DEMAM BERDARAH DENGUE
(DBD)
I.
KONSEP
PENYAKIT
A.
Defenisi
Dengue
adalah penyakit virus didaerah tropis yang ditularkan oleh nyamuk dan ditandai
dengan demam, nyeri kepala, nyeri pada tungkai, dan ruam (Brooker, 2005). Demam
dengue/dengue fever adalah penyakit yang terutama pada anak, remaja, atau orang
dewasa, dengan tanda-tanda klinis demam, nyeri otot, atau sendi yang disertai
leukopenia, dengan/tanpa ruam (rash) dan limfadenophati, demam bifasik, sakit
kepala yang hebat, nyeri pada pergerakkan bola mata, rasa menyecap yang
terganggu, trombositopenia ringan, dan bintik-bintik perdarahan (ptekie)
spontan. Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti (Suriadi & Yuliani, 2006).
B.
Etiologi
Virus dengue tergolong dalam family
Flaviviridae dan dikenal ada 4 serotipe. Dengue 1&2 ditemukan di Irian
ketika berlangsungnya perang dunia II, sedangkan dengue 3 & 4 ditemukan pada
saat wabah di Filipina tahun 1953-1954. Virus dengue berbentuk batang, bersifat
termolabil, sensitif terhadap inaktivasi oleh dietileter dan natrium dioksilat,
stabil pada suhu 700C (Djamin, 2013).
Vektor
utama dengue di Indonesia adalah nyamuk Aedes aegypti, di samping pula Aedes
albopictus. Vektor ini mepunyai ciri-ciri (Djamin,2013):
1. Badannya kecil, badannya mendatar
saat hinggap
2. Warnanya hitam dan belang-belang
3. Menggigit pada siang hari
4. Gemar hidup di tempat – tempat yang
gelap
5. Jarak terbang <100 meter dan
senang mengigit manusia
6. Bersarang di bejana-bejana berisi
air jernih dan tawar seperti bak mandi, drum penampung air, kaleng bekas atau
tempat-tempat yang berisi air yang tidak bersentuhan dengan tanah.
7. Pertumbuhan dari telur menjadi
nyamuk sekitar 10 hari.
C.
Klasifikasi
1.
Derajat
I : Demam
disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket positif,
trombositopenia, dan hemokosentrasi.
2.
Derajat
II : Derajat
I disertai perdarahan spontan dikulit atau perdarahan lain
3. Derajat III : Kegagalan sirkulasi :
nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit dingin lembab, gelisah.
4. Derajat IV : Renjatan berat, denyut nadi, dan
tekanan darah tidak dapat diukur. Yang disertai dengan Dengue Shock Sindrom.
(Suriadi dan Rita Yuliani, 2006).
D.
Manifestasi
Klinik
Adapun tanda dan gejala dari Demam dengue adalah (Khair,
2013):
1.
Demam
tinggi 5-7 hari.
2.
Perdarahan,
terutama perdarahan bawah kulit ; ptekie, ekhimosis, hematoma.
3.
Epistaksis,
hematemesis, melena, hematuria.
4.
Mual,
muntah, tidak ada napsu makan, diare, konstipasi.
5.
Nyeri
otot, tulang dan sendi, abdomen dan ulu hati.
6.
Sakit
kepala.
7.
Pembengkakan
sekitar mata.
8.
Pembesaran
hati, limpa dan kelenjar getah bening.
9.
Tanda-tanda
renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun, gelisah,
capillary reffil time lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah).
Pada bayi dan anak-anak kecil biasanya berupa:
1.
Demam disertai ruam-ruam makulopapular.
2.
Pada anak-anak yang lebih besar dan
dewasa, bisa dimulai dengan demam ringan atau demam tinggi (>390C) yang
tiba-tiba dan berlangsung selama 2 - 7 hari, disertai sakit kepala hebat, nyeri
di belakang mata, nyeri sendi dan otot, mual-muntah dan ruam-ruam.
3.
Bintik-bintik perdarahan di kulit sering
terjadi, kadang kadang disertai bintik-bintik perdarahan di farings dan konjungtiva.
4.
Penderita juga sering mengeluh nyeri
menelan, tidak enak di ulu hati, nyeri di tulang rusuk kanan dan nyeri seluruh
perut.
5.
Kadang-kadang demam mencapai 40 - 410C
dan terjadi kejang demam pada bayi.
E.
Patofisiologi
1.
Virus
Dengue akan masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes Aegepty dan
kemudian akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus
antibodi, dalam sirkulasi akan mengaktifasi sistem komplemen. Akibat aktifasi
C3 danC5 akan dilepas C3a dan C5a, 2 peptida berdaya untuk melepaskan histamin
dan merupakan mediator kuat sebagai faktor meningginya permeabilitas dinding
pembuluh darah dan menghilangkan plasma melalui endotel dinding itu.
2.
Terjadinya
trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor
koagulasi (protrobin, faktor V, VII, IX,
X dan fibrinogen ) merupakan faktor penyebab terjadinya perdarahan hebat,
terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.
3.
Yang
menentukan beratnya penyakit adalah permeabilitas dinding pembuluh darah, menurunnya
volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia dan diatesis hemoragik,
Renjatan terjadi secara akut.
4.
Nilai
hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel dinding
pembuluh darah. dan dengan hilangnya plasma klien mengalami hipovolemik.
Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoksia jaringan, asidosis metabolik dan
kematian. (Suriadi dan Rita Yuliani, 2006).
F.
Pemeriksaan
Diagnostik
1.
Darah
lengkap : hemokosentrasi (hematokrit meningkat 20 % atau lebih),
trombositopenia (100.000/mm3 atau kurang)
2.
Serologi
uji HI (hemoglutination inhibition test)
3. Rontgen toraks : efusi pleura.
(Suriadi dan Rita Yuliani, 2006).
G.
Komplikasi
1. Ensefalopati dengue
2. Kelainan ginjal
3. Udem paru. (Hadinegoro H Sri Rezeki,
2005).
H.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
untuk klien Demam Berdarah Dengue adalah penanganan pada derajat I hingga
derajat IV.
1.
Derajat
I dan II
1)
Pemberian
cairan yang cukup dengan infus RL dengan dosis 75 ml/kg BB/hari untuk anak
dengan berat badan kurang dari 10kg atau bersama diberikan oralit, air buah
atau susu secukupnya, atau pemberian cairan dalam waktu 24 jam antara lain
sebagai berikut :
a. 100 ml/kg BB/24 jam untuk anak
dengan BB < 25 kg
b. 75
ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 26-30 kg
c. 60 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan
BB 31-40 kg
d. 50 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan
BB 41-50 kg
2)
Pemberian
obat antibiotik apabila adanya infeksi sekunder
3) Pemberian antipieritika untuk
menurunkan panas.
4) Apabila ada perdarahan hebat maka
berikan darah 15 cc/kg BB/hari.
2.
Derajat
III
1) Pemberian cairan yang cukup dengan
infus RL dengan dosis 20 ml/kg BB/jam, apabila ada perbaikan lanjutkan peberian
RL 10 m/kg BB/jam, jika nadi dan tensi tidak stabil lanjutkan jumlah cairan
berdasarkan kebutuhan dalam waktu 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk.
2) Pemberian plasma atau plasma
ekspander (dekstran L ) sebanyak 10 ml/kg BB/jam dan dapat diulang maksimal 30
ml/ kg BB dalam 24 jam, apabila setelah 1 jam pemakaian RL 20 ml/kg BB/jam
keadaan tekanan darah kurang dari 80 mmHg dan nadi lemah, maka berikan cairan
yang cukup berupa infus RL dengan dosis 20 ml/kg BB/jam jika baik lanjutkan RL
sebagaimana perhitungan selanjutnya.
3) Apabila 1 jam pemberian 10 ml/kg
BB/jam keadaan tensi masih menurun dan dibawah 80 mmHg maka penderita harus
mendapatkan plasma ekspander sebanyak 10 ml/kgBB/jam diulang maksimal 30 mg /kg
BB/24 jam bila baik lanjutkan RL sebagaimana perhitungan diatas
3. Derajat IV
1) Pemberian cairan yang cukup dengan
infus RL dengan dosis 30 ml/kgBB/jam, apabila keadaan tekanan darah baik,
lanjutkann RL sebanyak 10 ml/kgBB/jam.
2) Apabila keadaan tensi memburuk maka
harus dipasang. 2 saluran infuse dengan tujuan satu untuk RL 10 ml/kgbb/1jam
dan satunya pemberian palasma ekspander atau dextran L sebanyak 20 ml/kgBB/jam
selam 1 jam,
3) Apabila keadaan masih juga buruk,
maka berikan plasma ekspander 20 ml/kgBB/jam,
4) Apabila masih tetap memburuk maka
berikan plasma ekspander 10 ml/kgBB/jam diulangi maksimun 30 ml/kgBB/24jam.
5) Jika setelah 2 jam pemberian plasma
dan RL tidak menunjukan perbaikan maka konsultasikan kebagian anastesi untuk
perlu tidaknya dipasang central vaskuler pressure atau CVP. (Hidayat A Aziz
Alimul, 2008).
I.
Pencegahan
Ada 3 cara pemberantasan vector
1.
Fogging
focus
Dalam keadaan krisis ekonomi sekarang ini, dana terbatas
maka kegiatan fogging hanya dilakukan bila hasil penyelidikan epidemologis
butul-butul memenuhi kriteria
2.
Abatisasi
Dilaksanakan di desa/ kelurahan endemis terutama di sekolah
dan tempat-tempat umum.
3.
Tanpa
inteksida
Membasmi jentik nyamuk penular demam berdarah dengan cara 3M:
1)
Menguras
secara teratur seminggu sekali atau menaburkan abate/altosit ketempat
penampungan air bersih.
2)
Menutupnya
rapat-rapat tempat penampungan air.
3)
Mengubur
atau menyingkirkan kaleng-kaleng bekas, plastik dan barang bekas, lainnya yang
dapat menampung air hujan, sehingga tidak menjadi sarang nyamuk Aedes Aegypti.
J.
Prognosis
Bila
tidak terjadi renjatan dalam 24-36 jam biasanya prognosis akan menjadi baik
kalau lebih dari 36 jam belum ada tanda-tanda perbaikan, kemungkinan sembuh
kecil dan prognosis menjadi buruk. (Rampengan T.H, 2007).
II.
KONSEP
ASUHAN KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
Pengkajian pada anak dengan Penyakit
infeksi Demam Berdarah Dengue Menurut
Nursalam 2005 adalah :
1.
Identitas
pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat,
pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua.
2.
Keluhan
utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada
pasien Demam Berdarah Dengue untuk datang ke Rumah Sakit adalah panas tinggi
dan anak lemah.
3.
Riwayat
penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai
menggigil, dan saat demam kesadaran komposmentis. Turunnya panas terjadi antara
hari ke 3 dan ke 7 dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai dengan
keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare atau
konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri uluh hati, dan
pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manisfestasi perdarahan pada
kulit, gusi (grade 3 dan 4), melena, atau hematemesis.
4.
Riwayat
penyakit yang pernah diderita
Penyakit apa saja yang pernah
diderita. Pada Demam Berdarah Dengue, anak bisa mengalami serangan ulangan
Demam Berdarah Dengue dengan tipe virus yang lain.
5.
Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan
akan timbulnya komplikasi dapat dihindarkan.
6.
Riwayat
gizi
Status gizi anak yang menderita
Demam Berdarah Dengue dapat bervariasi. Semua anak dengan status gizi baik
maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat faktor predisposisinya. Anak yang
menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah, dan napsu makan menurun.
Apabila kondisi ini berlanjut, dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang
mencukupi, maka anak dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status
gizinya menjadi kurang.
7. Kondisi lingkungan
Sering
terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang bersih
(seperti air yang menggenang dan gantungan baju di kamar).
8. Pola kebiasaan
1) Nutrisi dan metabolisme: frekuensi,
jenis, pantangan, napsu makan berkurang, napsu makan menurun.
2) Eliminasi atau buang air
besar.Kadang-kadang anak mengalami diare atau konstipasi. Sementara Demam
Berdarah Dengue pada grade III-IV bisa terjadi melena.
3) Eliminasi urine atau buang air kecil
perlu dikaji apakah sering kencing sedikit atau banyak sakit atau tidak. Pada
Demam Berdarah Dengue grade IV sering terjadi hematuria.
4) Tidur dan istirihat. Anak sering
mengalami kurang tidur karena mengalami sakit/nyeri otot dan persendian
sehingga kuantitas dan kualitas tidur maupun istirahatnya kurang.
5) Kebersihan. Upaya keluarga untuk
menjaga kebersihan diri dan lingkungan cenderung kurang terutama untuk
membersikan tempat sarang nyamuk Aedes Aegypti.
6) Perilaku dan tanggapan bila ada
keluarga yang sakit serta upaya untuk menjaga kesehatan.
9. Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi,
palpasi, auskultasi, dan perkusi dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Berdasarkan tingkatan atau (grade) Demam Berdarah Dengue, keadaan fisik anak
adalah sebgai berikut:
1) Grade I : kesadaran komposmentis, keadaan umum lemah, tanda-tanda vital dan nadi lemah.
2) Grade II : kesadaran kompos mentis,
keadaan umum lemah, dan perdarahan spontan petekie, perdarahan gusi dan
telinga, serta nadi lemah, kecil dan tidak teratur.
3) Grade III : kesadaran apatis, somnolent,
keadaan umum lemah, nadi lemah, kecil dan tidak teratur, serta tensi menurun.
4) Grade IV : kesadaran koma, tanda-tanda
vital : nadi tidak teraba, tensi tidak terukur, pernapasan tidak teratur,
ekstremitas dingin, berkeringat, dan kulit tampak biru.
10.
Sistem
integument
1) Adanya petekia pada kulit, turgor
kulit menurun, dan muncul keringat
dingin, dan lembab.
2) Kuku sianosis/tidak
3) Kepala dan leher
Kepala
terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam (flusy), mata anemis, hidung
kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada grade II, III, IV. Pada
mulut didapatkan bahwa mukosa mulut
kering, terjadi perdarahan gusi dan nyeri telan. Sementara tenggorokan
mengalami hiperemia pharing ( pada Grade II, III, IV).
4) Dada
Bentuk
simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada foto thorax terdapat adanya
cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan ( efusi pleura), rales (+),
Ronchi (+), yang biasanya terdapat pada grade III dan IV.
5) Abdomen
Mengalami
nyeri tekan, Pembesaran hati (hepetomegali), asites.
6) Ekstremitas.
Akral
dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, serta tulang.
B.
Patofisiologi
Penyimpangan KDM
C.
Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang muncul pada anak dengan penyakit
infeksi Demam Berdarah Dengue tergantung pada data yang ditemukan.
Menurut Nursalam 2005 diagnosa keperawatan yang muncul
antara lain:
1.
Peningkatan
suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan infeksi virus.
2.
Nyeri
berhubungan dengan gangguan metabolisme pembuluh darah perifer.
3.
Gangguan
pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual, muntah, tidak ada napsu makan.
4.
Potensial
terjadi perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
5.
Gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan permeabilitas kapiler,
muntah dan demam.
6.
Gangguan
aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kelemahan tubuh.
7.
Perubahan
proses keluarga berhubungan dengan kondisi anak.
D.
Intervensi
1. Dx 1. Peningkatan suhu tubuh
(hipertermia) berhubungan dengan infeksi virus.
Tujuan : Anak
menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
Kriteria hasil : Mendemonstrasikan
suhu dalam batas normal, bebas dari kedinginan.
Intervensi Keperawatan
1)
Observasi
tanda-tanda vital : suhu, nadi, tensi dan pernapasan setiap 3 jam atau sering
lagi.
Rasional : Suhu 38,9-41,1oc
menunjukkan proses penyakit infeksius akut. Pola demam dapat membantu dalam
diagnosis.
2)
Berikan
penjelasan mengenai penyebab demam atau peningkatan suhu tubuh.
Rasional : Untuk memberikan
pengetahuan pemahaman tentang penyebab dan memberikan kesadaran kebutuhan
belajar.
3)
Berikan
penjelasan kepada keluarga tentang
hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi demam.
Rasional : Perubahan dapat lebih
tampak oleh orang terdekat, meskipun adanya perubahan dapat dilihat oleh orang
lain yang jarang kontak dengan pasien.
4)
Catatlah
asupan dan keluaran cairan.
Rasional : Untuk mengetahui
keseimbangan cairan baik intake maupun output.
5)
Anjurkan
anak untuk banyak minum paling tidak ±
2,5 liter tiap 24 jam dan jelaskan manfaat bagi anak.
Rasional : Untuk mempercepat
proses penguapan melalui urine dan keringat, selain itu dimaksudkan untuk
mengganti cairan tubuh yang hilang.
6)
Berikan
kompres dingin pada daerah axila dan lipatan paha.
Rasional : kompres air dingin
dapat memberikan efek vasodilatasi pembululuh darah.
7) Anjurkan agar anak tidak memakai
selimut dari pakaian yang tebal.
Rasional : Untuk memudahkan dalam
proses penguapan.
8) Berikan terapi cairan intravena dan
obat-obatan sesuai dengan program dokter.
Rasional : Pemberian terapi cairan
intravena untuk mengganti cairan yang hilang dan obat-obatan sebagai preparat
yang di formulasikan untuk penurunan panas.
2.
Dx
2. Nyeri berhubungan dengan gangguan metabolisme pembuluh darah perifer.
Tujuan : Nyeri berkurang
atau terkontrol
Kriteria hasil : Anak tidak
menunjukkan tanda-tanda nyeri
Intervensi keperawatan.
1) Kaji tingkat nyeri yang dialami anak
dengan menggunakan skala nyeri (0-10). Biarkan anak memutuskan tingkat nyeri
yang dialami. Tipe nyeri yang dialami dan respons anak terhadap nyeri.
Rasional : Mengindikasi
kebutuhan untuk intervensi dan juga tanda-tanda perkembangan resolusi
komplikasi.
2) Atur posisi yang nyaman dan usahakan
situasi yang tenang.
Rasional : Posisi yang nyaman dan
situasi yang tenang dapat mengurangi rasa nyeri atau mengurangi stimulus nyeri.
3) Ciptakan suasana yang gembira pada
anak, alihkan perhatian anak dari rasa nyeri (libatkan keluarga) misalnya:
membaca buku, mendengar musik, dan menonton TV.
Rasional : Untuk mengurangi rasa nyeri pada anak.
4) Berikan kesempatan pada anak untuk
berkomunikasi dengan teman-temannya atau orang terdekat.
Rasional : Dapat
menguragi ansietas dan rasa takut, sehingga mengurangi persepsi akan intensitas
rasa sakit.
5) Berikan obat-obat analgetik
(kolaborasi dengan dokter).
Rasional : Memberikan penurunan nyeri/tidak nyaman.
3.
Dx
3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual, muntah, tidak ada napsu makan.
Tujuan
: Anak menunjukkan tanda-tanda kebutuhan nutrisi yang adekuat.
Kriteria hasil :
Anak mengkonsumsi jumlah makanan yang adekuat.
Intervensi keperawatan
1)
Kaji
keluhan mual, sakit menelan, dan muntah yang dialami oleh anak.
Rasional : Untuk memberikan nutrisi yang optimal meskipun kehilangan
napsu makan serta memotivasi anak agar mau makan.
2)
Berikan
makanan yang mudah ditelan, seperti bubur dan tim, serta dihidangkan selagi
masih hangat
Rasional` : Memudahkan proses menelan dan
meringankan kerja lambung untuk mencerna makanan dan menghindari rasa mual.
3)
Menganjurkan
kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan teknik porsi kecil tetapi
sering.
Rasional : karena porsi biasanya
ditoleransi dengan lebih baik.
4)
Menimbang
berat badan setiap hari pada waktu yang sama, dan dengan skala yang sama.
Rasional : Untuk membantu status
nutrisi.
5)
Mempertahankan
kebersihan mulut pasien
Rasional : Untuk merangsang napsu
makan.
6)
Mempertahankan
pentingnya intake nutrisi yang adekuat untuk penyembuhan penyakit.
Rasional : Untuk menghindari
intoleransi makanan.
7)
Jelaskan
pada keluarga manfaat makanan/ nutrisi bagi anak terutama saat sakit.
Rasional : Makanan merupakan
penambahan tenaga bagi orang sakit.
8)
Catatlah
jumlah/porsi makanan yang dihabiskan oleh pasien setiap hari.
Rasional : Untuk mengetahui jumlah
intake makanan dan penentuan dalam pemberian diet dan selanjutnya.
4.
Dx
4. Potensial terjadi perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
Tujuan : tidak terjadi perdarahan
Kriteria hasil : Jumlah trombosit dalam batas normal.
Intervensi Keperawatan
1)
Monitor
penurunan trombosit yang di sertai dengan tanda klinis
Rasional : Untuk mengetahui
perkembangan penyakit apabila terjadi perdarahan bawah kulit.
2)
Monitor
jumlah trombosit setiap hari
Rasional : Mengetahui nilai batas
normal dan perkembangan penyakit.
3)
Berikan
penjelasan mengenai pengaruh trombositopenia pada pada anak.
Rasional : Penjelasan yang akurat
tentang trombositopenia merupakan faktor penyebab terjadinya syok apabila
terjadi penurunan trombosit yang hebat.
4)
Anjurkan
anak untuk banyak istirahat
Rasional : Memberikan relaksasi
untuk anggota organ tubuh serta membantu dalam proses penyembuhan.
5.
Dx
5. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan permeabilitas
kapiler, muntah dan demam.
Tujuan : Anak menunjukkan
terpenuhinya tanda-tanda kebutuhan cairan.
Kriteria hasil :
-
Anak
mendapatkan cairan yang cukup
-
Menunjukkan
tanda-tanda hidrasi yang adekuat yang dibutuhkan dengan tanda-tanda vital dan
turgor kulit yang normal, membran mukosa lembab.
Intervensi
keperawatan.
1) Monitor keadaan umum pasien
Rasional : Untuk mengetahui
perkembangan penyakit.
2) Observasi tanda-tanda vital setiap
2-3 jam.
Rasional : Untuk meningkatkan hidrasi dan mencegah
dehidrasi.
3) Perhatikan keluhan pasien seperti
mata kunang-kunang, pusing, lemah, ekstremitas dingin dan sesak napas.
Rasional : Untuk mengetahui
perubahan yang terjadi bila adanya kekurangan cairan sehingga mendapatkan
perawatan lebih baik.
4) Mengobservasi dan mencatat intake
dan output.
Rasional : Untuk menentukan status hidrasi
5) Memberikan hidrasi yang adekuat
sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Rasional :
Menentukan adanya ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
6) Monitor nilai laboratorium :
elektrolit darah, serum albumin.
Rasional : Menentukan adanya ketidakseimbangannya
cairan dan elektrolit.
7) Mempertahankan intake dan output
yang adekuat.
Rasional : Pemenuhan kebutuhan
cairan menurunkan resiko dehidrasi.
8) Monitor dan mencatat berat badan.
Rasional : merupakan
indikator cairan dan nutrisi.
9) Pasang infus dan beri terapi cairan
intravena jika terjadi perdarahan (kolaborasi dengan dokter)
Rasional : Pemberian
infus dimaksudkan untuk mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma.
6. Dx 6. Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan
dengan kelemahan tubuh.
Tujuan : Anak mendapat
istirahat yang adekuat
Kriteria hasil :
- Anak melakukan aktivitas yang sesuai
dengan kemampuan.
- Kebutuhan istirahat anak terpenuhi.
Intervensi keperawatan
1)
Bantulah
anak untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari seperti: mandi, makan dan
eliminasi, sesuai dengan tingkat keterbatasan anak.
Rasional : Melindungi anak dari
cedera selama melakukan aktivitas dan memungkinkan penghematan energi atau
kelemahan tubuh.
2)
Libatkan
keluarga dalam memenuhi kebutuhan anak
Rasional : Bantuan keluarga membuat anak merasa
aman secara moril dan fisik serta membantu perawat dalam memenuhi kebutuhan
pasien.
3)
Dekatkan
dan siapkan alat-alat yang dibutuhkan di dekat anak
Rasional : Memudahkan pasien dapat mengambil
keperluannya.
7. Dx 7. Perubahan proses keluarga
berhubungan dengan kondisi anak.
Tujuan :Keluarga menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas
normal koping yang adatif.
Kriteria hasil :
- Keluarga menunjukkan pemahaman
tentang penyakit dan terapinya
- Keluarga menunjukkan perilaku koping
positif terhadap anak.
Intervensi keperawatan
1) Mengkaji perasaan dan persepsi orang
tua atau anggota keluarga terhadap situasi yang penuh stress.
Rasional : Karena hal ini
biasanya terjadi dalam proses penyesuaian dan untuk menguatkan pemahaman
keluarga.
2)
Ijinkan
orang tua dan keluarga untuk memberikan respon secara panjang lebar, dan
identifikasi faktor yang paling mencemaskan keluarga.
Rasional : Agar keluarga mendapat dukungan yang di
butuhkan sehingga kemampuan mereka untuk mengatasi masalah dapat dimaksimalkan.
3)
Identifikasi
koping yang biasa digunakan dan seberapa besar keberhasilannya dalam mengatasi
keadaan.
Rasional : Untuk memberikan dukungan dan
ketenangan sesuai kebutuhan.
4)
Tanyakan
kepada keluarga apa yang dapat dilakukan untuk membuat anak atau keluarga
menjadi lebih baik atau dan jika memungkinkan memberikan apa yang diminta oleh
kelurga.
Rasional : Untuk memberikan perawatan yang optimal
terhadap intervensi lanjut.
5)
Memenuhi
kebutuhan dasar anak; jika anak sangat tergantung dalam melakukan aktivitas
sehari-hari, ijinkan hal ini terjadi dalam waktu yang tidak terlalu lama.
Kemudian secara bertahap meningkatkan kemandirian anak dalam memenuhi kebutuhan
dasarnya.
Rasional : Untuk memberikan dukungan sehingga
kemampuan anak untuk melakukan koping
dapat di maksimalkan serta menurunkan resiko cedera.
DAFTAR PUSTAKA
Djamin, Sumarjo. 2013. Laporan Pendahuluan DBD/DHF.
http://Aryoxkepuitblogspot.com (Diakses pada 19 Januari 19.42)
Hidayat,
A.Azis Alimul., 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan
Anak.Buku2.Penerbit
Salemba Medika: Jakarta.
Khair.
2013. Laporan Pendahuluan DBD pada anak.
Diakses pada 19 Januari 2014 19.44).
Suriadi
& Yuliani, Rita. 2001. Buku Pegangan Praktek Klinik : Asuhan
Keperawatan pada Anak. Sagung Seto: Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar