Jumat, 02 Mei 2014

ASKEP TRAUMA KEPALA



TUMOR KEPALA
A.      Defenisi Dan Klasifikasi
Tumor otak merupakan salah satu tumor susunan saraf pusat, baik ganas maupun tidak. Tumor ganas disusunan saraf pusat adalah semua proses neoplastik yang terdapat dalam ruang intracranial atau dalam kanalis spinalis, yang mempunyai sebagian atau seluruh sifat-sifat proses ganas spesifik seperti yang berasal dari sel-sel saraf di meningen otak, termasuk juga tumor yang berasal dari sel penunjang (neuroglia), sel epitel pembuluh darah, dan selaput otak(Fransisca, 2008).
Tumor otak adalah neoplasma pada bagian intracranial SSP. Tumor otak primer berasal dari otak, sedangkan tumor otak sekunder merupakan pindahan dari tempat asal lain( Tucker&martin, 2007).
Tumor otak merupakan salah satu tumor sususan saraf pusat, baik ganas maupun tidak. Tumor ganas disusunan saraf pusat adalah semua proses neoplastic yang terdapat dalam ruang intracranial atau dalam kanalis spinalis, yang mempunyai sebagian atau seluruh sifat-sifat proses ganas spesifik seperti yang berasal dari sel-sel saraf dimeningen otak, termasuk juga tumor yang berasal dari sel penunjang (neurologia), sel epitel pembuluh darah, dan selaput otak (padmosantjojo, 2002).
Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna) ataupun ganas (maligna) membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra cranial) atau di sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Neoplasma pada jaringan otak dan selaputnya dapat berupa tumor primer maupun metastase. Apabila sel-sel tumor berasal dari jaringan otak itu sendiri disebut tumor otak primer dan bila berasal dari organ-organ lain (metastase) seperti kanker paru, payudara, prostate, ginjal, dan lain-lain disebut tumor otak sekunder (Mayer,2002).
Jenis tumor ganas susunan saraf pusat terdiri atas tumor ganas primer dan tumor metastasis.Tumor ganas primer seperti as trositoma, astroblastoma, oligodendroglioma, meduloblastoma, dan limfoma serebral (Fransisca, 2008).
Tumor metastasis adalah tumor yang berasal dari daerah manapun dari tubuh, yang umumnya terdapat ekstradural dalam kanalis spinalis, karena penyebaran hematogen kearah pleksus venosus peridural dari vena-vena dalam velvis, dinding rongga toraks, dalam toraks, dan daerah leher (Patmosantjojo, 2002).
Tumor serebellum merupakan salah satu tumor intristikposterior, yang pada orang dewasa merupakan tumor metastasis tersering di hemisfer serebellum.Lokasi primer sesuai dengan lesi supratentorial (saanin, 2002).
Tumor ini merupakan tumor metastasis 80% dan tumor ganas primer >90% pada anak dan terdapat dalam ruang intracranial.Tindkannya adalah dengan kraniektomi (Fransisca, 2008).
Tumor otak ada bermacam-macam menurut Price, Sylvia Ardeson, 2000, yaitu :
1.    Glioma adalah tumor jaringan glia (jaringan penunjang dalam system saraf pusat (misalnya euroligis), bertanggung jawab atas kira-kira 40 sampai 50 % tumor otak.
2.    Tumor meningen (meningioma) merupakan tumor asal meningen, sel-sel mesofel dan sel-sel jaringan penyambung araknoid dan dura dari paling penting.
3.    Tumor hipofisis berasal dari sel-sel kromofob, eosinofil atau basofil dari hipofisis anterior
4.    Tumor saraf pendengaran (neurilemoma) merupakan 3 sampai 10 % tumor intrakranial. Tumor ini berasal dari sel schawan selubung saraf.
5.    Tumor metastatis adalah lesi-lesi metastasis merupakan kira-kira 5-10 % dari seluruh tumor otak dan dapat berasal dari sembarang tempat primer.
6.    Tumor pembuluh darah antara lain :
a)    Angioma adalah pembesaran massa pada pembuluh darah abnormal yang didapat didalam atau diluar daerah otak. Tumor ini diderita sejak lahir yang lambat laun membesar.
b)   Hemangiomablastoma adalah neoplasma yang terdiri dari unsur-unsur vaskuler embriologis yang paling sering dijumpai dalam serebelum
c)    Sindrom non hippel-lindan adalah gabungan antara hemagioblastoma serebelum, angiosmatosis retina dan kista ginjal serta pancreas.
7.    Tumor congenital (gangguan perkembangan). Tumor kongenital yang jarang antara lain kondoma, terdiri atas sel-sel yang berasal dari sisa-sisa horokoida embrional dan dijumpai pada dasar tengkorak.

B.       Etiologi
Penyebab tumor otak belum diketahui.Namun ada bukti kuat yang menunjukan bahwa beberapa agent bertanggung jawab untuk beberapa tipe tumor-tumor tertentu.Agent tersebut meliputi faktor herediter, kongenital, virus, toksin, dan defisiensi immunologi. Ada juga yang mengatakan bahwa tumor otak dapat terjadi akibat sekunder dari trauma cerebral dan penyakit peradangan. Metastase ke otak dari tumor bagian tubuh lain juga dapat terjadi. Karsinoma metastase lebih sering menuju ke otak daripada sarcoma. Lokasi utama dari tumor otak metastase berasal dari paru-paru dan payudara(Judha, 2011).
Tumor juga dapat disebabkan oleh mutasi DNA di dalam sel. Akumulasi  dari mutasi-mutasi tersebut menyebabkan munculnya tumor. Sebenarnya sel manusia memiliki mekanisme perbaikan DNA (DNA repair) dan mekanisme lainnya yang menyebabkan sel merusak dirinya dengan apoptosis jika kerusakan DNA sudah terlalu berat. Apoptosis adalah proses aktif kematian sel yang ditandai dengan pembelahan DNA kromosom, kondensasi kromatin, serta fragmentasi nukleus dan sel itu sendiri. Mutasi yang menekan gen untuk mekanisme tersebut biasanya dapat memicu terjadinya kanker.

Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau, yaitu :
1.      Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pada meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-anggota sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang dapat dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru, memperlihatkan faktor familial yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-buakti yang kuat untuk memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.
2.       sisa-sisa sel embrional ( Embrionic Cell Rest )
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan yang mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Tetapi ada kalanya sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh, menjadi ganas dan merusak bangunan di sekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan kordoma.
3.      Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya suatu glioma. Pernah dilaporkan bahwa meningioma terjadi setelah timbulnya suatu radiasi.
4.      Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.
5.       Substansi-substansi karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan. Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti methylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan.

C.       Manifestasi Klinis
Gejala peningkatan tekanan intrakranial.
Sesuai dengan hipotesis monro-killie yang dimodifikasi bahwa tengkorak adalah sebuah ruan kaku yang berisi materi esesnsial.Yang tidak dapat tertekan. Jika salah satu komponen ini akan meningkat, TIK akan meingkat , kecuali salah satu dari komponen lain menurunkan volumenya. Konsekuensinya, terdapat perubahan volume otak  -bila terjadi gangguan seperti tumor otak atau edema serebral- ini akan menimbulkan tanda dan gejala peningkatan tekanan intracranial (Brunner&Suddarth, 2001).
Gejala-gejala peningakatan disebabkan oleh tekanan yang berangsur-angsur terhadap otak akibta pertumbuhan tumor. Pengaruhnya adalah gangguan keseimbangan yang nyata antar otak, cairan serebrospinal (CSS), dan darah serebral, semua terletak dalam tengkorak. Sebagai akibat pertumbuhan tumor, maka kompensasi penyesuaian diri dapat dilakukan melalui penekanan pada vena intracranial, melalui penurunan volume cairan serebrospinal (melalui peningkatan absorpsi dan menurunkan produksi), penurunan sedang pada aliran darah serebral dan menurunnya masa jaringan otak intraseluler dan ekstraseluler. Bila kompensasi ini semua gagal, pasien akan mengalami tnda dan gejala peningkatan TIK (Brunner&Suddarth, 2001).
Gejala biasanya banyak terjadi akibat tekanan ini adalah sakit kepala, muntah, papilledema (edema saraf optic), perubahan kepribadian dan adanya variasi penurunan vocal motoric, sensori dan disfungsi saraf kranial (Brunner&Suddarth, 2001).
Sakit kepala. Meskipun tidak selalu ada, tetapi ini banyak terjadi pada pagi hari dan menjadi buruk oleh karena batuk, menegang atau melakukan gerakan yang tiba-tiba. Keadaan ini disebabkan oleh serangan tumor, tekanan atau penyimpangan struktur sensitive nyeri, atau oleh karena edema yang mengiringi adanya tumor.Sakit kepala selalu dgambarkan dalam atau meluas atau danga tetapi terus menerus. Tumor frontal mengahsilkan sakit kepala pada frontal bilateral; tumor kelenjar hipofisis menghasilkan nyeri yang menyebar antara dua pelipis (bitemporal); tumor serebellum menyebabkan sakit kepala yang terletak pada daerah suboksipital bagan belakang kepala.(Brunner&Suddarth, 2001).
Muntah. Kadang-kadang dipengaruhi oleh asupan makanan, yang selalu disebabkan adanya iritasi pada pusat vagal di medulla. Jika muntah dengan tipe yang kua, ini degambarkan sebagai muntah proyektif (Brunner&Suddarth, 2001).
Muntah sering terjadi pada anak-anak dan berhubungan dengan peningkatan TIK yang disertai pergeseran batang otak. Muntah dapat terjadi tanpa didahului mual dan dapat proyektil(Fransisca, 2008).
Papilledema (edema saraf optic) ada sekitar 70% sampai 75% dari pasien dan dihubungkan dengan gangguan penglihatan seperti prnurunn ketajaman penglihatan, diplopia (pandangan ganda) dan penurunan lapang pandang (Brunner&Suddarth, 2001).
Papil edema disebabkan oleh stress vena yang menimbulkan pembengkakan papilla saraf optikus. Bila terjadi pada pemeriksaan oftalmoskopi (funduskopi), tanda ini mengisyaratkan terjadi tekanan TIK. Kadang disertai gangguan penglihatan, termasuk pembesaran bintik buta dan amaurosis fugaks/saat-saat di mana penglihatan berkurang(Fransisca, 2008).
Karena fungsi-fungsi dari bagian-bagian berbeda dari otak yang tidak diketahui, lokasi tumor dapat ditentukan  pada bagiannya, dengan  mengidentifikasi fungsi yang dipengaruhi oleh adanya tumor (Brunner&Suddarth, 2001).


Lokasi tumor dengan manifestasi klinis tersebut adalah:
1.      Timor korteks motoric, memanifestasikan diri dengan menyebabkan gerakan seperti kejang yang terletak pada satu sisi tubuh, yang disebut kejang jacksonian.
2.      Tumor lobus oksipital menimbulkan manifestasi visual, hemianopsia homonimus kontraleteral (hilangnya penglihatan pada setengah lapang pandang, pad sisi yang berlawanan dari tumor) dan halusinasi penglihatan.
3.      Tumor serebellum menyebabkan pusing, ataksia (kehialangan keseimbangan) atau gaya berjalan yang sempoyongan dengan kecenderungan jatuh ke sisi yang lesi, otot-otot tidak terkoordinasi dengan nistagmus (gerakan mata berirama tidak disengaja) biasanya menunjukan gerakan horizontal.
4.      Tumor lobus frontal, sering menyebabkan gangguan kepribadian, perubahan status emosionaldan tingkah laku, dan disintegrasi perilaku mental. Pasien sering menjadi ekstrem yang tidak teratur dan kurang merawat diri dan menggunakan bahasa cabul.
5.      Tumor sudut serebelopontin biasanya diawali pada sarung saraf akustik dan memberi rangkaian gejala yang timbul denga semua karakteristik gejala pada tumor otak.
a)        Pertama, tinnitus dan kelihatan vertigo, segera ikuti perkembangan saraf-saraf yang mengarah terjadinya tuli (gangguan fungsi saraf kranial vestibulokoklhearis)
b)        Berikutnya kesemutan dan rasa gatal-gatal pada wajah dan lidah (berhubungan dengan saraf kranial trigemenus)
c)        Selanjutnya terjadi kelemahan atau paralisis (berhubungan dnegan saraf kranial facialis)
d)       Akhirnya, karena pembesaran tumor menekan serebellum, mungkin ada abnormalitas pada fungsi motoric
e)        Tumor intracranial dapat menghasilakan gangguan kepriadian, konfusi, gangguan fungsi biacara, dan gangguan gaya berjalan, terutama pada pasien lansia. Tipe tumor yang paling sering adalah meningioma, glioblastoma, dan metastase serebral dari bagian lain.
Beberapa tumor tidak selalu mudah ditemukan lokasinya, karena tumor-tumor tersebut berada pada daerah tersembunyi (silent area) dari otak (daerah yang didalam fungsinya tidak dapat ditemukan dengan pasti(Brunner&Suddarth, 2001).
Perkembangan tanda dan gejala adalah menentukan apakah tumor berkembang atau menyebar (Brunner&Suddarth, 2001).

D.      Patofisiologi
Tumor intracranial menyebabkan gangguan neurologis progresif. Gangguan neurologis pada tumor intrakranial biasanya dianggap disebabkan karena 2 faktor, yaitu gangguan vokal oleh tumor dan peningkatan intrakranial(Muttaqin, 2008).
Gangguan vokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi atau invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron. Tentu saja dispensi yang paling besar terjadi pada tumor yang tumbuh paling cepat (misalnya, gliobastoma multiform). Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang bertumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan cerebrovaskuler primer (Muttaqin, 2008).
Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuron dihubungkan dengan kompresi, invasi dan perubahan suplai darah kejaringan otak. Beberapa tumor membentuk kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat gangguan neurologis vokal. Peningkatan tekanan intrakranial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor:
1.      Bertambahnya massa dalam tengkorak.
2.      Terbentuknya edema sekitar tumor.
3.      Perubahan sirkulasi cairan cerebrospinal.
Pertumbuhan tumor menyebabkan bertambahnya massa karena tumor akan mengmbil tempat dalam ruang yang relatif tetap dan ruangan kranial yang kaku (Muttaqin, 2008).
Tumor ganas menimbulkan edema dalam jaringan otak di sekitrnya. Mekanisnya belum sepenuhnya dipahami, tetapi diduga disebabkan oleh selisih osmotik yang menyebabkan penyerapan cairan tumor. Beberapa tumor menyebabkan pendarahan. Obstruksi vena dan edema yang disebabkan oleh sawar darah otak, semuanya menimbulkan peningkatan volume intrakranial dan menyebabkan tekanan intrakranial. Obstruksi sirkulasi cairan cerebrospinal dari ventrikel lateral ke ruangan subarakhnoid menimbulkan hidrosefalus (Muttaqin, 2008).
Peningkatan tekanan intrakranial akan membahayakan jiwa bila terjadi cepat akibat salah satu penyebab yang telah dibicarakan sebelumnya. Mekanisme kompensasi memerlukan waktu berhari-hari atau berbulan-bulan unutk menjadi effektif oleh karen aitu tidak berguna apabila tekanan itrakranial timbul dengan cepat. Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan volume darah intrakranial, volume cairan cerebrospinal, kandungan cairan intra sel, dan mengurangi sel-sel parenkim.
Peningkatan tekanan yang tidak di obati mengakibatkan herniasi unkus atau cerebelum. Herniasi unkus timbul bila girus medialis lobus temporalis tergeser ke inferior melalui insisura tentorial oleh masa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan mesen sefalon, menyebabkan hilangnya kesadaran dan menekan saraf kranial ketiga. Pada herniasi cerebelum, tonsil cerebelum bergeser kebawah melalui foramen magnum oleh suatu masa posterior. Kompresi medula oblongata dan henti pernafasan terjadi dengan cepat. Perubahan fisiologis lain yang terjadi akibat peningkatan intrakranial yang cepat adalah bradikardia progresif, hipertensi sistemik (pelebran tekanan nadi), dan gangguan pernafasan
(Muttaqin, 2008).



E.       Pemeriksaan Penunjang
Riwayat penyakit  dan cara dimana gejala-gejala yang muncul penting dalam mendiagnosis tumor otak. Sebuah pengkajian neurologic mengindikasi daerah system pusat yang terpengaruh. Untuk membantu menentukan lokasi jejas yang tepat, sebuah deretan pengujian dilakukan (Brunner&Suddarth, 2001).
Pencitraan CT memberikan informasi spesifik mengenai jumlah, ukuran, dan kepadatan jejas tumor dan meluasnya edema serebrl sekunder. Alat ini juga memberi informasi tentang system ventrikuler. MRI membantu dalam mendiagnosis tumor otak. Ini digunakan untuk menghasilkan deteksi jejas yang kecil, alat ini juga membantu untuk memdeteksi tumor-tumor didalam batang otak dan daerah hipofisis (Brunner&Suddarth, 2001).
CT scan dan MRI, memperlihatkan semua tumor intrakranial dan menjadi prosedur investigasi awal ketika penderita menunjukkan gejala yang progresif atau tanda-tanda penyakit otak yang difus atau fokal, atau salah satu tanda spesifik dari sindrom atau gejala-gejala tumor. Kadang sulit membedakan tumor dari abses ataupun proses lainnya.
Elektroensefalogram (EEG) dapat mendeteksi gelombang otak abnormalpada daerah yang ditempati tumor dan dapat memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada waktu kejang (Brunner&Suddarth, 2001).
Penelitian sitologis pada cairan serebrospinal (CSF) dapat dilakukan untuk mendeteksi sel-sel ganas. Karena tumor-tumor pada system saraf pusat mampu menggusur sel-sel kedalam cairan serebrospinal (Brunner&Suddarth, 2001).
CSF Dilakukan untuk melihat adanya sel-sel tumor dan juga marker tumor. Tetapi pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan terutama pada pasien dengan massa di otak yang besar. Umumnya diagnosis histologik ditegakkan melalui pemeriksaan patologi anatomi, sebagai cara yang tepat untuk membedakan tumor dengan proses-proses infeksi (abses cerebri).
Foto polos dada, dilakukan untuk mengetahui apakah tumornya berasal dari suatu metastasis yang akan memberikan gambaran nodul tunggal ataupun multiple pada otak.
Biopsi stereotaktik, Dapat digunakan untuk mendiagnosis kedudukan tumor yang dalam dan untuk memberikan dasar-dasar pengobatan dan informasi prognosis.
Angiografi Serebral, Memberikan gambaran pembuluh darah serebral dan letak tumor serebral.
ASUHAN KEPERAWATAN
A.      Pengkajian
1.    Data Demografi
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan, dan penanggung biaya.
2.    Riwayat Kesehatan Klien
a)      Keluhan utama
b)      Riwayat penyakit saat ini
c)      Riwayat penyakit dahulu
d)     Riwayat penyakit keluarga
e)      Pengkajian psiko-sosio-spirituab
3.    Pemeriksaan fisik
        Pemeriksaan fisik pada klien dengan tomor otak meliputi pemeriksaan fisik umum per system dari observasi keadaan umum, pemeriksaan tanda-tanda vital, B1 (breathing), B2 (Blood), B3 (Brain), B4 (Bladder), B5 (Bowel), dan B6 (Bone).
a)   BI (Breathing)
        Hal-hal yang perlu dikaji yaitu, bentuk dada, pola nafas, suara nafas, batuk, retraksi otot bantu nafas, alat bantu pernafasan.
b)   B2 (Blood)
        Hal-hal yang perlu dikaji yaitu, irama jantung, bunyi jantung, akral, nadi, dan tekanan darah.
c)   B3 (Brain)
        Hal-hal yang perlu dikaji yaitu, penglihatan (mata), pendenagaran (telinga), penciuman (hidung), pengecapan (lidah).
            Tumor intrakranial sering menyebabkan berbagai defisit neurologis, bergantung pada gangguan fokal dan adanya peningkatan intrakranial .pengkajian B3 (Brain) merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap di bandingkan pengkajian pada sistem lainnya. Trias Klasik tumor otak adalan nyeri kepala, muntah, dan papiledema.Pengkajian tingkat kesadaran.Kualitas kesadaran klien merupakan parameter yang paling mendasar dan parameter yang paling penting yang membutuhkan pengkajian.
        Tingkat keterjagaan klien dan respon terhadap lingkungan adalah indikator paling sensitif untuk disfungsi sistem persarafan.Beberapa sistem digunakan untuk membuat peringkat perubahan dalam kewaspadaan dan keterjagaan.
                    Pada keadaan lanjut tingkat kesadaran klien tumor intrakranial biasanya berkisar pada tingkat letargi, stupor, dan semikomatosa.Jika klien sudah mengalami koma, penilaian GCS sangat penting untuk menilai tingkat kesadaran klien dan bahan evaluasi untuk pemantauan pemberian asuhan.
                    Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam derajat (score) dengan rentang angka 1– 6 tergantung responnya yaitu :
a. Eye (respon membuka mata)
(4) : Spontan
(3) : Dengan rangsang suara (suruh pasien membuka mata).
(2) : Dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri, misalnya menekan kuku jari)
(1) : Tidak ada respon
b. Verbal (respon verbal)
(5) : Orientasi baik
(4) :Bingung, berbicara mengacau ( sering bertanya berulang-ulang ) disorientasi tempat dan waktu.
(3) : Kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata masih jelas, namun tidak dalam satu kalimat. Misalnya “aduh…, bapak…”)
(2) : Suara tanpa arti (mengerang)
(1) : Tidak ada respon
c. Motor (respon motoric.
(6) : Mengikuti perintah
(5) : Melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus saat diberi rangsang nyeri)
(4) : Withdraws (menghindar / menarik extremitas atau tubuh menjauhi stimulus saat diberi rangsang nyeri)
(3) : Flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas dada & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).
(2) : Extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di sisi tubuh, dengan jari mengepal & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).
(1) : Tidak ada respon
                    Pengkajian fungsi serebral.Pengkajian ini meliputi status mental, fungsi intelektual, dan lobus frontal.
                                                                   i.     Status mental. Observasi penampilan, tingkah laku, nilai gaya bicara, ekspresi wajah, dan aktivitas motorik klien. Pada klien tumor intarkranial tahap lanjut biasanya status mental klien menglami perubahan.
                                                                 ii.      Fungsi intelektual. Biasanya terjadi penurunan dalam ingatan dan memori, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Penurunan kemampuan berhitung dan kalkulasi. Pada beberapa kasus klien mengalami ‘brain damage’ yaitu kesulitan untuk mengenal persamaan dan perbedaan yang tidak begitu nyata.
                                                               iii.     Lobus Frontal. Tumor lobus frontalis memberi gejala perubahan menta, hemiparesis, ataksia, dan gangguan bicara.
        Perubahan mental bermanifestasi sebagai perubahan ringan dalam kepribadian.Beberapa klien mengalami periode depresi, bingung, atau periode ketika tingkah laku klien menjadi aneh.
        Perubahan yang paling sering  adalah perubahan dalam memberi argumentasi yang sulit  dari perubahan dalam memberi penilaian tentang benar dan salah. Hemiparesis disebabkan oleh tekanan pada area dan lintasan motorik di dekat tumor.
        Jika area motorik terlibat, akan terjadi epilepsi Jackson dan kelemahan motorik yang jelas. Tumor yang menyerang ujung bawah korteks prasentalis menyebabka kelemahan pada wajah, lidah, dan ibu jari, sedangkan tumor pada lobulus parasentralis menyebabkan kelemahan pada kaki dan ekstermitas bawah.
Tumor pada lobus frontalis dapat mengakibatkan gaya berjalan yang tidak mantap, sering menyerupai  ataksia serebelum. Jika lobus frontalis kiri atau yang dominan terkena, akan terihat adanya afasia dan aparaksia.
Pengkajian saraf kranial.Pengkajian ini meliputi pengkajian saraf kranial I-XII.
                                                                   i.     Saraf I (Olfaktorius).
                                                                 ii.     Saraf II (Optikus).
                                                               iii.     Saraf III (okulomotorius), IV(trokhlearis), dan VI (abdusen).
                                                               iv.     Saraf V (trigemenus).
                                                                 v.     Saraf VII (facialis).
                                                               vi.     Saraf VIII (vestibulokoklhearis).
                                                             vii.     Saraf IX dan X (vagus).
                                                           viii.     Saraf XI(asesorius).
                                                               ix.     Saraf XII (hipoglosus).
d)  B4 (bladder)
Hal-hal yang perlu dikaji yaitu, kebersihan, bentuk alat kelamin, uretra, danproduksi urine.
e)   B5 (bowel)
Hal-hal yang perlu dikaji yaitu, nafsu makan, porsi makan, kebersihan mulut, dan keadaan mukosa.
f)    B6 (bone)
Hal-hal yang perlu dikaji yaitu kemampuan pergerakan sendi dan kondisi tubuh.

B.       Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada klien dengan tumor otak yaitu sebagai berikut:
1.    Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial.
2.    Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial, pembedahan tumor, edema serebri.
3.    Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan muntah
4.    Ansietas berhubungan dengan kemungkinan kematian, ketidakpastian, perubahan dalam penampilan, perubahan gaya hidup.

C.       Rencana Keperawatan
Dx 1                : Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial.
Tujuan             : nyeri berkurang/hilang.
Kriteria hasil    : - klien Melaporkan nyeri hilang.
-   menunjukan postur rileks dan mampu istirahat dengan tepat.
Masalah Keperawatan : nyeri
Kemungkinan disebabkan oleh: peningkatan tekanan intra kranial
Ditandai dengan: sakit kepala, muntah, papiledema
Perilaku distraksi : menangis, meringis, gelisah
Perilaku berlindung : memilih posisi yang khas, teganngan muskuler, wajah menahan nyeri, pucat, Perubahan anda-tanda vital
Intervensi
Rasional
Kaji keluhan nyeri: intensitas, karakteristik, lokasi, lamanya, faktor yang memperburuk dan meredakan.
Nyeri merupakan pengalaman subjektif dan harus dijelaskan oleh pasien. Identifikasi karakteristik nyeri dan faktor yang berhubungan merupakan suatu hal yang amat penting untuk memilih intervensi yang cocok dan untuk mengevaluasi keefektifan dari terapi yang diberikan.
Observasi adanya tanda-tanda nyeri nonverbal seperti ekspresi wajah, gelisah, menangis, meringis, perubahan tanda vital.
Merupakan indikator/derajat nyeri yang tidak langsung yang dialami.
Berikan ruangan yang tenang. Ruangan aagak gelap sesuai indikasi
Menurunkan reaksi terhadap stimulasi dari luar atau sensivitas pada cahaya dan meningkatkan istirahat atau relaksasi
tingkatkan tirah baring,bantulah kebutuhan perawatan diri yag penting
menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan nyeri.
Berikan kompres dingin pada kepala.
Meningkatkan rasa nyaman dengan menurunkan vasodilatasi.
Instruksikan pasien/keluarga untuk melaporkan nyeri dengan segera jika nyeri timbul.
Pengenalan segera meningkatkan intervensi dini dan dapat mengurangi beratnya serangan.
Mengajarkan  tehnik relaksasi dan metode distraksi
Akan melancarkan peredaran darah, dan dapat mengalihkan perhatian nyerinya ke hal-hal yang menyenangkan
Kolaborasi pemberian analgesic.
Analgesik memblok lintasan nyeri, sehingga nyeri berkurang

Dx 2                : Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial, pembedahan tumor, edema serebri
Tujuan             : Perfusi jaringan membaik ditandai dengan tanda-tanda vital stabil
Kriteria hasil   : - Tekanan perfusi serebral  >60mmHg, tekanan intrakranial <15mmHg, tekanan arteri rata-rata 80-100mmHg
-   Menunjukkan tingkat kesadaran normal
-   Orientasi pasien baik
Masalah Keperawatan: Perubahan perfusi jaringan serebral
Kemungkinan disebabkan oleh:peningkatan tekanan intrakranial, pembedahan tumor, edema serebri
Ditandai dengan: peruabahan tingkat kesadaran, Peningkatan TIK, kehilangan memori, perubahan respon sensorik/motorik, gelisah, perubahan tanda vital.
Intervensi
Rasional
Pantau status neurologis secara teratur dan bandingkan dengan nilai standar.

Mengkaji adanya perubahan pada tingkat kesadran dan potensial peningkatan TIK dan bermanfaat dalam menentukan okasi, perluasan dan perkembangan kerusakan SSP.
Pantau tanda vital tiap 4 jam.
Normalnya autoregulasi mempertahankan aliran darah ke otak yang stabil. Kehilanagn autoregulasi dapat mengikuti kerusakan vaskularisasi serebral lokal dan menyeluruh
Pertahankan posisi netral atau posisi tengah, tinggikan kepala 200-300.
Kepala yang miring pada salah satu sisi menekan vena jugularis dan menghambat aliran darah vena yang selanjutnya akan meningkatkan TIK
Pantau ketat pemasukan dan pengeluaran cairan, turgor kulit dan keadaan membran mukosa.
Bermanfaat sebagai indikator dari cairan total tubuh yang terintegrasi dengan perfusi jaringan
Bantu pasien untuk menghindari/membatasi batuk, muntah, pengeluaran feses yang dipaksakan/mengejan.
Aktivitas ini akan meningkatkan tekanan intra toraks dan intra abdomen yang dapat meningkatkan TIK.
Perhatikan adanya gelisah yang meningkat, peningkatan keluhan dan tingkah laku yang tidak sesuai lainnya.
Petunjuk non verbal ini mengindikasikan adanya penekanan TIK atau menandakan adanya nyeri ketika pasien tidak dapat mengungkapkan keluhannya secara verbal

Dx 3                :Risiko nutrisi kurang dari kebutuhanberhubungan dengan
Tujuan             :Kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi dengan adekuat
Kriteria hasil   : - berat badan tidak turun (stabil).
  -klien menghabiskan porsi makannya dan nafsu makan bertambah
Masalah Keperawatan: resiko nutrisi kurang dari kebutuhan
Kemungkinan disebabkan oleh: terjadinya mual, muntah, penurunan asupan makanan, malabsopsi
Ditandai dengan:  mual, muntah, sukar bernafas, tidak berminat pada makanan
Intervensi
Rasional
Kaji tanda dan gejala kekurangan nutrisi: penurunan berat badan, tanda-tanda anemia, tanda vital
Menentukan adanya kekurangan nutrisi pasien
Monitor intake nutrisi pasien
Menentukan status nutrisi
Timbang berat badan 3 hari sekali
Berat badan salah satu indikator kebutuhan nutrisi.
Awasi masukan/pengeluaran makanan secara periodik
Berguna dalam mengukur keefektifan nutrisi dan dukungan cairan
Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering.
untuk meningkatkan intake makanan
Selidiki anoreksia, mual dan muntah dan catat kemungkinan berhubungan dengan obat.
Dapat mempengaruhi pilihan diet dan diet dan mengidentifikasi area pemecahan masalahuntuk meningkatkan pemasukan/penggunaan nutrien
Dorong dan berikan periode istirahat sering
Membantu menghemat energi
Dorong orang terdekat untuk membawa makanan dari rumah dan untuk membagi dengan pasien kecuali kontraindikasi
Membuat lingkungan sosiel lebih normal selama makan dan membantu memenuhi kebutuhan personal dan kultural
Monitor hasil laboratorium: Hb, albumin
Menentukan adanya kekurangan nutrisi pasien
Konsul ke ahli gizi untuk komposisi nutrisi klien
Memberiakan bantuan dalam perencanaan nutrisi adekuat untuk kebutuhan metabolok Dn diet

Dx 4                : ansietas berhubungan dengan kemungkinan kematian, ketidakpastian, perubahan dalam penampilan, perubahan gaya hidup
Tujuan             : rasa cemas berkurang
Kriteria hasil   : - tampak rileks dan ansietas berkurang
-   Mengakui dan mediskusikan rasa takut
-   Mengungkapkan keakuratan pengetahuan tentang situasi
Masalah Keperawatan: ansietas
Kemungkinan disebabkan oleh: ancaman kematian, ketidakpastian, perubahan dalam status kesehatan, perubahan dalam penampilan, perubahan gaya hidup
Ditandai dengan: peningkatan tegangan, ketakutan, ketidakpastian, gelisah
Intervensi
Rasional
Kaji statu mental dan tingkat ansietas dari pasien/keluarga. Catat adanya tanda-tanda verbal atau non verbal
Gangguan tingkat kesadaran dapat mempengaruhi ekspesi rasa takut tetapi tidak menyangkal keberadaannya. Derajat ansietas akan dipengaruhi  bagaimana informasi tersebut diterima oleh individu
Berikan penjelasan hubungan antara proses penyakir dan gejalanya
Meningkatkan pemahaman, mengurangi rasa takut, karena ketidaktahuan dan dapat membantu menurunkan ansietas
Jawab setiap pertanyaan dengan penuh perhatian dan berikan informasi tentang prognosa penyakit
Penting untuk menciptakan kepercayaan karena diagnosa penyakit mungkin menakuktkan, ketulusan dan informasi yang akurat dapat memberikan keyakinan pada pasien dan juga keluarga
Jelaskan dan persiapkan untuk tindakan prosedur sebelum dilakukan
Dapat meringankan ansietas terutama ketika pemeriksaan tersebut melibatkan otak
Berikan kesempatan klien untuk mengungkapkan isi pikiran dan perasaan takutnya
Mengungkapkan rasa takut secara terbuka diman rasa takut dapat ditujukan
Libatkan pasien/keluarga dalam perawatan, perencanaan kehidupan sehari-hari, membuat keputusan sebanyak mungkin
Meningkatkan perasaan kontrol terhadap diri dan meningktakan kemandirian
Berikn dukungan terhadap perencanaan gaya hidup yang nyata setelah sakit dengan keterbatasannya tetapi sepenuhnya menggunnakan kemampuan/kapasitas pasien
Meningkatkan perasaan akan keberhasilan dalam penyembuhan
Berikan petunjuk mengenai sumber-sumber penyokong yang ada, seoerti keluarga, konselor profesional, dan sebagainya
Memberikan jaminan bahwa bantuan yang diperlukan adalah penting untuk meningkatkan/menyokong mekanisme koping pasien.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar