anak untuk banyak istirahat
Rasional     :    Memberikan relaksasi untuk anggota organ tubuh serta membantu dalam proses penyembuhan.
5.    Dx 5. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan permeabilitas kapiler, muntah dan demam.
Tujuan     :     Anak menunjukkan terpenuhinya tanda-tanda kebutuhan cairan.
Kriteria hasil             :
-       Anak mendapatkan cairan yang cukup
-       Menunjukkan tanda-tanda hidrasi yang adekuat yang dibutuhkan dengan tanda-tanda vital dan turgor kulit yang normal, membran mukosa lembab.
Intervensi keperawatan.
1)   Monitor keadaan umum pasien
Rasional     :    Untuk mengetahui perkembangan penyakit.
2)   Observasi tanda-tanda vital setiap 2-3  jam.
Rasional     :         Untuk meningkatkan hidrasi dan mencegah dehidrasi.
3)   Perhatikan keluhan pasien seperti mata kunang-kunang, pusing, lemah, ekstremitas dingin dan sesak napas.
Rasional     :    Untuk mengetahui perubahan yang terjadi bila adanya kekurangan cairan sehingga mendapatkan perawatan lebih baik.
4)   Mengobservasi dan mencatat intake dan output.
Rasional     :         Untuk menentukan status hidrasi
5)   Memberikan hidrasi yang adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Rasional     : Menentukan adanya ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
6)   Monitor nilai laboratorium : elektrolit darah, serum albumin.
Rasional     :    Menentukan adanya ketidakseimbangannya cairan dan elektrolit.
7)   Mempertahankan intake dan output yang adekuat.
Rasional     :    Pemenuhan kebutuhan cairan menurunkan resiko dehidrasi.
8)   Monitor dan mencatat berat badan.
Rasional     :    merupakan indikator cairan dan nutrisi.
9)   Pasang infus dan beri terapi cairan intravena jika terjadi perdarahan (kolaborasi dengan dokter)
Rasional     :    Pemberian infus dimaksudkan untuk mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma.
6.    Dx  6. Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kelemahan tubuh.
Tujuan             :    Anak mendapat istirahat yang adekuat
Kriteria hasil   :   
-       Anak melakukan aktivitas yang sesuai dengan kemampuan.
-       Kebutuhan istirahat anak terpenuhi.
Intervensi keperawatan
1)   Bantulah anak untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari seperti: mandi, makan dan eliminasi, sesuai dengan tingkat keterbatasan anak.
Rasional     :    Melindungi anak dari cedera selama melakukan aktivitas dan memungkinkan penghematan energi atau kelemahan tubuh.
2)   Libatkan keluarga dalam memenuhi kebutuhan anak
Rasional     :         Bantuan keluarga membuat anak merasa aman secara moril dan fisik serta membantu perawat dalam memenuhi kebutuhan pasien. 
3)   Dekatkan dan siapkan alat-alat yang dibutuhkan di dekat anak
Rasional     :         Memudahkan pasien dapat mengambil keperluannya.
7.    Dx 7. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan kondisi anak.
Tujuan             :Keluarga menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal koping yang adatif.
Kriteria hasil :
-       Keluarga menunjukkan pemahaman tentang penyakit dan terapinya
-       Keluarga menunjukkan perilaku koping positif terhadap anak.
Intervensi keperawatan
1)   Mengkaji perasaan dan persepsi orang tua atau anggota keluarga terhadap situasi yang penuh stress.
Rasional     :    Karena hal ini biasanya terjadi dalam proses penyesuaian dan untuk menguatkan pemahaman keluarga.
2)   Ijinkan orang tua dan keluarga untuk memberikan respon secara panjang lebar, dan identifikasi faktor yang paling mencemaskan keluarga.
Rasional     :         Agar keluarga mendapat dukungan yang di butuhkan sehingga kemampuan mereka untuk mengatasi masalah dapat dimaksimalkan.
3)   Identifikasi koping yang biasa digunakan dan seberapa besar keberhasilannya dalam mengatasi keadaan.
Rasional     :         Untuk memberikan dukungan dan ketenangan sesuai kebutuhan.
4)   Tanyakan kepada keluarga apa yang dapat dilakukan untuk membuat anak atau keluarga menjadi lebih baik atau dan jika memungkinkan memberikan apa yang diminta oleh kelurga.
Rasional     :         Untuk memberikan perawatan yang optimal terhadap intervensi lanjut.
5)   Memenuhi kebutuhan dasar anak; jika anak sangat tergantung dalam melakukan aktivitas sehari-hari, ijinkan hal ini terjadi dalam waktu yang tidak terlalu lama. Kemudian secara bertahap meningkatkan kemandirian anak dalam memenuhi kebutuhan dasarnya.
Rasional     :         Untuk memberikan dukungan sehingga kemampuan  anak untuk melakukan koping dapat di maksimalkan serta menurunkan resiko cedera.             



















DAFTAR PUSTAKA

Djamin, Sumarjo. 2013. Laporan Pendahuluan DBD/DHF.
http://Aryoxkepuitblogspot.com (Diakses pada 19 Januari 19.42)

Hidayat, A.Azis Alimul., 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan
Anak.Buku2.Penerbit Salemba Medika: Jakarta.

Khair. 2013. Laporan  Pendahuluan DBD pada anak.

Diakses pada 19 Januari 2014 19.44).

Suriadi & Yuliani, Rita. 2001. Buku Pegangan Praktek Klinik : Asuhan
Keperawatan pada Anak. Sagung Seto: Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar