PSIKOLOGI
POST PARTUM
A.
Postpartum Blues
1.
Definisi
Postpartum
blues dapat terjadi sejak hari pertama pascapersalinan atau pada saat fase
taking in, cenderung akan memburuk pada hari ketiga sampai kelima dan
berlangsung dalam rentang waktu 14 hari atau dua minggu pasca persalinan.
Postpartum
blues merupakan gangguan suasana hati pascapersalinan yang bisa berdampak pada
perkembangan anak karena stres dan sikap ibu yang tidak tulus terus-menerus
bisa membuat bayi tumbuh menjadi anak yang mudah menangis, cenderung rewel,
pencemas, pemurungdan mudah sakit. Keadaan ini sering disebut puerperium atau
trimester keempat kehamilan yang bila tidak segera diatasi bisa berlanjut pada
depresi pascapartum yang biasanya terjadi pada bulan pertama setelah
persalinan. Saat ini postpartum blues yang sering juga disebut maternity blues
atau baby blues diketahui sebagai suatu sindrom gangguan afek ringan yang
sering tampak dalam minggu pertama setelah persalinan.
Post partum blues ini dikategorikan sebagai sindroma
gangguan mental yang ringan oleh sebab itu sering tidak dipedulikan sehingga
tidak terdiagnosa dan tidak ditatalaksana sebagai mana seharusnya akhirnya
dapat menjadi masalah yang menyulitkan, tidak menyenangkan dan dapat membuat
perasaan tidak nyaman bagi wanita yang mengalaminya , dan bahkan kadang-kadang
gangguan ini dapat berkembang menjadi keadaan yang lebih berat yaitu depresi
dan psikosis pasca salin yang mempunyai dampak lebih buruk terutama dalam
masalah hubungn perkawaninan dengan suami dan perkembangan anaknya.
2.
Etiologi
Etiologi atau penyebab
pasti terjadinya postpartum blues sampai saat ini belum diketahui. Namun,
banyak faktor yang diduga berperan terhadap terjadinya postpartum blues, antara
lain:
1)
Faktor hormonal yang
berhubungan dengan perubahan kadar estrogen, progesteron, prolaktin dan
estradiol. Penurunan kadar estrogen setelah melahirkan sangat berpengaruh pada
gangguan emosional pascapartum karena estrogen memiliki efek supresi aktifitas
enzim monoamine oksidase yaitu suatu enzim otak yang bekerja menginaktifasi
noradrenalin dan serotonin yang berperan dalam perubahan mood dan kejadian
depresi.
2)
Faktor demografi yaitu umur
dan paritas.
3)
Pengalaman dalam proses
kehamilan dan persalinan.
4)
Latar belakang psikososial
ibu
5)
Takut kehilangan bayinya
atau kecewa dengan bayinya.
Ada beberapa hal yang menyebabkan post partum blues, diantaranya :
1)
Lingkungan melahirkan yang
dirasakan kurang nyaman oleh si ibu.
2)
Kurangnya dukungan dari
keluarga maupun suami.
3)
Sejarah keluarga atau
pribadi yang mengalami gangguan psikologis.
4)
Hubungan sex yang kurang
menyenangkan setelah melahirkan
5)
Tidak ada perhatian dari
suami maupun keluarga
6)
Tidak mempunyai pengalaman
menjadi orang tua dimasa kanak-kanak atau remaja. Misalnya tidak mempunyai
saudara kandung untuk dirawat.
7)
Takut tidak menarik lagi
bagi suaminya
8)
Kelelahan, kurang tidur
9)
Cemas terhadap kemampuan merawat
bayinya
10) Kekecewaan
emosional (hamil,salin)
11) Rasa
sakit pada masa nifas awal
3.
Gejala
Gejala – gejala postpartum
blues ini bisa terlihat dari perubahan sikap seorang ibu. Gejala tersebut
biasanya muncul pada hari ke-3 atau 6 hari setelah melahirkan. Beberapa
perubahan sikap tersebut diantaranya, yaitu :
1)
sering tiba-tiba menangis
karena merasa tidak bahagia,
2)
tidak sabar,
3)
penakut,
4)
tidak mau makan,
5)
tidak mau bicara,
6)
sakit kepala sering
berganti mood,
7)
mudah tersinggung (
iritabilitas),
8)
merasa terlalu sensitif dan
cemas berlebihan,
9)
tidak bergairah,
10) tidak percaya diri,
11) khususnya terhadap hal yang semula sangat diminati,
12) tidak mampu berkonsentrasi dan sangat sulit membuat keputusan,
13) merasa tidak mempunyai ikatan batin dengan si kecil yang baru
saja dilahirkan,
14) merasa tidak menyayangi bayinya,
15) insomnia yang berlebihan.
Gejala – gejala itu mulai
muncul setelah persalinan dan pada umumnya akan menghilang dalam waktu antara beberapa
jam sampai beberapa hari. Namun jika masih berlangsung beberapa minggu atau
beberapa bulan itu dapat disebut postpartum depression.
4.
Pencegahan
Pencegahannya
dapat dilakukan dengan:
1)
beristirahat ketika bayi tidur
2)
Berolah raga ringan, ikhlas dan tulus
dengan peran baru sebagai ibu
3)
tidak perfeksionis dalam hal mengurusi
bayi
4)
bicarakan rasa cemas dan komunikasikan
5)
bersikap fleksibel dan bergabung dengan
kelompok ibu-ibu baru
6)
kempatan merawat bayi hanya dating satu kali
5.
Penanganan
Secara garis besar dapat
dikatakan bahwa dibutuhkan penanganan di tingkat perilaku, emosional,
intelektual, sosial dan psikologis secara bersama-sama, dengan melibatkan
lingkungannya, yaitu: suami, keluarga dan juga teman dekatnya.
Cara mengatasi gangguan psikologi pada nifas dengan postpartum
blues ada dua cara yaitu :
1)
Dengan cara pendekatan
komunikasi terapeutik
Tujuan dari komunikasi terapeutik adalah menciptakan hubungan baik
antara bidan dengan pasien dalam rangka kesembuhannya dengan cara:
a)
Mendorong pasien mampu
meredakan segala ketegangan emosi
b)
Dapat memahami dirinya
c)
Dapat mendukung tindakan
konstruktif.
d)
Dengan cara peningkatan
support mental
2)
Beberapa cara peningkatan support mental yang dapat dilakukan
keluarga diantaranya :
a)
Sekali-kali ibu meminta
suami untuk membantu dalam mengerjakan pekerjaan rumah seperti : membantu
mengurus bayinya, memasak, menyiapkan susu dll.
b)
Memanggil orangtua ibu bayi
agar bisa menemani ibu dalam menghadapi kesibukan merawat bayi
c)
Suami seharusnya tahu
permasalahan yang dihadapi istrinya dan lebih perhatian terhadap istrinya
d)
Menyiapkan mental dalam
menghadapi anak pertama yang akan lahir
e)
Memperbanyak dukungan dari
suami
f)
Suami menggantikan peran
isteri ketika isteri kelelahan
g)
Ibu dianjurkan sering
sharing dengan teman-temannya yang baru saja melahirkan
h)
Bayi menggunakan pampers
untuk meringankan kerja ibu
i)
mengganti suasana, dengan
bersosialisasi
j)
Suami sering menemani
isteri dalam mengurus bayinya
6.
Komplikasi
1)
Gangguan jiwa dapat meliputi munculnya gejala:
·
Waham
·
Halusinasi
·
Kerusakan psikoafektif
2)
Risiko bunuh diri/mencederai diri
3)
Risiko mencederai anak
1.
Depresi postpartum
a.
Definisi
Depresi post partum adalah depresi berat yang
terjadi 7 hari setelah melahirkan dan berlangsung selama 30 hari, dapat terjadi
kapanpun bahkan sampai 1 tahun kedepan. Pitt tahun 1988 dalam Pitt(regina
dkk,2001) depresi post parum adalah depresi yang bervariasi dari hari ke hari
dengan menunjukkan kelelahan, mudah marah, gangguan nafsu makan dan kehilangan
libido (kehilangan selera untuk berhubungan intim dengan suami).
Llewelly-jones (1994) menyatakan wanita yang
didiagnosa mengalami depresi 3 bulan pertama setelah melahirkan. Wanita
tersebut secara social dan emosional meras terasingkan atau mudah tegang dalam
setiap kejadian hidupnya.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan
bahwa depresi post partum adalah gangguan emosional pasca persalinan yang bervariasi,
terjadi pada 10 hari pertama masa setelah melahirkan dan berlangsung
terus-menerus sampai 6 bulan atau bahkan sampai satu tahun.
b.
Etiologi
Pitt (Regina dkk, 2001), mengemukakan 4 faktor penyebeb depresi postpartum
sebagai berikut :
1)
Faktor konstitusional
Gangguan post partum berkaitan dengan status paritas adalah riwayat
obstetri pasien yang meliputi riwayat hamil sampai bersalin serta apakah ada
komplikasi dari kehamilan dan persalinan sebelumnya dan terjadi lebih banyak
pada wanita primipara. Wanita primipara lebih umum menderita blues karena
setelah melahirkan wanita primipara berada dalam proses adaptasi, kalau dulu
hanya memikirkan diri sendiri begitu bayi lahir jika ibu tidak paham perannya
ia akan menjadi bingung sementara bayinya harus tetap dirawat.
2)
Faktor fisik.
Perubahan fisik setelah proses kelahiran dan memuncaknya gangguan mental
selama 2 minggu pertama menunjukkan bahwa faktor fisik dihubungkan dengan
kelahiran pertama merupakan faktor penting. Perubahan hormon secara drastis
setelah melahirkan dan periode laten selama dua hari diantara kelahiran dan
munculnya gejala. Perubahan ini sangat berpengaruh pada keseimbangan. Kadang
progesteron naik dan estrogen yang menurun secara cepat setelah melahirkan
merupakan faktor penyebab yang sudah pasti.
3)
Faktor psikologis.
Peralihan yang cepat dari keadaan “dua dalam satu” pada akhir kehamilan
menjadi dua individu yaitu ibu dan anak bergantung pada penyesuaian psikologis
individu. Klaus dan Kennel (Regina dkk, 2001), mengindikasikan pentingnya cinta
dalam menanggulangi masa peralihan ini untuk memulai hubungan baik antara ibu
dan anak.
4)
Faktor sosial.
Paykel (Regina dkk, 2001) mengemukakan bahwa pemukiman yang tidak memadai
lebih sering menimbulkan depresi pada ibu – ibu, selain kurangnya dukungan dalam
perkawinan.
c.
Gejala
Gejala yang menonjol dalam depresi post
partum adalah trias depresi yaitu:
1)
Berkurangnya energy
2)
Penurunan efek
3)
Hilang minat (anhedonia)
Ling dan Duff mengatakan bahwa gejala
depresi post partum yang dialami 60% wanita mempunyai karateristik dan spesifik
antara lain:
a)
Trauma terhadap intervensi medis yang
terjadi
b)
Kelelahan dan perubahan mood
c)
Gangguan nafsu makan dan gangguan tidur
d)
Tidak mau berhubungan dengan orang lain
e)
Tidak mencintai bayinya dan ingin
menyakiti bayinya atau dirinya sendiri.
d.
Pencegahan
Untuk mencegah terjadinya depresi post
partum sebagai anggota keluarga harus memberikan dukungan emosional kepada ibu
dan jangan mengabaikan ibu bila terlihat sedang sedih, dan sarankan pada ibu
untuk:
1) Beristirahat
dengan baik
2) Berolahraga
yang ringan
3) Berbagi
cerita dengan orang lain
4) Bersikap
fleksible
5) Bergabung
dengan orang-oarang baru
6) Sarankan
untuk berkonsultasi dengan tenaga medis
e.
Penatalaksanaan
1) Dapat
riwayat kesehatan selama priode antepartum untuk mengidentifikasi resiko
potensial terjadi depresi postpartum.
2) Atur
konseling selama periode antepartum pada klien yang beresiko.
3) Bantuan
klien untuk mengatur mekanisme dukungan yang baik selama periode antepartum
jika dia ditanyakan beresiko terhadap depresi post partum.
4) Dapatkan
riwayat kesehatan post partum yang akurat termasuk demografi, informasi
mengenai dukungan dan bantuan dirumah.
5) Kaji
proses hubungan ibu dan anak
6) Tawarkan
dukungan, dorongan dan bantuan kepada klien untuk memahami bahwa perasaan
depresi dalam beberapa hari setelah melahirkan adalah normal.
7) Peningkatan
klien bahwa jika depresinya berlanjut lebih dari beberapa hari dia harus
berkonsultasi.
8) Atur
konseling selanjutnya jika klien yang memperlihatkan tanda depresi berlanjut.
2.
Psikosis
Psikosis
adalah depresi yang terjadi pada minggu pertama dalam 6 minggu setelah
melahirkan. Jenis ini adalah yang paling parah. Ibu
dapat mengalami halusinasi, memiliki keinginan untuk bunuh diri. Tak saja
psikis si ibu yang nantinya jadi tergantung secara keseluruhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar