TUMOR
KEPALA
A.
Defenisi Dan
Klasifikasi
Tumor otak merupakan salah satu
tumor susunan saraf pusat, baik ganas maupun tidak. Tumor ganas disusunan saraf
pusat adalah semua proses neoplastik yang terdapat dalam ruang intracranial
atau dalam kanalis spinalis, yang mempunyai sebagian atau seluruh sifat-sifat
proses ganas spesifik seperti yang berasal dari sel-sel saraf di meningen otak,
termasuk juga tumor yang berasal dari sel penunjang (neuroglia), sel epitel
pembuluh darah, dan selaput otak(Fransisca, 2008).
Tumor otak adalah neoplasma pada
bagian intracranial SSP. Tumor otak primer berasal dari otak, sedangkan tumor
otak sekunder merupakan pindahan dari tempat asal lain( Tucker&martin, 2007).
Tumor otak
merupakan salah satu tumor sususan saraf pusat, baik ganas maupun tidak. Tumor
ganas disusunan saraf pusat adalah semua proses neoplastic yang terdapat dalam
ruang intracranial atau dalam kanalis spinalis, yang mempunyai sebagian atau
seluruh sifat-sifat proses ganas spesifik seperti yang berasal dari sel-sel saraf
dimeningen otak, termasuk juga tumor yang berasal dari sel penunjang
(neurologia), sel epitel pembuluh darah, dan selaput otak (padmosantjojo,
2002).
Tumor otak adalah suatu lesi
ekspansif yang bersifat jinak (benigna) ataupun ganas (maligna) membentuk massa
dalam ruang tengkorak kepala (intra cranial) atau di sumsum tulang belakang
(medulla spinalis). Neoplasma pada jaringan otak dan selaputnya dapat berupa
tumor primer maupun metastase. Apabila sel-sel tumor berasal dari jaringan otak
itu sendiri disebut tumor otak primer dan bila berasal dari organ-organ lain
(metastase) seperti kanker paru, payudara, prostate, ginjal, dan lain-lain
disebut tumor otak sekunder (Mayer,2002).
Jenis tumor
ganas susunan saraf pusat terdiri atas tumor ganas primer dan tumor
metastasis.Tumor ganas primer seperti as trositoma, astroblastoma,
oligodendroglioma, meduloblastoma, dan limfoma serebral (Fransisca, 2008).
Tumor
metastasis adalah tumor yang berasal dari daerah manapun dari tubuh, yang
umumnya terdapat ekstradural dalam kanalis spinalis, karena penyebaran
hematogen kearah pleksus venosus peridural dari vena-vena dalam velvis, dinding
rongga toraks, dalam toraks, dan daerah leher (Patmosantjojo, 2002).
Tumor
serebellum merupakan salah satu tumor intristikposterior, yang pada orang
dewasa merupakan tumor metastasis tersering di hemisfer serebellum.Lokasi
primer sesuai dengan lesi supratentorial (saanin, 2002).
Tumor ini
merupakan tumor metastasis 80% dan tumor ganas primer >90% pada anak dan
terdapat dalam ruang intracranial.Tindkannya adalah dengan kraniektomi (Fransisca, 2008).
Tumor otak
ada bermacam-macam menurut Price, Sylvia Ardeson, 2000, yaitu :
1.
Glioma adalah tumor jaringan glia (jaringan penunjang
dalam system saraf pusat (misalnya euroligis), bertanggung jawab atas kira-kira
40 sampai 50 % tumor otak.
2.
Tumor meningen (meningioma) merupakan tumor asal
meningen, sel-sel mesofel dan sel-sel jaringan penyambung araknoid dan dura
dari paling penting.
3.
Tumor hipofisis berasal dari sel-sel kromofob,
eosinofil atau basofil dari hipofisis anterior
4.
Tumor saraf pendengaran (neurilemoma) merupakan 3
sampai 10 % tumor intrakranial. Tumor ini berasal dari sel schawan selubung
saraf.
5.
Tumor metastatis adalah lesi-lesi metastasis merupakan
kira-kira 5-10 % dari seluruh tumor otak dan dapat berasal dari sembarang
tempat primer.
6.
Tumor pembuluh darah antara lain :
a)
Angioma adalah pembesaran massa pada pembuluh darah
abnormal yang didapat didalam atau diluar daerah otak. Tumor ini diderita sejak
lahir yang lambat laun membesar.
b)
Hemangiomablastoma adalah neoplasma yang terdiri dari
unsur-unsur vaskuler embriologis yang paling sering dijumpai dalam serebelum
c)
Sindrom non hippel-lindan adalah gabungan antara
hemagioblastoma serebelum, angiosmatosis retina dan kista ginjal serta pancreas.
7.
Tumor congenital (gangguan perkembangan). Tumor
kongenital yang jarang antara lain kondoma, terdiri atas sel-sel yang berasal
dari sisa-sisa horokoida embrional dan dijumpai pada dasar tengkorak.
B.
Etiologi
Penyebab
tumor otak belum
diketahui.Namun ada
bukti kuat yang menunjukan bahwa beberapa agent bertanggung jawab untuk
beberapa tipe tumor-tumor tertentu.Agent tersebut meliputi faktor herediter,
kongenital, virus, toksin, dan defisiensi immunologi. Ada juga yang mengatakan
bahwa tumor otak dapat terjadi akibat sekunder dari trauma cerebral dan
penyakit peradangan. Metastase ke otak dari tumor bagian tubuh lain juga dapat
terjadi. Karsinoma metastase lebih sering menuju ke otak daripada sarcoma.
Lokasi utama dari tumor otak metastase berasal dari paru-paru dan
payudara(Judha, 2011).
Tumor juga
dapat disebabkan oleh mutasi DNA di dalam sel. Akumulasi dari mutasi-mutasi tersebut menyebabkan
munculnya tumor. Sebenarnya sel manusia memiliki mekanisme perbaikan DNA (DNA
repair) dan mekanisme lainnya yang menyebabkan sel merusak dirinya dengan
apoptosis jika kerusakan DNA sudah terlalu berat. Apoptosis adalah proses aktif
kematian sel yang ditandai dengan pembelahan DNA kromosom, kondensasi kromatin,
serta fragmentasi nukleus dan sel itu sendiri. Mutasi yang menekan gen untuk
mekanisme tersebut biasanya dapat memicu terjadinya kanker.
Adapun
faktor-faktor yang perlu ditinjau, yaitu :
1.
Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu
anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pada meningioma, astrositoma dan
neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-anggota sekeluarga. Sklerosis tuberose
atau penyakit Sturge-Weber yang dapat dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan
baru, memperlihatkan faktor familial yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma
tersebut tidak ada bukti-buakti yang kuat untuk memikirkan adanya faktor-faktor
hereditas yang kuat pada neoplasma.
2.
sisa-sisa sel
embrional ( Embrionic Cell Rest )
Bangunan-bangunan embrional
berkembang menjadi bangunan-bangunan yang mempunyai morfologi dan fungsi yang
terintegrasi dalam tubuh. Tetapi ada kalanya sebagian dari bangunan embrional
tertinggal dalam tubuh, menjadi ganas dan merusak bangunan di sekitarnya.
Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada kraniofaringioma, teratoma
intrakranial dan kordoma.
3.
Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat
peka terhadap radiasi dan dapat mengalami perubahan degenerasi, namun belum ada
bukti radiasi dapat memicu terjadinya suatu glioma. Pernah dilaporkan bahwa
meningioma terjadi setelah timbulnya suatu radiasi.
4.
Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi
virus pada binatang kecil dan besar yang dilakukan dengan maksud untuk
mengetahui peran infeksi virus dalam proses terjadinya neoplasma, tetapi hingga
saat ini belum ditemukan hubungan antara infeksi virus dengan perkembangan
tumor pada sistem saraf pusat.
5.
Substansi-substansi
karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi
karsinogen sudah lama dan luas dilakukan. Kini telah diakui bahwa ada substansi
yang karsinogenik seperti methylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea. Ini
berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan.
C.
Manifestasi
Klinis
Gejala
peningkatan tekanan intrakranial.
Sesuai
dengan hipotesis monro-killie yang dimodifikasi bahwa tengkorak adalah sebuah
ruan kaku yang berisi materi esesnsial.Yang tidak dapat tertekan. Jika salah
satu komponen ini akan meningkat, TIK akan meingkat , kecuali salah satu dari
komponen lain menurunkan volumenya. Konsekuensinya, terdapat perubahan volume
otak -bila terjadi gangguan seperti
tumor otak atau edema serebral- ini akan menimbulkan tanda dan gejala peningkatan
tekanan intracranial (Brunner&Suddarth,
2001).
Gejala-gejala
peningakatan
disebabkan oleh tekanan yang berangsur-angsur terhadap otak akibta pertumbuhan
tumor. Pengaruhnya adalah gangguan
keseimbangan yang nyata antar otak, cairan serebrospinal (CSS), dan darah
serebral, semua terletak dalam tengkorak. Sebagai akibat pertumbuhan tumor,
maka kompensasi penyesuaian diri dapat dilakukan melalui penekanan pada vena
intracranial, melalui penurunan volume cairan serebrospinal (melalui
peningkatan absorpsi dan menurunkan produksi), penurunan sedang pada aliran
darah serebral dan menurunnya masa jaringan otak intraseluler dan
ekstraseluler. Bila kompensasi ini semua gagal, pasien akan mengalami tnda dan
gejala peningkatan TIK (Brunner&Suddarth,
2001).
Gejala
biasanya banyak terjadi akibat tekanan ini adalah sakit kepala, muntah,
papilledema (edema saraf optic), perubahan kepribadian dan adanya variasi
penurunan vocal motoric, sensori dan disfungsi saraf kranial (Brunner&Suddarth,
2001).
Sakit
kepala. Meskipun tidak selalu ada, tetapi ini banyak terjadi pada pagi hari dan
menjadi buruk oleh karena batuk, menegang atau melakukan gerakan yang
tiba-tiba. Keadaan ini disebabkan oleh serangan tumor, tekanan atau
penyimpangan struktur sensitive nyeri, atau oleh karena edema yang mengiringi
adanya tumor.Sakit kepala selalu dgambarkan dalam atau meluas atau danga tetapi
terus menerus. Tumor frontal mengahsilkan sakit kepala pada frontal bilateral;
tumor kelenjar hipofisis menghasilkan nyeri yang menyebar antara dua pelipis
(bitemporal); tumor serebellum menyebabkan sakit kepala yang terletak pada
daerah suboksipital bagan belakang kepala.(Brunner&Suddarth,
2001).
Muntah. Kadang-kadang
dipengaruhi oleh asupan makanan, yang selalu disebabkan adanya iritasi pada
pusat vagal di medulla. Jika muntah dengan tipe yang kua, ini degambarkan
sebagai muntah proyektif (Brunner&Suddarth,
2001).
Muntah sering
terjadi pada anak-anak dan berhubungan dengan peningkatan TIK yang disertai
pergeseran batang otak. Muntah dapat terjadi tanpa didahului mual dan dapat
proyektil(Fransisca, 2008).
Papilledema
(edema saraf optic) ada sekitar 70% sampai 75% dari pasien dan dihubungkan
dengan gangguan penglihatan seperti prnurunn ketajaman penglihatan, diplopia
(pandangan ganda) dan penurunan lapang pandang (Brunner&Suddarth, 2001).
Papil edema disebabkan oleh stress
vena yang menimbulkan pembengkakan papilla saraf optikus. Bila terjadi pada
pemeriksaan oftalmoskopi (funduskopi), tanda ini mengisyaratkan terjadi tekanan
TIK. Kadang disertai gangguan penglihatan, termasuk pembesaran bintik buta dan
amaurosis fugaks/saat-saat di mana penglihatan berkurang(Fransisca, 2008).
Karena
fungsi-fungsi dari bagian-bagian berbeda dari otak yang tidak diketahui, lokasi
tumor dapat ditentukan pada bagiannya,
dengan mengidentifikasi fungsi yang
dipengaruhi oleh adanya tumor (Brunner&Suddarth,
2001).
Lokasi tumor dengan manifestasi klinis tersebut adalah:
1.
Timor korteks motoric,
memanifestasikan diri dengan menyebabkan gerakan seperti kejang yang terletak
pada satu sisi tubuh, yang disebut kejang jacksonian.
2.
Tumor lobus oksipital
menimbulkan manifestasi visual, hemianopsia homonimus kontraleteral (hilangnya
penglihatan pada setengah lapang pandang, pad sisi yang berlawanan dari tumor)
dan halusinasi penglihatan.
3.
Tumor serebellum
menyebabkan pusing, ataksia (kehialangan keseimbangan) atau gaya berjalan yang
sempoyongan dengan kecenderungan jatuh ke sisi yang lesi, otot-otot tidak
terkoordinasi dengan nistagmus (gerakan mata berirama tidak disengaja) biasanya
menunjukan gerakan horizontal.
4.
Tumor lobus frontal,
sering menyebabkan gangguan kepribadian, perubahan status emosionaldan tingkah
laku, dan disintegrasi perilaku mental. Pasien sering menjadi ekstrem yang
tidak teratur dan kurang merawat diri dan menggunakan bahasa cabul.
5.
Tumor sudut
serebelopontin biasanya diawali pada sarung saraf akustik dan memberi rangkaian
gejala yang timbul denga semua karakteristik gejala pada tumor otak.
a)
Pertama, tinnitus dan
kelihatan vertigo, segera ikuti perkembangan saraf-saraf yang mengarah
terjadinya tuli (gangguan fungsi saraf kranial vestibulokoklhearis)
b)
Berikutnya kesemutan
dan rasa gatal-gatal pada wajah dan lidah (berhubungan dengan saraf kranial
trigemenus)
c)
Selanjutnya terjadi
kelemahan atau paralisis (berhubungan dnegan saraf kranial facialis)
d)
Akhirnya, karena
pembesaran tumor menekan serebellum, mungkin ada abnormalitas pada fungsi
motoric
e)
Tumor intracranial
dapat menghasilakan gangguan kepriadian, konfusi, gangguan fungsi biacara, dan
gangguan gaya berjalan, terutama pada pasien lansia. Tipe tumor yang paling
sering adalah meningioma, glioblastoma, dan metastase serebral dari bagian
lain.
Beberapa tumor tidak selalu mudah
ditemukan lokasinya, karena tumor-tumor tersebut berada pada daerah tersembunyi
(silent area) dari otak (daerah yang didalam fungsinya tidak dapat ditemukan
dengan pasti(Brunner&Suddarth,
2001).
Perkembangan tanda dan gejala adalah
menentukan apakah tumor berkembang atau menyebar (Brunner&Suddarth, 2001).
D.
Patofisiologi
Tumor intracranial menyebabkan gangguan
neurologis progresif. Gangguan neurologis pada tumor intrakranial biasanya
dianggap disebabkan karena 2 faktor, yaitu gangguan vokal oleh tumor dan peningkatan
intrakranial(Muttaqin,
2008).
Gangguan
vokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi atau
invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron. Tentu saja
dispensi yang paling besar terjadi pada tumor yang tumbuh paling cepat
(misalnya, gliobastoma multiform). Perubahan suplai darah akibat tekanan yang
ditimbulkan tumor yang bertumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan
suplai darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi
secara akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan cerebrovaskuler primer (Muttaqin, 2008).
Serangan
kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuron dihubungkan dengan
kompresi, invasi dan perubahan suplai darah kejaringan otak. Beberapa tumor
membentuk kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat
gangguan neurologis vokal. Peningkatan tekanan intrakranial dapat diakibatkan
oleh beberapa faktor:
1.
Bertambahnya massa
dalam tengkorak.
2.
Terbentuknya edema
sekitar tumor.
3.
Perubahan sirkulasi
cairan cerebrospinal.
Pertumbuhan tumor menyebabkan
bertambahnya massa karena tumor akan mengmbil tempat dalam ruang yang relatif
tetap dan ruangan kranial yang kaku
(Muttaqin, 2008).
Tumor ganas menimbulkan edema dalam
jaringan otak di sekitrnya. Mekanisnya belum sepenuhnya dipahami, tetapi diduga
disebabkan oleh selisih osmotik yang menyebabkan penyerapan cairan tumor.
Beberapa tumor menyebabkan pendarahan. Obstruksi vena dan edema yang disebabkan
oleh sawar darah otak, semuanya menimbulkan peningkatan volume intrakranial dan
menyebabkan tekanan intrakranial. Obstruksi sirkulasi cairan cerebrospinal dari
ventrikel lateral ke ruangan subarakhnoid menimbulkan hidrosefalus (Muttaqin, 2008).
Peningkatan tekanan intrakranial akan
membahayakan jiwa bila terjadi cepat akibat salah satu penyebab yang telah
dibicarakan sebelumnya. Mekanisme kompensasi memerlukan waktu berhari-hari atau
berbulan-bulan unutk menjadi effektif oleh karen aitu tidak berguna apabila
tekanan itrakranial timbul dengan cepat. Mekanisme kompensasi ini antara lain
bekerja menurunkan volume darah intrakranial, volume cairan cerebrospinal,
kandungan cairan intra sel, dan mengurangi sel-sel parenkim.
Peningkatan tekanan yang tidak di obati mengakibatkan herniasi unkus atau cerebelum. Herniasi unkus timbul bila girus medialis lobus temporalis tergeser ke inferior melalui insisura tentorial oleh masa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan mesen sefalon, menyebabkan hilangnya kesadaran dan menekan saraf kranial ketiga. Pada herniasi cerebelum, tonsil cerebelum bergeser kebawah melalui foramen magnum oleh suatu masa posterior. Kompresi medula oblongata dan henti pernafasan terjadi dengan cepat. Perubahan fisiologis lain yang terjadi akibat peningkatan intrakranial yang cepat adalah bradikardia progresif, hipertensi sistemik (pelebran tekanan nadi), dan gangguan pernafasan (Muttaqin, 2008).
Peningkatan tekanan yang tidak di obati mengakibatkan herniasi unkus atau cerebelum. Herniasi unkus timbul bila girus medialis lobus temporalis tergeser ke inferior melalui insisura tentorial oleh masa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan mesen sefalon, menyebabkan hilangnya kesadaran dan menekan saraf kranial ketiga. Pada herniasi cerebelum, tonsil cerebelum bergeser kebawah melalui foramen magnum oleh suatu masa posterior. Kompresi medula oblongata dan henti pernafasan terjadi dengan cepat. Perubahan fisiologis lain yang terjadi akibat peningkatan intrakranial yang cepat adalah bradikardia progresif, hipertensi sistemik (pelebran tekanan nadi), dan gangguan pernafasan (Muttaqin, 2008).
E.
Pemeriksaan
Penunjang
Riwayat
penyakit dan cara dimana gejala-gejala
yang muncul penting dalam mendiagnosis tumor otak. Sebuah pengkajian neurologic
mengindikasi daerah system pusat yang terpengaruh. Untuk membantu menentukan
lokasi jejas yang tepat, sebuah deretan pengujian dilakukan (Brunner&Suddarth,
2001).
Pencitraan
CT memberikan informasi spesifik mengenai jumlah, ukuran, dan kepadatan jejas
tumor dan meluasnya edema serebrl sekunder. Alat ini juga memberi informasi tentang
system ventrikuler. MRI membantu dalam mendiagnosis tumor otak. Ini digunakan
untuk menghasilkan deteksi jejas yang kecil, alat ini juga membantu untuk
memdeteksi tumor-tumor didalam batang otak dan daerah hipofisis (Brunner&Suddarth,
2001).
CT scan dan
MRI, memperlihatkan semua tumor intrakranial dan menjadi prosedur investigasi
awal ketika penderita menunjukkan gejala yang progresif atau tanda-tanda
penyakit otak yang difus atau fokal, atau salah satu tanda spesifik dari
sindrom atau gejala-gejala tumor. Kadang sulit membedakan tumor dari abses
ataupun proses lainnya.
Elektroensefalogram
(EEG) dapat mendeteksi gelombang
otak abnormalpada daerah yang ditempati tumor dan dapat memungkinkan untuk
mengevaluasi lobus temporal pada waktu kejang (Brunner&Suddarth, 2001).
Penelitian
sitologis pada cairan serebrospinal (CSF) dapat dilakukan untuk mendeteksi
sel-sel ganas. Karena tumor-tumor pada system saraf pusat mampu menggusur
sel-sel kedalam cairan serebrospinal
(Brunner&Suddarth, 2001).
CSF Dilakukan untuk
melihat adanya sel-sel tumor dan juga marker tumor. Tetapi pemeriksaan ini
tidak rutin dilakukan terutama pada pasien dengan massa di otak yang besar.
Umumnya diagnosis histologik ditegakkan melalui pemeriksaan patologi anatomi,
sebagai cara yang tepat untuk membedakan tumor dengan proses-proses infeksi
(abses cerebri).
Foto polos
dada, dilakukan untuk mengetahui apakah tumornya berasal dari suatu metastasis
yang akan memberikan gambaran nodul tunggal ataupun multiple pada otak.
Biopsi
stereotaktik, Dapat digunakan untuk mendiagnosis kedudukan tumor yang dalam dan
untuk memberikan dasar-dasar pengobatan dan informasi prognosis.
Angiografi
Serebral, Memberikan gambaran pembuluh darah
serebral dan letak tumor serebral.
ASUHAN KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
1.
Data Demografi
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya:
nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin,
status perkawinan, dan penanggung biaya.
2.
Riwayat
Kesehatan Klien
a)
Keluhan utama
b)
Riwayat penyakit
saat ini
c)
Riwayat penyakit
dahulu
d)
Riwayat penyakit
keluarga
e)
Pengkajian
psiko-sosio-spirituab
3. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada
klien dengan tomor otak meliputi pemeriksaan fisik umum per system dari
observasi keadaan umum, pemeriksaan tanda-tanda vital, B1 (breathing), B2
(Blood), B3 (Brain), B4 (Bladder), B5 (Bowel), dan B6 (Bone).
a) BI (Breathing)
Hal-hal yang perlu dikaji
yaitu, bentuk dada, pola nafas, suara nafas, batuk, retraksi otot bantu nafas,
alat bantu pernafasan.
b) B2 (Blood)
Hal-hal yang perlu dikaji
yaitu, irama jantung, bunyi jantung, akral, nadi, dan tekanan darah.
c) B3 (Brain)
Hal-hal
yang perlu dikaji yaitu, penglihatan (mata), pendenagaran (telinga), penciuman
(hidung), pengecapan (lidah).
Tumor
intrakranial sering menyebabkan berbagai defisit neurologis, bergantung pada
gangguan fokal dan adanya peningkatan intrakranial .pengkajian B3 (Brain)
merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap di bandingkan pengkajian pada
sistem lainnya. Trias Klasik tumor otak adalan nyeri kepala, muntah, dan
papiledema.Pengkajian tingkat kesadaran.Kualitas kesadaran klien merupakan
parameter yang paling mendasar dan parameter yang paling penting yang
membutuhkan pengkajian.
Tingkat
keterjagaan klien dan respon terhadap lingkungan adalah indikator paling
sensitif untuk disfungsi sistem persarafan.Beberapa sistem digunakan untuk
membuat peringkat perubahan dalam kewaspadaan dan keterjagaan.
Pada
keadaan lanjut tingkat kesadaran klien tumor intrakranial biasanya berkisar
pada tingkat letargi, stupor, dan semikomatosa.Jika klien sudah mengalami koma,
penilaian GCS sangat penting untuk menilai tingkat kesadaran klien dan bahan
evaluasi untuk pemantauan pemberian asuhan.
Hasil
pemeriksaan dinyatakan dalam derajat (score) dengan rentang angka 1– 6
tergantung responnya yaitu :
a. Eye (respon membuka mata)
(4) : Spontan
(3) : Dengan rangsang suara (suruh pasien membuka
mata).
(2) : Dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri,
misalnya menekan kuku jari)
(1) : Tidak ada respon
b. Verbal (respon verbal)
(5) : Orientasi baik
(4) :Bingung, berbicara mengacau ( sering bertanya
berulang-ulang ) disorientasi tempat dan waktu.
(3) : Kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi
kata-kata masih jelas, namun tidak dalam satu kalimat. Misalnya “aduh…,
bapak…”)
(2) : Suara tanpa arti (mengerang)
(1) : Tidak ada respon
c. Motor (respon motoric.
(6) : Mengikuti perintah
(5) : Melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan
stimulus saat diberi rangsang nyeri)
(4) : Withdraws (menghindar / menarik extremitas atau
tubuh menjauhi stimulus saat diberi rangsang nyeri)
(3) : Flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi
kaku diatas dada & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).
(2) : Extensi abnormal (tangan satu atau keduanya
extensi di sisi tubuh, dengan jari mengepal & kaki extensi saat diberi
rangsang nyeri).
(1) : Tidak ada respon
Pengkajian
fungsi serebral.Pengkajian ini meliputi status mental, fungsi intelektual, dan
lobus frontal.
i. Status mental. Observasi penampilan, tingkah laku,
nilai gaya bicara, ekspresi wajah, dan aktivitas motorik klien. Pada klien tumor
intarkranial tahap lanjut biasanya status mental klien menglami perubahan.
ii. Fungsi
intelektual. Biasanya terjadi penurunan dalam ingatan dan memori, baik jangka
pendek maupun jangka panjang. Penurunan kemampuan berhitung dan kalkulasi. Pada
beberapa kasus klien mengalami ‘brain damage’ yaitu kesulitan untuk mengenal
persamaan dan perbedaan yang tidak begitu nyata.
iii. Lobus Frontal. Tumor lobus frontalis memberi gejala
perubahan menta, hemiparesis, ataksia, dan gangguan bicara.
Perubahan mental bermanifestasi sebagai perubahan ringan dalam
kepribadian.Beberapa klien mengalami periode depresi, bingung, atau periode
ketika tingkah laku klien menjadi aneh.
Perubahan yang paling sering
adalah perubahan dalam memberi argumentasi yang sulit dari perubahan dalam memberi penilaian
tentang benar dan salah. Hemiparesis disebabkan oleh tekanan pada area dan
lintasan motorik di dekat tumor.
Jika area motorik terlibat, akan terjadi epilepsi Jackson dan
kelemahan motorik yang jelas. Tumor yang menyerang ujung bawah korteks
prasentalis menyebabka kelemahan pada wajah, lidah, dan ibu jari, sedangkan
tumor pada lobulus parasentralis menyebabkan kelemahan pada kaki dan
ekstermitas bawah.
Tumor pada lobus frontalis dapat mengakibatkan
gaya berjalan yang tidak mantap, sering menyerupai ataksia serebelum. Jika lobus frontalis kiri
atau yang dominan terkena, akan terihat adanya afasia dan aparaksia.
Pengkajian
saraf kranial.Pengkajian ini meliputi pengkajian saraf kranial I-XII.
i. Saraf I (Olfaktorius).
ii. Saraf II (Optikus).
iii. Saraf III (okulomotorius), IV(trokhlearis), dan VI
(abdusen).
iv. Saraf V (trigemenus).
v. Saraf VII (facialis).
vi. Saraf VIII (vestibulokoklhearis).
vii. Saraf IX dan X (vagus).
viii.
Saraf
XI(asesorius).
ix. Saraf XII (hipoglosus).
d) B4 (bladder)
Hal-hal yang perlu dikaji yaitu, kebersihan, bentuk
alat kelamin, uretra, danproduksi urine.
e)
B5 (bowel)
Hal-hal yang perlu dikaji yaitu, nafsu makan, porsi
makan, kebersihan mulut, dan keadaan mukosa.
f)
B6 (bone)
Hal-hal yang perlu dikaji yaitu kemampuan pergerakan
sendi dan kondisi tubuh.
B.
Diagnosa
Keperawatan
Diagnosa
keperawatan pada klien dengan tumor otak yaitu sebagai berikut:
1.
Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial.
2.
Perubahan
perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial,
pembedahan tumor, edema serebri.
3.
Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual dan muntah
4.
Ansietas berhubungan
dengan kemungkinan kematian, ketidakpastian, perubahan dalam penampilan,
perubahan gaya hidup.
C.
Rencana
Keperawatan
Dx 1 : Nyeri berhubungan dengan peningkatan
tekanan intrakranial.
Tujuan
: nyeri berkurang/hilang.
Kriteria
hasil : - klien Melaporkan nyeri hilang.
-
menunjukan postur rileks dan mampu istirahat dengan tepat.
Masalah
Keperawatan : nyeri
|
|
Kemungkinan disebabkan oleh:
peningkatan tekanan intra kranial
|
|
Ditandai
dengan: sakit kepala, muntah, papiledema
Perilaku distraksi : menangis,
meringis, gelisah
Perilaku berlindung : memilih posisi yang khas,
teganngan muskuler, wajah menahan nyeri, pucat, Perubahan anda-tanda vital
|
|
Intervensi
|
Rasional
|
Kaji keluhan nyeri:
intensitas, karakteristik, lokasi, lamanya, faktor yang memperburuk dan
meredakan.
|
Nyeri merupakan pengalaman
subjektif dan harus dijelaskan oleh pasien. Identifikasi karakteristik nyeri
dan faktor yang berhubungan merupakan suatu hal yang amat penting untuk
memilih intervensi yang cocok dan untuk mengevaluasi keefektifan dari terapi
yang diberikan.
|
Observasi adanya
tanda-tanda nyeri nonverbal seperti ekspresi wajah, gelisah, menangis,
meringis, perubahan tanda vital.
|
Merupakan indikator/derajat nyeri
yang tidak langsung yang dialami.
|
Berikan ruangan yang tenang. Ruangan aagak
gelap sesuai indikasi
|
Menurunkan reaksi terhadap
stimulasi dari luar atau sensivitas pada cahaya dan meningkatkan istirahat
atau relaksasi
|
tingkatkan tirah baring,bantulah kebutuhan
perawatan diri yag penting
|
menurunkan gerakan yang dapat
meningkatkan nyeri.
|
Berikan kompres dingin pada kepala.
|
Meningkatkan rasa nyaman dengan
menurunkan vasodilatasi.
|
Instruksikan pasien/keluarga untuk melaporkan
nyeri dengan segera jika nyeri timbul.
|
Pengenalan segera meningkatkan
intervensi dini dan dapat mengurangi beratnya serangan.
|
Mengajarkan
tehnik relaksasi dan metode distraksi
|
Akan melancarkan peredaran
darah, dan dapat mengalihkan perhatian nyerinya ke hal-hal yang menyenangkan
|
Kolaborasi pemberian analgesic.
|
Analgesik memblok lintasan nyeri,
sehingga nyeri berkurang
|
Dx 2 :
Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan
intrakranial, pembedahan tumor, edema serebri
Tujuan :
Perfusi jaringan membaik ditandai dengan tanda-tanda vital stabil
Kriteria hasil :
- Tekanan perfusi serebral >60mmHg,
tekanan intrakranial <15mmHg, tekanan arteri rata-rata 80-100mmHg
- Menunjukkan tingkat kesadaran normal
- Orientasi pasien baik
Masalah
Keperawatan: Perubahan perfusi jaringan serebral
|
|
Kemungkinan disebabkan oleh:peningkatan
tekanan intrakranial, pembedahan tumor, edema serebri
|
|
Ditandai dengan: peruabahan
tingkat kesadaran, Peningkatan TIK, kehilangan memori, perubahan respon
sensorik/motorik, gelisah, perubahan tanda vital.
|
|
Intervensi
|
Rasional
|
Pantau status neurologis secara
teratur dan bandingkan dengan nilai standar.
|
Mengkaji
adanya perubahan pada tingkat kesadran dan potensial peningkatan TIK dan
bermanfaat dalam menentukan okasi, perluasan dan perkembangan kerusakan SSP.
|
Pantau tanda vital tiap 4 jam.
|
Normalnya autoregulasi
mempertahankan aliran darah ke otak yang stabil. Kehilanagn autoregulasi
dapat mengikuti kerusakan vaskularisasi serebral lokal dan menyeluruh
|
Pertahankan posisi netral atau
posisi tengah, tinggikan kepala 200-300.
|
Kepala yang miring pada salah satu
sisi menekan vena jugularis dan menghambat aliran darah vena yang selanjutnya
akan meningkatkan TIK
|
Pantau ketat pemasukan dan
pengeluaran cairan, turgor kulit dan keadaan membran mukosa.
|
Bermanfaat sebagai indikator dari
cairan total tubuh yang terintegrasi dengan perfusi jaringan
|
Bantu pasien untuk
menghindari/membatasi batuk, muntah, pengeluaran feses yang
dipaksakan/mengejan.
|
Aktivitas ini akan meningkatkan
tekanan intra toraks dan intra abdomen yang dapat meningkatkan TIK.
|
Petunjuk non verbal ini
mengindikasikan adanya penekanan TIK atau menandakan adanya nyeri ketika
pasien tidak dapat mengungkapkan keluhannya secara verbal
|
Dx 3 :Risiko nutrisi
kurang dari kebutuhanberhubungan dengan
Tujuan :Kebutuhan
nutrisi klien dapat terpenuhi dengan adekuat
Kriteria hasil : - berat badan tidak
turun (stabil).
-klien
menghabiskan porsi makannya dan nafsu makan bertambah
Masalah
Keperawatan: resiko nutrisi kurang dari kebutuhan
|
|
Kemungkinan disebabkan oleh:
terjadinya mual, muntah, penurunan asupan makanan, malabsopsi
|
|
Ditandai dengan: mual, muntah, sukar bernafas, tidak
berminat pada makanan
|
|
Intervensi
|
Rasional
|
Kaji tanda
dan gejala kekurangan nutrisi: penurunan berat badan, tanda-tanda anemia,
tanda vital
|
Menentukan
adanya kekurangan nutrisi pasien
|
Monitor
intake nutrisi pasien
|
Menentukan
status nutrisi
|
Timbang
berat badan 3 hari sekali
|
Berat
badan salah satu indikator kebutuhan nutrisi.
|
Awasi
masukan/pengeluaran makanan secara periodik
|
Berguna
dalam mengukur keefektifan nutrisi dan dukungan cairan
|
Berikan
makanan dalam porsi kecil tapi sering.
|
untuk
meningkatkan intake makanan
|
Selidiki
anoreksia, mual dan muntah dan catat kemungkinan berhubungan dengan obat.
|
Dapat
mempengaruhi pilihan diet dan diet dan mengidentifikasi area pemecahan
masalahuntuk meningkatkan pemasukan/penggunaan nutrien
|
Dorong dan
berikan periode istirahat sering
|
Membantu
menghemat energi
|
Dorong
orang terdekat untuk membawa makanan dari rumah dan untuk membagi dengan
pasien kecuali kontraindikasi
|
Membuat
lingkungan sosiel lebih normal selama makan dan membantu memenuhi kebutuhan
personal dan kultural
|
Monitor
hasil laboratorium: Hb, albumin
|
Menentukan
adanya kekurangan nutrisi pasien
|
Konsul ke
ahli gizi untuk komposisi nutrisi klien
|
Memberiakan
bantuan dalam perencanaan nutrisi adekuat untuk kebutuhan metabolok Dn diet
|
Dx 4 :
ansietas berhubungan dengan kemungkinan kematian, ketidakpastian, perubahan
dalam penampilan, perubahan gaya hidup
Tujuan : rasa cemas
berkurang
Kriteria hasil : - tampak rileks
dan ansietas berkurang
- Mengakui dan mediskusikan rasa takut
- Mengungkapkan keakuratan pengetahuan tentang situasi
Masalah
Keperawatan: ansietas
|
|
Kemungkinan disebabkan oleh:
ancaman kematian, ketidakpastian, perubahan dalam status kesehatan,
perubahan dalam penampilan, perubahan gaya hidup
|
|
Ditandai dengan: peningkatan
tegangan, ketakutan, ketidakpastian, gelisah
|
|
Intervensi
|
Rasional
|
Kaji statu
mental dan tingkat ansietas dari pasien/keluarga. Catat adanya tanda-tanda
verbal atau non verbal
|
Gangguan
tingkat kesadaran dapat mempengaruhi ekspesi rasa takut tetapi tidak
menyangkal keberadaannya. Derajat ansietas akan dipengaruhi bagaimana informasi tersebut diterima oleh
individu
|
Berikan
penjelasan hubungan antara proses penyakir dan gejalanya
|
Meningkatkan
pemahaman, mengurangi rasa takut, karena ketidaktahuan dan dapat membantu
menurunkan ansietas
|
Jawab
setiap pertanyaan dengan penuh perhatian dan berikan informasi tentang
prognosa penyakit
|
Penting
untuk menciptakan kepercayaan karena diagnosa penyakit mungkin menakuktkan,
ketulusan dan informasi yang akurat dapat memberikan keyakinan pada pasien
dan juga keluarga
|
Jelaskan
dan persiapkan untuk tindakan prosedur sebelum dilakukan
|
Dapat
meringankan ansietas terutama ketika pemeriksaan tersebut melibatkan otak
|
Berikan
kesempatan klien untuk mengungkapkan isi pikiran dan perasaan takutnya
|
Mengungkapkan
rasa takut secara terbuka diman rasa takut dapat ditujukan
|
Libatkan
pasien/keluarga dalam perawatan, perencanaan kehidupan sehari-hari, membuat
keputusan sebanyak mungkin
|
Meningkatkan
perasaan kontrol terhadap diri dan meningktakan kemandirian
|
Berikn
dukungan terhadap perencanaan gaya hidup yang nyata setelah sakit dengan
keterbatasannya tetapi sepenuhnya menggunnakan kemampuan/kapasitas pasien
|
Meningkatkan
perasaan akan keberhasilan dalam penyembuhan
|
Berikan
petunjuk mengenai sumber-sumber penyokong yang ada, seoerti keluarga,
konselor profesional, dan sebagainya
|
Memberikan
jaminan bahwa bantuan yang diperlukan adalah penting untuk meningkatkan/menyokong
mekanisme koping pasien.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar